Kisah Mayor Chk (K) Yuliana, Srikandi Pertama Penjaga Perbatasan RI-PNG

Lebih dari sekadar mawar penghias taman, Korps Wanita TNI Angkatan Darat (Kowad) adalah melati pagar bangsa.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Des 2018, 08:28 WIB
Diterbitkan 20 Des 2018, 08:28 WIB
Mayor Chk (K) Yuliana
Foto: Dispenad TNI AD

Liputan6.com, Papua Nugini - Lebih dari sekadar mawar penghias taman, Korps Wanita TNI Angkatan Darat (Kowad) adalah melati pagar bangsa. Hal itu setidaknya diungkapkan Danramil 04-1701/Arso Mayor Chk (K) Yuliana Rosario Yoku, wanita Angkatan Darat pertama yang bertugas di perbatasan RI-PNG.

Koramil-04/Arso sendiri merupakan Satuan Komando Kewilayahan (Satkowil) dibawah Kodim 1701/Jayapura Korem 172/Praja Wira Yakthi. Secara geografis, Distrik (Kecamatan) Arso yang berada di wilayah Kabupaten Keerom ini berbatasan langsung dengan Papua Nugini (PNG).

Dalam kesehariannya, Yuliana Rosario melaksanakan pembinaan teritorial. Bersama dengan Satgas Pamtas (Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan) dirinya melaksanakan pemantauan wilayah. Bahkan dalam beberapa kesempatan, turut berpatroli bersama ke perbatasan RI-PNG yang punya dinamika tinggi.

Selama tahun ini, dirinya telah melaksanakan patroli patok perbatasan sebanyak 2 kali yaitu di Skofro dan Bewan Baru. Pada saat patroli yang pertama ke Skofro dilakukan bersama dengan Satgas Pamtas Yonif Para Raider 432/WSJ dan yang kedua ke Bewan Baru hanya bersama anggotanya.

"Patroli pertama pada tanggal 18 Januari 2018 bersama Satgas Pamtas patroli ke patok Skofro dan yang kedua tanggal 11 Juli 2018 ke Patok Batas MM 3A di Bewan Baru. Di wilayah Arso terdapat empat  patok perbatasan,” ujar Yuliana, Rabu (19/12/2018).

Menurutnya, patroli yang paling berat adalah rute ke patok Bewan Baru. Tersebut dikarenakan tidak hanya rutenya yang cukup berat dan belum dapat dilalui dengan sarana transportasi, juga merupakan perlintasan Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB).

“Dari Koramil, menggunakan kendaraan (mobil) ke Desa Kibay selama satu jam perjalanan. Kemudian menempuh perjalanan darat (jalan kaki) selama tiga jam melalui Kali Asin dan Kali Bewan, tapi itupun jika tidak ada banjir, akibat hujan. Oleh karenanya, untuk menunju kesana, kita harus menyiapkan segala sesuatunya, baik fisik, mental, logistik termasuk pengamanannya,” ungkap Yuliana.

 

Membangun 4 Distrik

Mayor Chk (K) Yuliana
Foto: Dispenad TNI AD

Lebih lanjut, Anna, begitu sapaan akrbanya menjelaskan, selama 1 tahun menjabat sebagai Danramil,  dirinya berupaya membangun komunikasi ke seluruh kampung yang ada di 4 Distrik. Pada bulan Februari 2018, bersama dengan anggota, dengan menempuh 8 jam perjalanan mengunjungi Kampung Sawabum yang bertahun-tahun belum pernah dikunjungi oleh Koramil.

“Akses ke kampung itu baru dibuka, untuk menuju ke kampung tersebut harus naik buldoser dari jam 11.30 sampai 15.30 WIT,” katanya.

“Kondisi di sini masih dapat dikatakan memperihatikan, sehingga bersama dengan aparat lainnya (Pemerintahan dan Kepolisian) serta Satgas Pamtas, kita bahu-membahu membangun berbagai hal untuk kepentingan masyarakat,”tandasnya.

Adapun yang menjadi motivasinya, menurut Anna dikarenakan dirinya sadar bahwa Papua merupakan tanah kelahirannya yang harus dibangun supaya tidak tertinggal dengan wilayah yang lainnya.

"Jika bukan kita, siapa lagi dan jika tidak sekarang kapan lagi. Itu yang selalu terbayang dalam benak saya, untuk berbuat yang terbaik, tulus dan ikhlas bagi saudara-saudara kita disini. Apalagi saat ini, dapat dikatakan saya memiliki kewenangan dalam membina wilayah," tegas Yuliana.

Yuliana senantiasa memikirkan dan berupaya mewujudkan keamanan untuk rakyat dan bangsa Indonesia. Tentu saat ini, yang jadi prioritas, selain menjaga wilayah perbatasan juga membina wilayah dan turut membangun kesejahteraan masyarakat.

 

Menumbuhkan Nasionalisme dari Perbatasan

Mayor Chk (K) Yuliana
Foto: Dispenad TNI AD

Lebih lanjut Anna juga mengungkapkan, keberadaanya saat ini juga sekaligus untuk memberikan inspirasi dan motivasi kepada generasi muda di wilayahnya untuk mengikuti dirinya sebagai prajurit TNI AD.

"Selama saya menjadi Tentara selepas kuliah, banyak hal yang diperoleh. Selain nilai-nilai keprajuritan, juga yang paling utama adalah nasionalisme dan wawasan kebangsaan, maka dalam  berbagai kegiatan pembinaan teritorial, itu pula yang selalu saya tularkan," ungkapnya.

Ketika ditanyakan tentang kendala yang dihadapi selama menjadi Kowad, Anna dengan  lugas menjawab, jika dirinya selama ini tidak memiliki hambatan yang sangat berat.

"Di militer kita ditempa dengan serba keras agar menjadi individu yang kompetitif namun tetap memiliki jiwa korsa yang tinggi. Pimpinan TNI AD saat ini betul-betul memperhatikan yang namanya emansipasi wanita. Kita diberikan tugas dan tanggung jawab, namun tetap didasarkan pada kodratnya yaitu wanita Indonesia. Jadi selama kita mengikuti irama tugas dan disertai dengan keikhlasan dalam pengabdian, maka semuanya menjadi ringan," katanya sambil tersenyum.

Sebelum mengakhiri wawancara, Anna menyampaikan terima kasih  kepada pimpinan TNI AD yang telah memberikan kesempatan bagi dirinya menjadi Danramil di mana dia dilahirkan, sehingga dia bisa membantu masyarakat secara langsung.

“Meski tidak banyak, sudah ada di beberapa Kodam yang Danramilnya diisi oleh Kowad, bahkan ada yang jadi Dandim. Ini bukan karena Kowad diperlakukan khusus, melainkan karena sesuai dengan semboyannya bahwa Kowad bukanlah mawar penghias taman tapi melati pagar bangsa. Kowad bukanlah hanya pelengkap organisasi tapi justru penjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa yang bisa mengharumkan Indonesia,” ungkap Yuliana menambahkan.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya