Membiarkan Destinasi Wisata di Jambi Istirahat Sejenak

Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jambi, Abdul Haviz, memaknai penutupan sejumlah destinasi wisata di Jambi di tengah wabah corona Covid-19 sebagai langkah positif.

oleh Gresi Plasmanto diperbarui 19 Mar 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2020, 15:00 WIB
Penutupan Candi Muarajambi
Suasana candi Gumpung di kompleks percandian Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, saat ditutup bagi pengunjung, Selasa (17/3/2020). Penutupan yang mulai berlaku hingga dua pekan depan ini untuk mencegah Covid-19. (Liputan6.com / Gresi Plasmanto)

Liputan6.com, Jambi - Kabar meluasnya wabah virus corona (Covid-19) langsung direspons pemangku kepentingan dengan menyerukan berdiam diri, belajar, bekerja dan beribadah di rumah. Seruan ini didengungkan untuk mencegah penyebaran wabah virus yang sampai sekarang belum ada penawarnya.

Beberapa hari kemudian seruan social distance itu dilanjutkan dengan kebijakan penutupan tempat wisata selama dua pekan ke depan. Di Provinsi Jambi dua destinasi wisata andalan ditutup bagi seluruh kunjungan. Penutupan ini dilakukan untuk mencegah kerumunan orang banyak di tempat publik.

Ada dua destinasi wisata andalan yang ditutup untuk sementara waktu, yaitu kompleks percandian Muarajambi dan wisata alam di lingkup Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), termasuk jalur pendakian Gunung Kerinci. Kedua destinasi wisata ini selama ini menyumbang sebagian besar kunjungan wisatawan di provinsi berjuluk "sepucuk jambi sembilan lurah" itu.

Penutupan destinasi wisata ini dimaknai secara positif di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya ini lontarkan Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jambi, Abdul Haviz. Di saat penduduk berdiam di rumah guna melawan virus corona, biarkan destinasi wisata mendapat jeda waktu untuk beristirahat sejenak dengan sendirinya.

Sebagai contoh jalur pendakian Gunung Kerinci. Jalur ini setiap harinya tak sepi dilalui pendaki. Kebijakan penutupan jalur pendakian yang dikeluarkan Balai Besar TNKS, perlu didukung. Selain untuk mencegah penyebaran virus yang kemungkinan di bawa pengunjung, penutupan ini juga menjadi salah satu upaya konservasi.

"Pasti ada hikmahnya penutupan jalur pendakian, namanya wisata alam kan perlu konservasi," kata Abdul Havis kepada Liputan6.com, Selasa (17/3/2020).

Mengistirahatkan destinasi wisata yang selama ini tak pernah sepi, sudah tepat. Biarkan destinasi wisata itu istirahat sejenak melihat tingkah laku beragam pengunjung yang selama ini mungkin tidak ramah alamnya.

Begitu pula di kompleks percandian Muarajambi di Kabupaten Muaro Jambi. Abdul Havis mendukung penutupan sementara destinasi wisata sejarah dan cagar budaya ini. Penutupan ini sudah tepat, mengingat kawasan percandian Muarajambi selama ini selalu menjadi tujuan utama turis.

Menurut Ahok, begitu sapaan akrab Abdul Haviz, penutupan ini bisa dipahami oleh pemandu dan pelaku usaha wisata di Muarajambi. Tujuannya untuk kebaikan bersama.

"Dengan adanya kebijakan ini, pemandu wisata sudah ngerti. Dan untuk sementara waktu ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pegiat wisata di sini (Muarajambi) akan kembali ke berkebun nyadap karet," tutur Ahok.

Sementara itu, Kepala Seksi Pengembangan Daya Tarik Atraksi Wisata Disbudpar Jambi, Budi menjelaskan, wabah virus corona tak hanya mempengaruhi kunjungan wisatawan di dua destinasi wisata unggulan ini. Namun, wabah virus corona, juga mempengaruhi kunjungan wisatawan mancanegera secara umum d isejumlah destinasi wisata andalan di Provinsi Jambi.

"Wisatawan mancanegara di Kerinci pada bulan Februari juga turun sangat signifikan. Dan juga okupansi hotel di Jambi selama Januari-Februari menurun 30-40 persen," kata Budi.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Penyemprotan Disinfektan

Penyemprotan Disinfektan di Museum Candi
Petugas menyemprotkan disinfektan di sebelah arca Prajnparamita, Selasa (17/3/2020). Penyemprotan yang dilakukan di lantai Museum Candi Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, itu untuk mencegah wabah Covid-19. (Liputan6.com / Gresi Plasmanto)

Beberapa petugas dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi mondar-mandir. Seorang petugas dengan atribut dan peralatan lengkap menggendong sebuah tabung berisi carian disinfeksi. Penyemprotan disinfektan ini untuk mematikan kuman-kuman.

Petugas itu kemudian menyisir ke sejumlah titik yang selama ini menjadi tempat berkumpul wisatawan di kompleks percandian Muarajambi. Di lantai museum yang menjadi tempat tinggalnya arca Dwarapala dan Prajnaparamita itu tak luput dari semprotan cairan penangkal virus itu.

Penutupan kawasan percandian Muarajambi di Desa Muara Jambi, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi ini, dimanfaatkan oleh petugas untuk mensterilkan kawasan yang selama ini tak pernah sepi dari hiruk pikuk pengunjung.

Selasa siang (17/3/2020) itu, sehari setelah kebijakan penutupan dilakukan, kawasan Muarajambi tampak sepi dan hening. Tak ada pedagang dan pengemudi becak yang biasanya mondar-mandir di jalan setapak di kawasan itu.

Juga kayuhan sepeda dari pengunjung yang bervakansi berhenti sejenak. Peninggalan peradaban itu memang benar-benar beristirahat menenangkan diri sejenak dari ingar bingar orang.

Kepala BPCB Jambi, Iskandar M Siregar mengatakan, penutupan cagar budaya untuk umum ini menjadi rangkaian untuk mencegah pandemi corona. Penutupan cagar budaya Muarajambi ini dilaksanakan mulai 17-29 Maret 2020.

"Meski ini ditutup, pengamanan tetap 24 jam nonstop. Kita tidak mengurangi petugas, semua petugas tetap masuk seperti biasa," kata Iskandar menambahkan.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya