Liputan6.com, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, suhu udara panas yang terjadi di beberapa titik Pulau Jawa diakibatkan posisi matahari yang baru saja bergulir ke selatan, setelah sebelumnya berada tegak lurus dengan pulau Jawa.
Kondisi itu ditambah lagi dengan peluang hujan yang masih rendah karena aliran masa udara dari Timuran masih kuat. Sehingga mempersulit pertumbuhan awan hujan.
"Kondisi ini menyebabkan kelembaban udara di permukaan sangat rendah. Suhu udara tinggi dan kelembaban rendah menyebabkan udara gerah, panas menyengat dan sangat tidak nyaman,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Citeko Bogor, Asep Firman Ilahi, Rabu (23/10/2019).
Advertisement
Asep menerangkan akibatnya dalam dua hari terakhir udara dirasakan sangat panas dan tidak nyaman. Berdasarkan data suhu maksimum di Puncak, Kabupaten Bogor dua hari lalu tercatat 30.3 derajat Celcius dengan kelembaban udara 27 persen (sangat kering).
Tidak hanya di Puncak lanjut Asep, di Kota Bogor suhu udara tercatat hingga 36 derajat Celcius. Sementara di tempat lain seperti Jakarta, Bekasi dan tempat-tempat lain pun merasakan udara panas menyengat ini.
"Masyarakat yang beraktifitas di luar ruangan, kondisi ini menyebabkan bibir pecah-pecah, tenggorokan kering dan dehidrasi. Disarankan bagi masyarakat agar banyak mengkonsumsi cairan yang cukup agar terhindar dari dehidrasi," ujar Asep.
Selain itu Asep mengatakan, menjaga asupan makanan sehat serta buah-buahan juga dapat mencegah terserang dehidrasi akibat cuaca panas. Alasannya, pada saat cuaca cerah dan pertumbuhan awan berkurang tingkat radiasi Matahari yang masuk ke permukaan bumi juga akan meningkat dalam semua panjang gelombang.
Radiasi Ultraviolet Alfa dan Beta (UV-A dan UV-B) keduanya merupakan jenis radiasi berbahaya bagi kesehatan. Disarankan bagi wanita agar menggunakan tabir surya untuk memperkecil dampak terpaparnya radiasi UV-A dan UV-B ini.