Sragen Bakal Punya Wisata Kebun Alpukat yang Sangat Luas

Pemerintah Desa Poleng berencana menjadikan lahan bekas panen jagung yang kemudian menjadi tempat wisata kebun alpukat.

diperbarui 19 Feb 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2020, 09:00 WIB
Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

Solopos - Sragen Lahan seluas 1,5 hektare di depan Balai Desa Poleng, Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah kini masih ditumbuhi tanaman jagung setinggi lebih dari 2 meter. Setelah panen, Pemerintah Desa Poleng berencana menjadikan lahan itu sebagai kebun alpukat, bukan lagi kebun jagung.

Rencana itu disampaikan Kepala Desa Poleng, Pujiono, saat berbincang dengan Solopos.com di Balai Desa setempat belum lama ini. Dia ingin menjadikan Poleng sebagai desa wisata, lebih spesifiknya sebagai Desa Alpukat.

Pujiono juga akan mengembangkan Makam Kiai Sampurna yang sudah ramai dikunjungi para peziarah dari luar Poleng sebagai wisata religi. Konsep pengembangan wisata religi itu akan disinergikan dengan pengembangan wisata kebun alpukat.

"Saya masih mencari-cari potensi yang jadi unggulan desa. Saya menemukan ide pengembangan buah alpukat itu dan pengembangan wisata religi. Potensi perkebunan paling besar ya jagung dan tebu. Dari 766 hektare luas wilayah Poleng, 122 hektare lainnya merupakan lahan tegalan dan 105 hektare permukiman dan sisanya masih lahan kering," ujar Pujiono.

Pujiono mengatakan pengembangan dua objek wisata itu untuk jangka panjang. Selain itu, Pujiono juga memiliki inovasi lain berupa pembangunan gedung olahraga (GOR).

Pujiono bahkan telah membuat detail engineering design (DED) pembangunan GOR itu dengan total kebutuhan dana mencapai Rp1,5 miliar. Rencananya pembangunan GOR itu akan dimulai tahun ini dengan alokasi anggaran Rp250 juta.

"Luas GOR itu nantinya mencapai 50x50 meter. Jadi setiap tahun Rp250 juta sehingga kelar selama satu periode nanti," ujarnya.

Pujiono berharap dengan adanya GOR bisa meningkatkan perekonomian penduduk di sekitarnya. Dia berharap bisa muncul usaha-usaha kecil ketika GOR digunakan untuk kegiatan olahraga.

Dia juga berharap inovasi tersebut bisa meningkatkan pendapatan desa. Selama ini, pendapatan asli desa (PADesa) hanya Rp18 juta.

"PADesa itu terhitung cukup tinggi bila dibandingkan dengan desa lain di Gesi yang tidak punya PADesa," ujarnya.

Pujiono mengatakan Poleng masuk desa miskin yang terdiri atas 24 rukun tetangga (RT) dan lima kebayanan. Dengan luas wilayah itu, ujarnya, Poleng mendapatkan porsi anggaran dana desa (DD) di atas Rp1 miliar. Pertimbangan lain adalah jumlah penduduk miskin yang masih tinggi, yakni 500 kepala keluarga. (AMA/PNJ)

Baca berita menarik solopos lainnya.

 

Simak Video Pilihan Berikut:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya