Cara Deteksi Gejala Dini Skoliosis pada Anak

Skoliosis adalah kondisi di mana tulang belakang melengkung, seperti huruf C atau S.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 02 Nov 2020, 21:10 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2020, 06:30 WIB
Kelainan Tulang Skoliosis, Kifosis, dan Lordosis
Kelainan Tulang Skoliosis, Kifosis, dan Lordosis (sumber: istock)

Liputan6.com, Jakarta - Posisi duduk yang keliru ternyata dapat mengganggu perkembangan tulang belakang anak. Salah satunya akan berisiko skoliosis. Jika tidak segera ditangani, hal itu akan mempengaruhi postur tubuh hingga mengalami gangguan jantung.

Dokter spesialis Ortopedi di Siloam Hospitals Bogor, dr Peterson S SpOT(K) menjelaskan, skoliosis adalah kondisi di mana tulang belakang melengkung, seperti huruf C atau S. Skoliosis lebih sering ditemukan pada anak-anak sebelum masa pubertas, yaitu sekitar usia 10-15 tahun. Skoliosis yang terjadi biasanya ringan, namun dapat berkembang menjadi lebih parah seiring pertambahan usia, khususnya pada wanita.

"Bila skoliosis menjadi parah, bisa menyebabkan penderitanya mengalami gangguan jantung, paru-paru, atau kelemahan pada tungkai,” jelasnya di sela Bincang Sehat Bersama Sekolah Dian Harapan Daan Mogot, Jakarta Barat dengan dokter spesialis Ortopedi Siloam Hospitals Bogor, Jumat (2/10/2020).

Cara mengetahui anak mengalami gejala dini Skoliosis adalah dengan menempatkan anak di ruangan yang luas dan sepi dengan lepas baju dan celana, jaga privasi anak dari pandangan orang lain.

Setelah itu, minta anak berdiri tegak dan posisi orangtua di belakang punggung anak lalu di depan anak. Kemudian anak diminta membungkuk. Hal itu dilakukan dengan penilaian tentang kesejajaran bahu kedua sisi, kesejajaran tonjolan tulang belikat, kesejajaran lipatan pinggang, kesejajaran kedua siku, kesejajaran pinggul.

"Jika melihat adanya tanda tanda asimetris (ketidakseimbangan komposisi) dalam pemeriksaan orangtua, setidaknya ada tiga tanda pada bahu, pada punggung dan tulang pinggul,” ungkapnya.

Sementara itu, Dokter Rehabilitasi Medis di Siloam Hospitals Bogor dr Nur Indah Lestari SpKFR menambahkan, adapun klasifikasi skoliosis terbagi menjadi empat, yaitu Infantile (0-2 tahun), Juvenile (3-9 tahun), Adolescent (10-17 tahun), Adult (18 tahun+).

"Faktor risiko skoliosis adalah jenis kelamin dan lebih dominan terjadi pada anak perempuan. Hal itu diduga karena faktor gen dan keturunan. Tahap pertumbuhan tulang, lokasi kurva, defek jaringan ikat, rotasi tulang belakang, dan riwayat keluarga," jelasnya.

Menurut dr Nur, adanya penanganan skoliosis sejak dini bermanfaat pada peningkatan kualitas hidup, estetika, menghindari nyeri punggung, dan fungsi pernafasan tidak terganggu jika bertambah dewasa.

"Sedangkan tujuan pengobatan/pemulihan (exercise) adalah untuk memperbaiki ketidakseimbangan otot, meningkatkan kekuatan otot, mengurangi nyeri, memperbaiki kontrol postur, dan memperbaiki fungsi respirasi, serta meningkatkan fleksibilitas,” katanya.

Saksikan Video Ini

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya