Perjuangan Mahasiswa Agam Ahmad Krismon Wisuda Online di Bukit

Gara-gara tak ada sinyal, Krismon harus naik perbukitan agar mendapatkan sinyal. Di atas bukit itu dia menggelar wisuda online disaksikan kedua orangtua dan keluarga.

oleh Novia Harlina diperbarui 28 Agu 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2020, 12:00 WIB
Ahmad Krismon bersama ayahnya saat wisuda online di perbukitan Kabupaten Agam. (Liputan6.com/ dok instagram @bukittinggisorak)
Ahmad Krismon bersama ayahnya saat wisuda online di perbukitan Kabupaten Agam. (Liputan6.com/ dok instagram @bukittinggisorak)

Liputan6.com, Agam - Wisuda menjadi momen yang dinanti-nanti bagi setiap mahasiswa di perguruan tinggi. Namun sejak pandemi corona Covid-19 melanda penjuru negeri, wisuda yang biasanya dilaksanakan langsung di kampus atau gedung lainnya kini beralih menjadi online.

Wisuda online juga menyisakan cerita yang berbeda, di Nagari (desat adat) Pasia Laweh, Palupuah Kabupaten Agam Sumatera Barat seorang wisudawan harus menempuh jarak 2 kilometer dari rumahnya menuju perbukitan agar mendapatkan sinyal untuk prosesi wisuda online.

Ahmad Krismon (22) lulusan D3 Jurusan Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, harus rela melaksanakan wisuda online dari perbukitan, karena di rumahnya tidak tersedia jaringan seluler.

"Iya hari ini wisuda, saya terpaksa pergi ke atas bukit agar bisa mendapatkan sinyal internet," katanya kepada Liputan6.com, Kamis (27/8/2020).

Ahmad Krismon yang akrab disapa Momon ini bercerita, ia pergi ke perbukitan menggunakan sepeda motor dari rumah sekitar 2 kilometer jaraknya. Kemudian setelah parkir motor, ia mesti naik ke perbukitan dengan berjalan kaki.

Setiba di atas bukit, barulah jaringan seluler di telepon pintarnya muncul. Momon berangkat bersama kedua orangtua serta beberapa orang keluarga ke lokasi perbukitan itu.

Wisuda online di kampusnya dimulai pukul 10.00 WIB, Momon dan keluarga sudah siap untuk mengikuti proses wisuda dari atas perbukitan. Bagi Momon, memakai baju wisuda ketika lulus adalah dambaannya.

"Tadi ayah saya yang memindahkan tali toga ketika nama saya dipanggil melalui video telekonferensi," ujarnya.

Meski dengan kondisi seperti itu, Momon tetap bersyukur karena keluarganya melihat langsung prosesi wisudanya walaupun tidak dilakukan di kampus.

"Seru juga kok tadi wisudanya, ada keluarga dan juga kawan-kawan walaupun dari rumah masing-masing," Momon menambahkan.

saksikan juga video pilihan berikut ini:

Kelok HP

Pelajar di Palupuah Agam harus pergi ke daerah perbukitan untuk belajar online karena di kampunya tidak tersedia sinyal seluler.
Pelajar di Palupuah Agam harus pergi ke daerah perbukitan untuk belajar online karena di kampunya tidak tersedia sinyal seluler. (Liputan6.com/ Novia Harlina)

Di Nagari Pasie Laweh, sebelumnya sudah difasilitasi tower combat yang bersifat sementara. Namun, ternyata hingga kini tower tersebut belum dapat difungsikan karena masalah teknis.

Oleh sebab itu, daerah perbukitan lokasi Momon untuk mendapatkan sinyal internet ketika wisuda tersebut, merupakan satu-satunya tempat yang ada jaringan seluler di daerah setempat.

Selain Momon, pelajar di daerah itu juga harus pergi ke sana untuk bisa belajar online, selama wabah virus corona melanda beberapa bulan terakhir. Bahkan, warga setempat memberikan nama lokasi itu dengan kelok HP.

Sebelumnya, Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit mengatakan, blank spot atau titik tidak adanya sinyal seluler di wilayah Sumbar masih banyak.

"Setidaknya masih dibutuhkan 404 titik tower jaringan seluler," ujarnya.

Tahun ini, 38 titik tower untuk jaringan seluler dibangun, sedangkan selebihnya akan dibangun secara bertahap tahun depan.

"Semoga beberapa tahun lagi tidak ada lagi blank spot di Sumbar," kata wakil gubernur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya