Liputan6.com, Magelang - "Aku tidak ingin cinta sejati. Tapi, biarkan aku mencicipi cinta yang bukan sesaat. Biarkan aku berjuang dan bertahan di sana. Biarkan aku tersiksa untuk terus belajar bersetia. Aku rela tenggelam di sana, sebagaimana segelintir orang yang beruntung mendapatkannya."
Cinta tak pernah tepat waktu. Itulah yang diceritakan cerpenis Puthut EA. Menjadi lumrah jika tak menginginkan cinta sejati, tapi mencari cinta yang bukan sesaat dan mencoba bertahan dan merasai segala konsekuensinya.
Itu pula barangkali yang ada di benak Wulan dan Krisna. Pagi-pagi benar mereka sudah merasai dinginnya air Sungai Blongkeng. Berjalan-jalan di tepian sungai, mereka berdua tengah dibuai keindahan pagi di Taman 1000 Cinta.
Advertisement
Baca Juga
"Saya dengarnya baru beberapa hari lalu. Makanya baru kali ini menyempatkan waktu berkunjung. Bagus, kok," kata Krisna malu-malu, Kamis, 24 Januari 2019.
Mereka adalah mahasiswa yang tengah kuliah di kota Magelang. Mereka mengaku memang sudah berpacaran. Berburu keindahan adalah kesibukan setiap hari.
"Nanti mau saya post di akun media sosial. Sekarang kan lagi tren selfie di Taman 1000 Cinta," kata Wulan.
Â
Jernih
Taman 1000 Cinta sebenarnya sebuah tanggul penahan longsor di Sungai Blongkeng, batas timur Kota Muntilan dengan Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Sebagai sebuah tanggul, ketika belum mendapat sentuhan, tentu tampilannya keras.
Hadirnya bermacam tanaman bebungaan kemudian memperlunak pandangan. Pagi hari menjadi lebih segar dan romantis karena seringkali tempat ini disapu kabut.
"Kalau melihat air terjun buatan ini kan biasa. Hanya air terjun efek pondasi jembatan yang bertingkat, tapi sekarang menjadi syahdu," kata Wulan.
Sungai Blongkeng adalah sebuah sungai yang penting untuk mengalirkan lahar gunung Merapi. Sungai ini memiliki dasar berupa campuran pasir dan kerikil. Di antara bebatuan kecil itu, bongkahan batu-batu besar mulai dari sebesar kambing hingga sebesar gajah, berserakan tak teratur.
Efek dari pasir sebagai dasar sungai menyebabkan air menjadi sangat jernih. Di beberapa titik yang dangkal, bahkan dasar sungai terlihat jelas karena jernihnya air.
Selain itu, Taman 1000 Cinta juga menyediakan fasilitas untuk arung jeram. Ini karena arus yang cukup deras. Jauh di hulu, bantaran sungai masih sangat alami dengan aneka pepohonan menjadi pelindung dari longsor.
"Sungai ini, bahayanya kalau sedang banjir lahar. Karena aliran berubah menjadi aliran pasir bercampur air. Ia bisa menelan apa saja, bahkan menghanyutkan batu sebesar bus," kata Bagyo, warga tepi Sungai Blongkeng.
Simak video pilihan berikut:
Â
Advertisement
Cinta yang Terlambat
Kembali ke perburuan cinta. Keberadaan Taman 1000 Cinta, tak hanya ramai di pagi dan siang hari. Bahkan, malam hari sering terlihat pengunjung. Tak hanya menikmati keindahan taman dan berburu cinta, jika beruntung juga bisa menjadi saksi eksotisme guguran lava pijar gunung Merapi.
Jika cerpenis Puthut EA menyebut bahwa cinta tak pernah tepat waktu, barangkali merupakan sebuah refleksi bahwa kadangkala cinta selalu datang terlambat. Termasuk pengelolaan bantaran sungai ini. Digarap setelah era media sosial menjadi gaya hidup masyarakat.
Ketika simulacra menjadi sebuah keniscayaan, maka upaya merawat sungai sebagai sebuah bukti kecintaan juga menjadi keterlambatan. Namun jangan berkecil hati, tak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan.