Menanti Quick Count Sambil Nyaneut Teh Garut

Dikenal sejak lama, tampilan teh Garut kini lebih gaul dengan sajian khas kafe milenial.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 15 Feb 2024, 17:12 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2019, 13:30 WIB
Nampak para pengunjung tengah menikmati sajian kafe nyaneut di Garut, Jawa Barat
Nampak para pengunjung tengah menikmati sajian kafe nyaneut di Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Sambil mendinginkan tensi politik dalam negeri yang tengah menghangat menjelang pencoblosan, tidak ada salahnya nyaneut dulu di cafe khusus teh di Garut, Jawa Barat yang satu ini.

Fikiran yang tenang dengan suasana hati tenang, merupakan dambaan setiap insan, untuk mencurahkan seluruh isi hatinya, tak terkecuali memberikan pilihan untuk menentukan nasib bangsa, melalui ihtiar politik saat ini.

Nyaneut atau ngeteh dalam keadaan hangat, merupakan tradisi leluhur masyarakat Indonesia sejak dulu, kebiasaan yang diturunkan secara turun temurun itu, merupakan berkah dari melimpahnya teh sebagai hasil bumi nusantara sejak lama.

Di tangan pengusaha kuliner Garut yang satu ini, kebiasaan itu tengah dirintis menjadi gaya hidup baru generasi milenial. Dengan optimis, ia menjajakan makanan lokal dengan style anak muda saat ini, yang lebih sehat.

"Sayang jika kekayaan lokal ini tidak bisa dinikmati generasi muda saat ini, " ujar Dasep Badrussalam, dalam obrolan hangatnya dengan Liputan6.com, di Kafe Nyaneut, Selasa (16/4/2019).

Menggunakan area kafe pelatan jalan Cimanuk Jayaraga, yang merupakan salah satu lokasi tongkrongan anak muda Garut saat ini, Dasep nampak bersemangat menyajikan ragam menu teh nya. "Silahkan white tea nya dicoba, ini terbaik dunia loh," ujar dia menyapa dengan hangat dan ramah.

Menurut Dasep, keinginan mengenalkan budaya Nyaneut sudah digagas dalam satu dekade terakhir, berawal dari mimpinya membangun desa di wilayah Cigedug, kecamatan Cigedug.

Ia mulai mengenalkan kegiatan itu dalam sebuah event resmi kebudayaan lokal masyarakat khas Garut. Tak ketinggalan beberapa kegiatan budaya lokal ia sisipkan dalam kemasan even nyaneut tersebut. "Sampai saat ini evet nyaneut masih ada, di sini kami hanya mencari jati diri saja," ujar dia sedikit meyakinkan.

Mengenakan dandanan kaos oblong plus topi caping generasi muda, yang menjadi ciri khasnya, tangan kekarnya nampak telaten melayani seluruh pesanan teh yang diminta pengunjung. Sesekali, nampak terlontar guyonan khas sunda dari mulutnya. "Biar suasana semakin hangat bang," ujar dia sambil tersenyum.

Ada beberapa varian nyaneut yang ia tawarkan, mulai green tea, black tea, fruit sheker tea, moctail dragon tea, cinnamon black tea, hingga teh 'celegeung' yang paling banyak dipilih pengunjung saat ini. "Ada juga teh varian rasa buah dan bunga," ujar dia menjabarkan.

Dalam penyajian teh yang ia jual, dauh teh sengaja dipilih dari pucuk teh berkualitas yang dipilih langsung dari perkebunan teh Cikajang. Area itu, sejak jaman Belanda dikenal sebagai gudangnya teh hijau unggulan. "Soal rasa silahkan berani dicoba," ujar dia menawarkan diri.

Baca juga:

Update real count pemilu 2024, di sini.

* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini

Citarasa Teh Untuk Vitalitas

White tea dan ekstraknya, yang konon kerap dikenal sebagai teh vitalitas untuk pria
White tea dan ekstraknya, yang konon kerap dikenal sebagai teh vitalitas untuk pria (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Khusus teh terakhir yangbia sebut, penyebutan istilah 'celegeung', merujuk pada khasiat teh untuk kejantan pria. Konon teh jenis ini, mampu menambah vitalitas pria. "Ayo coba dong, jangan dilihat terus, dijamin manjur, " ujar dia sedikit menggoda.

Tak salah memang, meskipun tampilan teh relatif bening dibanding umumnya minuman teh yang terbilang keruh, namun rasa khas teh tidak pudar. "Mmmm, hangat dan enak, " gumamku dalam fikiran yang tenang.

Dasep menjelaskan, dasar utama teh Celegeng sebenarnya white tea, konon bagi sebagian orang, meneguk white tea mampu meningkatkan vitalitas. "Saya mendapat julukan itu justru dari pelanggan bukan dari kami," ujar dia sambil sedikit bercanda.

Namun apapun itu alasannya, munculnya teh celegeng, mampu memikat pengunjung yang datang untuk berlama-lama nyaneut di kafennya. "Respon mereka cukup tinggi, kami pun berusaha terus mencari teh berkualitas," ujarnya.

Selain white tea, ada satu varian daun bunga baru yang mulai dikenal, yakni teh telang atau teh ungu biasa pengunjung memanggil saat meminta pesanan.

Sekilas, tampilan teh ungu layaknya wine dari eropa, namun tak disangka, seduhan itu berasal dari bunga telang atau bunga klitoris. Tumbuhan akar serabut yang biasa tumbuh dan ditemukan di area terjal pegunungan.

Tak jarang untuk mendapatkan bunga ini, dibutuhkan perjuangan dan nyali yang tak mudah. "Semoga ke depannya sudah ada budidaya bunga ini, sebab khasiatnya banyak sekali, " kata dia berharap.

Ia menyatakan, di antara deretan khasit teh ungu, sebagian besar berhubungan dengan organ dalam. Sebut saja fungsinya untuk memperlancar peredaran darah karena mengandung antinoksidan yang tinggi, kemudian menghilangkan toksin atau racun.

Hingga memperlancar pencernaan dan banyak khasiat lainnya. "Sekarang mulai banyak yang nyari teh ungu untuk terapi," kata dia.

Jualan Budaya Lokal

Tampila ekstrak teh ungu khas Garut, yang khas yang pamornya mulai dikenal pengunjung
Tampila ekstrak teh ungu khas Garut, yang khas yang pamornya mulai dikenal pengunjung (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Dasep mengatakan, kafe nyaneut yang tengah ia rintis setahun terakhir, bukan tanpa alasan, menjamurnya makanan karbonasi, sedikit banyak mengubah pola minum budaya masyarakat Garut. "Mungkin kalau yang khusus (kafe) teh baru kami, yang memulai," ujar dia mengklaim diri.

Melimpahnya potensi teh lokal Garut yang berkualitas, menuntun dirinya menawarkan sensasi berbeda. Jika biasanya budaya ngeteh hanya ditampilkan di ruang tamu saat menjamu orang istimewa.

Atau di pelataran rumah, saat senda gurau dengan kerabat, namun bagi dia, penyajian teh ala kopi di kafe, bakal memberikan sensasi tersendiri. "Kalau kedai kopi kan banyak, tapi kedai teh kan masih jarang," ujarnya.

Ia berharap dengan semakin banyaknya kedai teh, membuat peluang hidupnya budaya lokal semakin terbuka. Baginya udaha dengan membawa brand lokal, sudah menjadi cita-citanya sejak lama.

"Kenapa orang Belanda jatuh cinta pada teh Garut, jawabannya karena berkualitas, " kata dia sedikit bercanda meyakinkan kualitas teh asal Garut.

Dalam cerita yang ia peroleh dari mulut ke mulut, kedatangan Belanda di tanah tatar sunda Garut, dipicu ketertarikan mereka terhadap kualitas teh yang ada. "Teh Cikajang Garut itu sejak lama menjadi komoditas dagang Belanda di eropa," kata dia.

Berada di area subur yang dikelilingi pegunungan vulkanis, area perkebunan teh di Garut nampak hijau mempesona, sepanjang mata memandang. Kondisi itu, seakan mampu menaikan citarasa kualitas teh Garut.

Bagi anda yang mengharapkan suasana beda dalam mencari inspirasi, tidak ada salahnya mencoba nyeduh atau mrnikmati sajian teh nyaneut yang satu ini. Suasana Garut yang terkenal dingin dan sejuk, memang sangat cocok, untuk berlama-lama menghabiskan akhir malam, sambil ngeteh. Selamat menikmati.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya