Cerita Siswa MTs Jadi Kuli Bangunan Sampai Dibelikan HP oleh Bupati Grobogan

Ponsel itu ditunjukkan Catur kepada Amin Hidayat, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan

oleh Felek Wahyu diperbarui 10 Agu 2020, 02:00 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2020, 02:00 WIB
Catur, siswa MTs yang bekerja sebagai kuli bangunan dibelikan ponsel oleh Bupati Grobogan. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)
Catur, siswa MTs yang bekerja sebagai kuli bangunan dibelikan ponsel oleh Bupati Grobogan. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)

Liputan6.com, Grobogan - Semangat Catur Febriyanto, bocah siswa kelas 7 MTS asal Kabupaten Grobogan untuk bisa membeli ponsel atau HP untuk belajar online berbuah manis. Catur sebelumnya nekat bekerja sebagai kuli bangunan demi mendapat ponsel yang diidamkannya.

Bocah itu bekerja sebagai kuli bangunan selama beberapa hari dalam pembangunan rumah tetangganya. Akhirnya ia bisa mendapatkan ponsel yang diinginkannya.

Ponsel itu akan digunakannya untuk belajar jarak jauh atau online.

Catur yang bekerja sebagai buruh bangunan dengan upah Rp50 ribu per hari, bisa membawa pulang ponsel dengan harga beli Rp1,9 juta.

Seneng bisa pilih sendiri HP yang diinginkan dan bisa belajar kapanpun tidak nunggu mbak (kakak) pulang kerja baru bisa pinjam,” katanya saat memilih HP di salah satu toko ponsel.

Ponsel itu ditunjukkan Catur kepada Amin Hidayat, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan untuk kemudian dibayar. Lantas ponsel itu dibawa pulang Catur.

“Uangnya baru terkumpul Rp150 ribu. Diparingi HP rasane seneng,” ucap bocah yang terus tersenyum semringah ini.

Amin Hidayat, saat mendampingi Catur siswa MTS yang harus kerja jadi kuli bangunan demi mendapatkan HP mengaku ditugasi Bupati untuk membelikan HP agar anak bisa belajar lewat online.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Catur Tak Boleh Lagi Kerja Sebagai Kuli Bangunan

Seorang siswa Mts di Grobogan terpaksa bekerja sebagai kuli bangunan demi membeli HP untuk belajar online di Grobogan. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)
Seorang siswa Mts di Grobogan terpaksa bekerja sebagai kuli bangunan demi membeli HP untuk belajar online di Grobogan. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)

“Sabtu sore sudah mendapatkan bantuan handphone lengkap dengan kuota internet dari pemerintah Kabupaten Grobogan. Sebagai fasilitas untuk belajar secara daring,” kata Amin.

Kepala Dinas Pendidikan Grobogan, Amin Hidayat sebelumnya mendatangi Catur di tempat kerjanya. Di lokasi proyek pembuatan rumah di Desa Karangrejo, Kecamatan Grobogan, Catur diajak berbincang mengenai keinginannya untuk membeli ponsel supaya bisa belajar secara daring.

Kepada kepala dinas pendidikan, Catur bercerita jika dia sudah memiliki tabungan sebesar Rp150 ribu. Tentu, uang itu belum cukup untuk membeli ponsel.

“Catur bilang akan terus bekerja sampai bisa membeli handphone. Tidak ingin anak MTS kelas 7 itu kembali bekerja saya mengajak Catur pergi membeli handphone. Tapi, syaratnya Catur tidak boleh lagi bekerja sebagai kuli bangunan dan harus fokus belajar secara daring,” kata Amin.

Amin mengaku tidak datang sebagai kepala dinas, namun sebagai utusan Bupati Grobogan yang ingin membantu warganya.

“Saya tidak datang sebagai Kepala Dinas Pendidikan karena catur sekolah di Madrasah Tsanawiyah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama,” ujarnya.

 

Upah Kerja Catur untuk Bantu Keluarganya

Seorang siswa Mts di Grobogan terpaksa bekerja sebagai kuli bangunan demi membeli HP untuk belajar online di Grobogan. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)
Seorang siswa Mts di Grobogan terpaksa bekerja sebagai kuli bangunan demi membeli HP untuk belajar online di Grobogan. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)

Setelah mendapatkan HP yang diinginkan, Catur diantar pulang ke rumahnya. Di rumah, ternyata ada kepala MTs Yarobi, Ali Mahfud yang sudah menunggunya.

“Kita akan mencari solusi bagi siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran secara daring di antaranya akan melakukan kunjungan ke rumah-rumah siswa memberikan pelajaran kepada siswa yang memiliki kendala mengikuti pelajaran secara daring,” ucap Ali.

Kisah catur viral karena pelajar tersebut bekerja menjadi kuli bangunan supaya bisa membeli ponsel untuk belajar secara daring.

Ayahnya yang sudah berusia lanjut hanya bekerja serabutan. Sedangkan ibunya tidak bekerja.

Catur bekerja dengan upah Rp50 ribu per hari. Belakangan, uang hasil bekerja juga digunakan untuk membantu keperluan keluarga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya