Menyelusup Dinginnya Pagi di Gua Batu Cermin

Secara administrasi, Gua Batu Cermin berlokasi di Kampung Wae Kesambi, Kabupetan Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 11 Des 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 11 Des 2018, 06:00 WIB
Gua Batu Cermin
Gua Batu Cermin ditemukan pertama kali oleh arkeolog Belanda pada 1951.

Liputan6.com, Manggarai Barat - Pagi adalah kado dari sang pencipta. Indah dan tidaknya isi kado tergantung usaha kita untuk mendapatkannya. Tapi tim Liputan6.com ingin mendapatkan kado terindah saat berada di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, dengan mengunjungi Gua Batu Cermin.

Saat memasuki area gua, pengunjung seperti disambut oleh gapura yang terbentuk secara alami dari pohon bambu yang meranggas.

Tiba di pintu gua, dinding batu setinggi sekitar 70 meter menyambut. Untungnya di dalam gua sudah dilengkapi dengan tangga, sehingga bisa memudahkan para pengunjung yang ingin melihat bagian atas gua.

Secara administrasi, Gua Batu Cermin berlokasi di Kampung Wae Kesambi, Kabupetan Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Lokasinya yang tidak jauh dari Labuan Bajo, sekitar setengah jam menggunakan perjalanan darat, membuat gua ini kerap dikunjungi wisatawan, baik wisatawan Nusantara maupun mancanegara.

Gonzales, salah seorang pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) chapter NTT kepada Liputan6.com menuturkan, Gua Batu Cermin awalnya ditemukan oleh arkeolog Belanda bernama Theodore Verhoven pada 1951. Pada tahun itulah gua mulai diperkenalkan secara luas.

"Gua ini sebenarnya sudah ada jauh sebelum tahun ditemukannya, bahkan sempat menjadi tempat tinggal. Namun baru dipromosikan sebagai destinasi wisata saat tahun 1951," ucap Gonzales.

Dari namanya, wisatawan yang datang tentu akan membayangkan gua dengan bebatuan yang berkilauan. Namun ekspektasi wisatawan tak sepenuhnya benar. Gua yang memiliki luas sekitar 19 hektar dengan tinggi bebatuan mencapai 75 meter dan panjang hingga 40 meter ini ternyata sama seperti gua pesisir pada umumnya, yaitu hanya dipenuhi stalagtit dan stalagmit.

"Nama ‘Batu Cermin’ ini dipakai karena saat sedang musim kemarau di sini, sinar matahari yang masuk melalui celah-celah dinding gua akan memantulkan cahayanya di dinding batu, sehingga memantulkan cahaya kecil ke area lain, maka dari itu namanya Gua Batu Cermin, karena seperti memantul bagaikan cermin begitu," tutur Gonzales menjelaskan.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya