Mengikis 'Alergi' Nuklir Lewat Wisata Edukasi di BATAN Bandung

Tempat ini sudah sejak sebulan lalu diresmikan menjadi wisata edukasi teknologi nuklir.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 29 Nov 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2019, 11:00 WIB
Ruang Pamer BATAN
Puluhan siswa dari MAN 2 Sumedang mengunjungi ruang pamer BATAN Bandung. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Meiga Lestari (16) tampak serius memperhatikan penjelasan seorang pemandu perempuan tentang fungsi radioisotop dan senyawa bertanda. Bersama puluhan siswa lainnya dari MAN 2 Sumedang, Meiga mencoba memahami penggunaan pemanfaatan reaktor nuklir yang mampu menghasilkan radioisotop yang sangat menunjang bagi dunia kesehatan.

"Dari radioisotop ini kaitannya dengan suatu zat atau senyawa yang nanti digunakan bidang kesehatan. Jadi di sini sebenarnya kita bisa mendeteksi kanker, ada proses diagnosis dan terapinya," kata pemandu, Selasa (26/11/2019).

Meiga dan kawan-kawan sedang mengunjungi ruang pamer Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan Badan Teknologi Nuklir Nasional (PSTNT BATAN), yang berada di Jalan Tamansari, Kota Bandung. Tempat ini sudah sejak sebulan lalu diresmikan menjadi wisata edukasi teknologi nuklir.

Seperti pelajar lainnya, Meiga tak lupa mengabadikan produk-produk yang dihasilkan melalui teknologi nuklir. Mulai dari beras yang telah dimodifikasi secara genetik, kit radioisotop, hingga plastik biodegradable yang ramah lingkungan.

Untuk memahami dan mengetahui pembuatan berbagai produk buatan BATAN, para pelajar dapat bertanya langsung kepada pemandu.

Fikri Farhan, siswa dari sekolah tersebut juga mengaku baru mengetahui produk-produk Batan. Selama ini ia mengira bahwa nuklir adalah senjata berbahaya yang dapat merusak.

"Saya tahunya nuklir itu digunakan sebagai bahan peledak. Tapi setelah datang ke sini, jadi semakin tahu ada banyak manfaat dari teknologi nuklir itu sendiri," ujarnya.

Sementara itu, guru mata pelajaran Biologi mereka, Sekarwati, berharap dari kegiatan ini para siswa-siswi selain mendapatkan ilmu tentang nuklir serta manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, juga bisa membuka wawasan siswa terhadap nuklir.

"Membawa anak-anak ke sini itu selain memberikan perubahan suasana belajar di kelas juga kita harapkan menambah semangat belajar. Apalagi jika hal ini bisa melejitkan prestasi mereka di sekolah," katanya.

Sekarwati mengatakan, hampir tiap tahun siswa kelas 11 mengunjungi BATAN. Setelah kunjungan, para siswa mendapatkan tugas membuat karya tulis ilmiah yang akan dipresentasikan di kelas.

"Karena saat ditanya pertama kali, mereka tahunya nuklir itu bahan untuk bom atom saja," ujarnya.

Kunjungan kali ini dibagi menjadi dua kelompok. Mereka awalnya mendapatkan penjelasan terkait nuklir. Salah satu benda yang menarik perhatian di ruang pamer itu adalah mock-up atau dummy teras reaktor nuklir Triga Mark II yang diresmikan oleh Presiden pertama RI, Sukarno.

Setelah dari ruang pamer, mereka dijadwalkan menuju fasilitas laboratorium pemanfaatan reaktor tersebut. Saat rombongan berkunjung, reaktor sedang dioperasikan untuk uji fungsi, sehingga siswa hanya mengunjungi fasilitas IPAL saja.

Namun demikian, antusias siswa mengikuti kunjungan cukup besar, terbukti dengan aktifnya beberapa siswa bertanya terkait dengan BATAN dan nuklir serta aplikasinya.

Fikri Farhan menyampaikan kegembiraannya dapat berkunjung ke BATAN, sehingga wawasan dan pengetahuannya terkait dengan nuklir semakin terbuka.

"Kalau sudah melihat langsung kan ada rasa kepuasan tersendiri. Penjelasan petugasnya juga jelas dan ramah. Tapi yang paling penting pemahaman dan pengetahuan kami tentang nuklir semakin bertambah," katanya.

Mengikis 'Alergi' Nuklir

BATAN Bandung
Siswa MAN 2 Sumedang memerhatikan ruang IPAL di BATAN Bandung. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Kunjungan ke PSTNT BATAN sebenarnya sudah lama dibuka pihak BATAN Bandung. Para pengunjung tersebut kebanyakan berasal dari kalangan pelajar setingkat SMA dan mahasiswa di perguruan tinggi.

"Sebenarnya kunjungan ke kita itu sudah mulai sebelum 2000. Malahan kebanyakan yang datang dari luar Bandung. Makanya kami kerja sama dengan Pemkot Bandung untuk sosialisasi tempat wisata edukasi nuklir agar lebih dikenal lagi oleh warga Bandung dan sekitarnya," kata Kasubag Persuratan Kepegawaian dan Dokumentasi Ilmiah (PKDI) BATAN Bandung, Arie Widowati.

Arie menyebutkan, ruang pamer BATAN Bandung sudah dapat dikunjungi pada jam kerja. Namun, untuk mengunjungi fasilitas yang terkait kegiatan penelitian dan pengembangan IPTEK nuklir harus mengajukan surat permohonan resmi.

"Persyaratannya sudah kami sebar di website BATAN. Ada empat periode kunjungan setiap hari Senin dan Selasa, masing-masing periode 100 orang, untuk periode pagi dan siang," ujarnya.

Arie menyebut saat ini masyarakat masih alergi ketika mendengar kata nuklir. Penyebabnya, teknologi nuklir masih identik dengan peristiwa pengeboman pada 1945 yang terjadi di kota Hiroshima, Jepang.

"Terus ada yang bilangnya takut masuk reaktor karena akan terkena radiasi. Kami sendiri karyawan Batan yang sudah lebih dari 35 tahun bekerja aman saja. Karena ada standar operasional prosedur yang dijalankan," katanya.

Pemanfaatan nuklir di Indonesia sendiri telah dimulai sejak lama dalam berbagai bidang. Hal ini diawali dengan pembentukan Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom di antara 1954 hingga 1958. Lembaga Tenaga Atom inilah yang merupakan cikal bakal lembaga yang saat ini kita kenal dengan nama BATAN.

Nuklir sendiri memiliki banyak kegunaan. Bahkan saat ini mungkin masyarakat sudah merasakan manfaat dari teknologi nuklir, meski tidak mengetahuinya.

Menurut Arie, BATAN sudah melakukan banyak eksperimen dengan nuklir. Contohnya adalah di bidang pangan, dengan menciptakan beras yang dimutasi dengan radiasi nuklir.

Penggunaan teknologi nuklir lainnya adalah di bidang kesehatan. Kiprah BATAN dalam bidang ini, kata Arie, sudah terbukti melalui produksi Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) bekerja sama dengan PT Kimia Farma.

Hasil penelitian itu menghasilkan produk yang mampu meredakan rasa nyeri yang diderita oleh pengidap penyakit kanker. Produknya yaitu Samarium (Sm) 153 ETDMP, sebagai obat terapi paliatif atau penghilang rasa sakit pada penderita kanker.

Oleh karena itu Arie berharap pengenalan produk-produk BATAN melalui kunjungan wisata edukasi ini kian menambah wawasan masyarakat terhadap penggunaan teknologi nuklir.

"Intinya kami berharap terutama supaya masyarakat tidak takut dengan nuklir," ujarnya.

Simak video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya