Banjir Aceh Tenggara Diawali Pembalakan Liar

Praktik pembalakan liar yang semakin marak di beberapa tahun terakhir, merusak parah ekosistem di Aceh Tenggara.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jun 2019, 02:00 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2019, 02:00 WIB
Pembalakan Liar
Aparat Polda Riau membongkar illegal logging atau pembalakan liar di kawasan hutan lindung Rimbang Baling, Kabupaten Kuantan Singingi. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Aceh - Bencana alam kembali melanda beberapa kawasan di Kabupaten Aceh Tenggara. Salah satunya bencana banjir, yang merendam dua desa di dekat aliran sungai pada Senin (10/6/2019) malam.

Intensitas hujan yang deras pada beberapa hari terakhir, membuat dua aliran sungai di Aceh Tenggara meluap dan menggenangi pemukiman penduduk.

Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh tahun 2019, praktik pembalakan liar atau illegal loging yang semakin marak di beberapa tahun terakhir, merusak parah ekosistem di Aceh Tenggara.

Menurut Direktur Walhi Aceh, Muhammad Nur, kondisi inilah yang mengakibatkan Kabupaten Aceh Tenggara menjadi daerah yang rawan bencana alam, termasuk banjir besar saat hujan lebat.

"Kerugian material yang disebabkan banjir di beberapa kawasan di Kabupaten Aceh Tenggara sudah mencapai Rp 215 Miliar. Ini sudah dalam sepuluh tahun terakhir saja," katanya, Rabu (12/6/2019).

Bencana banjir merendam dua desa di Aceh Tenggara, yaitu Kute Lesung di Kecamatan Lawe Sumur dan Bambel Gabungan di Kecamatan Bambel Aceh Tenggara.

Air sungai yang meluap dan mengakibatkan banjir di pemukiman warga berasal dari Sungai Bulan dan Sungai Kina. Banjir pun merendam rumah pada Senin malam sekitar pukul 20.30 WIB.

 

Puting Beliung

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek mengatakan, air sungai yang meluap dan mengakibatkan banjir di pemukiman warga, paling sering terjadi. Terutama di wilayah yang berdekatan dengan Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara (Sumut).

Selain bencana banjir, Kabupaten Aceh Tenggara juga sering dihantam angin besar puting beliung dan tanah longsor. Dalam sepuluh tahun terakhir, bencana alam ini terjadi sekitar 37 kali.

"Setidaknya dari tahun 2010 sampai sekarang, setiap tahun pasti ada saja banjir menggenangi beberapa kawasan di Kabupaten Aceh Tenggara," katanya.

Dari hasil penelusuran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tenggara, kondisi air pada kedua sungai tersebut mulai berangsur surut dan kembali normal.

"Kita sudah berkoordinsi dengan BPBD Aceh Tenggara, perangkat desa dan kecamatan setempat, untuk mendata dampak material apa saja yang rusak serta korban bencana ini. Sekarang cuaca di Aceh Tenggara masih mendung," ujarnya.

Simak video pilihan berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya