Literasi Bikin Masyarakat Tetap Kreatif dan Produktif di Era Kenormalan Baru

Pandemi virus Corona (Covid-19) yang melanda Indonesia memaksa masyarakat untuk tetap kreatif dan produktif.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jun 2020, 17:37 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2020, 17:37 WIB
Webinar Literasi
Webinar bertajuk "Bangkit dari Pandemi dengan Literasi" yang digelar Perpustakaan Nasional RI bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Rabu (17/6/2020). (Liputan6.com/ Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi virus Corona (Covid-19) yang melanda Indonesia memaksa masyarakat untuk tetap kreatif dan produktif. Kuncinya ada pada literasi, sehingga tiap orang mampu membaca situasi dengan baik, mengeksplorasi pengetahuan lebih jauh, dan bisa mentransformasikannya menjadi pengetahuan sehingga meningkatkan kualitas hidup.

Hal ini menjadi inti dari webinar bertajuk 'Bangkit dari Pandemi dengan Literasi' yang digelar Perpustakaan Nasional RI bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Rabu (17/6/2020). Acara diikuti 1.000 peserta yang terdiri dari perwakilan kementerian/lembaga, pemerintah daerah (Bappeda dan dinas perpustakaan), akademisi, pegiat literasi, dan masyarakat umum.

Kepala Perpustakaan Nasional, M Syarif Bando mengatakan, perpustakaan menjadi solusi meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa yang memiliki dampak hasil akhir yang signifikansi bagi penggunanya. Hal ini menjadi peningkatan infrastruktur akses informasi dan pengetahuan, penguatan sumber pengetahuan dan nilai informasi serta penguatan konteks informasi bagi individu.

"Ada 4 tingkatan literasi yakni kemampuan mengumpulkan sumber-sumber bacaan, mampu memahami apa yang tersirat dari yang tersurat, mengemukakan ide atau gagasan baru, teori baru, kreativitas dan inovasi baru serta akhirnya menciptakan barang atau jasa yang bermutu bagi kehidupan," kata Syarif.

Dengan demikian, lanjut Syarif Bando, menghasilkan keadilan informasi dan pengetahuan bagi setiap orang serta penguatan literasi bagi setiap orang sehingga tercipta inovasi disertai kreativitas. Hasilnya terjadi peningkatan kapabilitas individu dan kesejahteraan masyarakat.

Saat ini transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial sebagai pusat ilmu pengetahuan menjadikan perpustakaan wahana pembelajaran sepanjang hayat melahirkan berbagai inovasi dan kreativitas masyarakat.

Syarif mengaku ada adaptif di era new normal ini seperti perpustakaan beradaptasi menyesuaikan layanannya, melakukan inovasi layanan, membantu masyarakat untuk beradapatasi. Banyak perpustakaan tetap mengadakan kegiatan untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat. Ini kesempatan bagi perpustakaan untuk berkontribusi kepada masyarakat di masa pandemi ini.

Selain itu juga terjadi transformasi pada layanan perpustakaan, koleksi perpustakaan, dan ruang perpustakaan dengan menerapkan protokol kesehatan, kebersihan lingkungan, sarana dan prasarana layanan. Lalu responsif dalam menghadapi perubahan demografi, kebutuhan dan minat pemustaka dengan tetap menjaga jarak aman. Jadi literasi untuk kesejahteraan menegaskan setiap orang berhak atas penghidupan yang layak agar mereka bisa tersenyum kembali.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Perpustakaan di Daerah

Syarif Bando mencontohkan Perpustakaan Desa (Perpusdes) Candirejo, Blitar, mengadakan edukasi pola hidup bersih dan sehat dalam rangka pencegahan Covid-19. Perpusdes Cisarua di Sukabumi bisa fasilitasi komunitas UMKM untuk belajar pemasaran online. Perpusdes Muntang di Purbalingga dan Perpusdes Usa, Bone fasilitasi kuliah online mahasiswa dan kegiatan Ujian Kenaikan Kelas (UKK) untuk siswa-siswi yang terdampak Covid-19. Perpusdes Anjani di Lombok Timur bisa memberi layanan pengantaran buku ke masyarakat selama masa pandemi.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa menegaskan, penting untuk memperkuat budaya literasi masyarakat, sebagai salah satu upaya agar mampu bangkit dari keterpurukan. Hal ini penting karena literasi sebagai bentuk cognitive skills memiliki peran besar dalam upaya pemulihan sosial-ekonomi masyarakat pascaCovid-19.

“Masyarakat dengan kemampuan literasi lebih baik cenderung akan lebih siap menghadapi dampak buruk pandemi. Ini karena mempengaruhi sikap seseorang dalam menentukan respons terhadap suatu persoalan. Kepanikan masyarakat timbul sebagai reaksi spontan yang sering dipicu oleh informasi tidak benar (hoax) yang beredar luas. Masyarakat dengan tingkat literasi tinggi akan selalu melakukan konfirmasi atas kebenaran informasi yang diperoleh,” jelas Monoarfa dalam pidatonya.

Masyarakat dengan kemampuan literasi terkait informasi kesehatan yang lebih baik cenderung akan lebih sadar terhadap rentannya kondisi pandemi. Mereka akan mampu mendeteksi gejala secara mandiri, lancar dalam berkomunikasi dengan tim medis, sehingga selalu siap melindungi diri seperti konsumsi obat secara tepat guna dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Suharso menyatakan bahwa dengan paradigma literasi sebagai praxis social, perpustakaan seyogyanya tidak hanya menjadi tempat meminjam dan membaca buku, melainkan dapat menjadi pusat pengetahuan dan informasi, serta pusat pembelajaran bersama masyarakat melalui peer learning activities dan berbagai kegiatan pelatihan kecakapan hidup berbasis literasi.

 

Pendekatan Literasi

Dengan pendekatan literasi sebagai praxis social, perpustakaan memfasilitasi masyarakat para pemustaka untuk dapat memahami dan mentransformasikan pengetahuan dan informasi yang diperoleh dengan kegiatan nyata untuk mengatasi persoalan hidup untuk tetap produktif dan meningkatkan kesejahteraan menghasilkan beragam inovasi meski dalam kondisi pandemi.

Pemulihan sosial ekonomi masyarakat dampak pandemi akan lebih cepat dengan adanya pusat-pusat layanan literasi sampai ke tingkat desa. Perpustakaan desa atau taman bacaan masyarakat dapat berperan sebagai pusat informasi dan pengetahuan, sekaligus sebagai pusat pemberdayaan masyarakat berbasis literasi untuk menggerakkan masyarakat bangkit dari keterpurukan.

"Upaya penguatan literasi terus dilakukan pemerintah, antara lain kebijakan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial untuk meningkatkan partisipasi dan pelibatan masyarakat dalam berbagai kegiatan pemberdayaan berbasis literasi," kata Kepala Bappenas.

Lalu kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik untuk meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan umum provinsi dan kabupaten/kota. Selanjutnya mendorong pemanfaatan dana desa untuk pengembangan perpustakaan desa dan taman bacaan masyarakat sebagai pusat pengetahuan dan pemberdayaan masyarakat. Terakhir perluasan kegiatan pembudayaan gemar membaca di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar dengan melibatkan para pegiat literasi di daerah.

Bupati Magetan (Jawa Timur), Suprawoto mengatakan pihaknya melakukan penguatan literasi daerah di tengah pandemi. Ia mencontohkan adanya penyerahan paket buku dari Dinas Arpus Magetan dan perpustakaan keliling. Lalu himbauan membeli produk petani (buah dan sayur) dan peternak lokal (susu dan telor).

"Semua kegiatan dilakukan di rumah seperti belajar, guru berkunjung ke rumah didik peserta didik, belanja dari rumah dan ibadah di rumah. Lalu bakti sosial seperti peresmian Warung Gotong Royong (WGR) yang hingga kini sudah mencapai 75 untuk bantuan bagi warga terdampak dan peduli kondisi pandemi," katanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya