Liputan6.com, Probolinggo - Guyuran abu vulkanik Gunung Bromo yang tak kunjung reda, mengakibatkan sayuran milik warga Tengger mulai rusak. Tanaman sayur yang terkena abu vulkanik, perlahan akan mati jika tidak segera ditangani. Warga pun terpaksa memanennya walaupun saat ini harganya anjlok.
Sepekan terakhir, guyuran abu vulkanik Bromo melanda Desa Ngadirejo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Butiran abu vulkanik tersebut jatuh dan mengendap di tanaman seledri milik warga. Akibatnya tanaman seledri rusak. Lantaran tertutup abu vulkanik Gunung Bromo.
Advertisement
Baca Juga
Warga pun terpaksa memanennya dan menjual dengan harga murah. Karena kualitasnya menurun terkena abu vulkanik, sehingga berpengaruh pada harga jual. Semula seladri dari lereng tengger bisa laku Rp15 ribu per ikatnya.
"Harganya turun, murah. Cuma Rp 11 ribu sekarang. Kalau tidak dicuci, bisa rusak ke sayuran, kuning," kata Sunarmi, petani seledri, Rabu (27/3/2019).
Keadaan makin parah lantaran empat hari terakhir kawasan Desa Ngadirejo tidak diguyur air hujan. Guyuran abu vulkanik tipis terus mengendap.
"Sekarang sampai ketebalan antara 2 sampai 3 centimeter. Kalau tidak dibersihkan bisa ambruk atap rumah. Kalau ke tanaman lama-lama bisa mati," ujar Sunarmoko, salah satu warga.
Sementara itu, saat ini asap erupsi Bromo terpantau bertekanan lemah, sedang hingga kuat. Berwarna kelabu, coklat, dan hitam dengan intensitas tipis hingga tebal. Ketinggian semburan abu vulkanik berkisar antara 600 sampai 900 meter diatas puncak kawah.
Gempa tremor terekam dengan amplitudo 0,5 sampai 20 milimeter, dominan 3 milimeter. Status masih waspada, jarak aman 1 kilometer dari pusat kawah Gunung Bromo.
Saksikan video pilihan berikut ini: