Tekad Universitas Garut Jadi Kampus Atlet Tingkat Nasional

Sebagai kampus swasta unggulan di daerah, Uniga bakal terus berinovasi memberikan kemudahan bagi mahasiswa terutama dari kalangan atlet nasional.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 14 Jun 2019, 05:00 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2019, 05:00 WIB
Gapura utama pintu masuk Uniga, di Jalan Samarang-Garut, Jawa Barat nampak terlihat megah
Gapura utama pintu masuk Uniga, di Jalan Samarang-Garut, Jawa Barat nampak terlihat megah (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Bagi sebagian atlet nasional asal Garut, Universitas Garut (Uniga) Garut, Jawa Barat adalah juru selamat. Banyak atlet yang bernasib malang, terselamatkan pendidikannya di sana. Julukan kampus atlet pun akhirnya terpatri hingga kini.

Merangkak dari kampus kelas jauh Universitas Padjajaran Bandung (Unpad) tahun 1979 silam, kiprah Uniga memang terus berkembang, tercatat hingga kini kampus berakreditasi B nasional itu, memiliki 6.500 mahasiswa.

Rektor Universitas Garut Abdusy Syakur Amin mengatakan, sejak pertama kali membuka kelas kuliah regular medio 1990-an, komitmen salah satu penerus trah KH Anwar Musaddad, pelopor Universitas Islam Indonesia itu, memang tidak perlu diragukan lagi.

"Menurut kami pendidikan itu adalah satu jalan mengubah nasib manusia, untuk menaikan taraf kesejahteraan," ujarnya dalam obrolan hangat dengan Liputan6.com, Kamis (13/6/2019).

Jika awalnya mahasiswa hanya berjumlah sekitar 10 orang per kelas, kini rata-rata mencapai 80 mahasiswa per program studi yang diikuti. "Total ada sekitar 25 prodi dengan 8 fakultas," ujar dia.

Lulusan Uniga pun nyaris mengisi seluruh lini pemerintahan kabupaten Garut, termasuk sektor usaha kecil menengah kota Intan saat ini.

"Karena kami mengajarkan pendidikan berkarakter sejak di kampus, sehingga menjadi mahasiswa terbiasa mandiri," papar Syakur.

Perlahan dengan pasti, konsep itu mampu menarik minat mahasiswa Garut, untuk menimba ilmu di kampus terbesar kota Dodol saat ini tersebut.

"Pokoknya yang belum berhasil masuk PTN Favorit tanah air di luar Garut, maka pilihan selanjutnya paling banyak dicari ya ke Uniga," ujarnya bangga.

Sejarah Kampus

Deretan pohon kurma menjadi pemandangan pertama memasuki area kampus Uniga Garut, Jawa Barat
Deretan pohon kurma menjadi pemandangan pertama memasuki area kampus Uniga Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Syakur mengenang, berkembangnya kampus Uniga saat ini, tidak lepas dari tangan dingin para pendiri yayasan. Sebut saja Cecep Syarifuddin, Enas Mabarti, Jojo Sukarjo,  Rustandi dan Sofwan Adnan, bahu membahu mendirikan Perguruan Tinggi (PT).

"Memang awalnya yang memiliki konsep iniasi pertama ayahanda Prof Cecep Syarifuddin," ujarnya. 

Kemudian dengan mengantongi yayasan pendidikan, mereka kembali mendirikan sekolah tinggi ilmu kemasyarakatan (STIK), dengan satu jurusan, kesejehateraan sosial (KS). “Kebetulan juga ada pak Rustandi, salah satu doses Unpad cuma tinggal di Garut,” kata dia.

Saat itu jumlah mahasiswanya hanya 10 orang dengan tingkat kehadiran cukup minim.

"Kadang yang hadir lima, kadang 10, tetapi bapak tetap jalan," ujarnya mengenang perjuangan orang tuanya sebagai perintis cikal bakal Uniga.

Namun Cecep tak patah arang, keluwesan dan luasnya jaringan di PB KNPI Pusat saat itu, mampu menarik minat mahasiswa pascasarjana seangkatannya, untuk belajar di Garut.

"Jadi konsepannya sambil kuliah juga main berwisata di Garut," kata dia.

Akhirny, jumlah mahasiswanya terus bertambah, hingga pada 1983, pihak yayasan mendirikan fakultas ilmu sosial dan politik dengan program studi kesejateraan sosial.

"Uniga itu awal mulanya dikenal sebagai kampus sosial politik," kata dia.

Respon pun bagus, hingga akhirnya pada 1985 kembali membuka jurusan administrasi negara.

"Nah dari sana sudah mulai banyak mahasiswa yang masuk, bahkan ada beberapa orang terkenal tanah air yang menjadi mahasiswanya," ujarnya.

Dalam perjalanan selanjutnya, pada medio 1989 hingga 1997, berutut-turut pihak yayasan mendidikan fakultas pertanian, akuntansi dan manajemen ekonomi, sekolah tinggi farmasi hingga pascasarjana.

"Baru pada 1998 kami marger tiga yayasan pendidikan melebur menjadi Uniga," kata dia.

Gayung bersambut setahun setelah itu, Syakur yang baru kembali dari Bangkok, langsung tancap gas membenahi Uniga hingga kini. "Praktis setelah itu seluruh pembangunan saya yang langsung tangani," ujarnya.

Beasiswa Atlet Berpretasi

Tiga mahasiswa Uniga berhasil menyumbangkan medali emas cabang silat dalam kejuaraan Asian Games beberapa waktu lalu
Tiga mahasiswa Uniga berhasil menyumbangkan medali emas cabang silat dalam kejuaraan Asian Games beberapa waktu lalu (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Salah satu daya tarik kuliah di Uniga yakni, kemudahan akses bagi calon mahasiswa berprestasi di bidang olahraga. "Asal mereka juara nasional, mau kuliah kita berikan fasilitas belajar hingga lulus," ujar dia.

Syakur menyatakan, pemberikan fasilitas beasiswa bagi atlet berprestasi memberikan banyak keunggulan, selain menjalankan tanggung jawab soaial bagi perguruan, juga mampu menarik minat kalangan orang tua. “Kita sengaja mencari sesuatu yang berbeda,” kata dia.

Dengan upaya itu, para atlet berpretasi nasional khususnya dari Garut, mampu mendapatkan fasilitas pendidikan memadai. "Memang jika ingin cepat dikenal ya salah satunya melalui media (beasiswa) atlet berprestasi nasional," kata dia.

Menurutnya, kalangan mahasiswa dari atlet, memiliki jiwa dan sikap pantang menyerah dalam belajar, layaknya saat dia bertarung di lapangan.

"Makanya kita semangat, senang kalau memberikan beasiswa bagi atlet berpretasi," ujarnya.

Selain kemudakan fasilitas yang gratis, kemudahan lain yang akan diperoleh mahasiswa dari kalangan atlet yakni, kelonggaran pemberian dispensasi bagi mereka.

"Kalau lagi bertanding apalagi atas nama Indonesia, ya kita terpaksa yang mengalah ke sana diminta isi ujian dengan baik," ujarnya.

Pendidikan Berkarakter Ala Militer

Salah satu fasilitas tempat ibadah berupa masjid mahasiswa di lingkungan kampus Uniga Garut, Jawa Barat
Salah satu fasilitas tempat ibadah berupa masjid mahasiswa di lingkungan kampus Uniga Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Syakur menambahkan, untuk menambah daya juang mahasiswa, dalam kurun lima tahun terakhir, Uniga sengaja menggandeng kalangan militer yonif 303 setia sampai mati (SSM) Cibuluh Kecamatan Cikajang, untuk menggembleng mental calon mahasiswa.

"Banyak manfaatnya salah satunya kedisiplinan," ujar dia.

Selama empat hari tiga malam di barak tentara, para mahasiswa baru, mendapat pelatihan mental ala militer, mulai menembak, berlari, panjat tebing, berenang dan lainnya.

Dengan upaya itu, pihak kampus ujar dia, mampu mendapatkan mahasiswa yang tangguh sekaligus menanamkan kecintaan pada negara. "Biar mereka juga berempati kepada masyarakat, salah satunya kepada militer," ujar dia.

Bahkan dengan didikan disiplin ala militer itu, lembaganya kerap mendapatkan mutiara baru munculnya calon atlet nasional.

"Makanya khusus di Uniga mata kuliah olahraga itu sifatnya wajib," kata dia.

Saat ini dari sekitar 6.500 mahasiswa ada sekitar 60 atlet berpretasi nasional yang berasal dari berbagai cabang olahraga.

"Kalau yang juara dunia tentu silat, ada juga atlet bola voli, hoki,  petangki,  boxer hingga karete," kata dia.   

Target Kampus ke Depan

Gedung Rektorat Universitas Garut di bilangan jalan Samarang-Hampor Garut, Jawa Barat
Gedung Rektorat Universitas Garut di bilangan jalan Samarang-Hampor Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Seiring dengan terus bertambahnya mahasiswa, Syakur tengah menyiapkan rencana kampus uniga kelas jauh di wilayah Garut Utara dan Selatan. “Kami rencanakan itu untuk membuat kemudahan  bagi mereka,” paparnya.

Dalam pelaksanannya, para mahasiswa yang berasal dari Garut utara dan selatan, bisa menikmati layanan pendidikan di beberapa daerah, yang telah disiapkan pihak kampus.

"Jadi meskipun jaraknya cukup jauh, tetapi perhatian kita untuk memberikan kemudahan bagi mahsiswa cukup tinggi," ujarnya.

Saat ini total fakultas yang dikelola Uniga sebanyak delapan, yakni ekonomi, ilmu sosial politik, teknik, mipa, kewirausahaan, fikom, pertanian, pendidikan islam dan keguruan. "Termasuk juga pascasarjana," ujarnya.

Selain itu, untuk menambah wawasan para dosen kampus, lembaganya kerap memberikan bantuan beasiswa bagi dosen berpretasi untuk kembali berkuliah.

"Harapannya nanti setelah mereka lulus bisa kembali ke kampus mengamalkan ilmunya," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya