Kisah Advokat yang Berani Berubah Jadi Petani Jahe Saat Pandemi Covid-19

Zaenul Arifin mencoba peruntungannya dengan budidaya tanam jahe merah di tengah pandemi Covid-19.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 24 Nov 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2020, 08:00 WIB
Tanam Jahe Merah Jadi Inisiatif Untuk Memberdayakan Para Pemuda Jadi Petani di Tengah Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Tanam Jahe Merah Jadi Inisiatif Untuk Memberdayakan Para Pemuda Jadi Petani di Tengah Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Zaenul Arifin, seorang petani jahe merah asal Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah memberdayakan pemuda desa di tengah pandemi Covid-19 untuk bertani.

Zaenul (38), sapaan akrabnya, hanya berbekal ilmu yang diperolehnya secara autodidak melalui Youtube. Meski demikian, ia tampak membuktikan keseriusannya berkecimpung dalam budidaya jahe merah ini.

"Awalnya lihat dari Youtube, ini sudah tiga bulanan tanamnya," ujar dia kepada Liputan6.com, Senin (23/11/2020).

Dia memutar otak di bidang pertanian agar pemuda desa tempat kelahirannya itu ada kesibukan yang bermanfaat sekaligus bisa menghasilkan uang, serta tidak menganggur tanpa kerjaan saat pandemi Covid-19 sekarang ini.

Dia mengatakan, kebanyakan para pemuda di desanya tersebut biasanya kerja di perantauan, tetapi karena pandemi Covid-19 mereka kembali ke kampung halaman. Saat di kampung, keseharian para pemuda ini hanya nongkrong dan begadang di warung kopi.

Melihat kondisi ini, Zaenul berinisiatif mengajak mereka untuk menanam jahe merah. Menurut Zaenul, menanam jahe merah diperlukan ketelatenan. Ia melakukan itu semua bersama para pemuda yang dibuat berkelompok.

"Per kelompok ada 7 orang, kita kerjakan dengan banyak orang dengan bergotong royong. Ini sudah ada seribuan tanaman jahe merah yang kami tanam dengan sarana media karung," ungkap dia yang juga seorang pengurus Kongres Advokat Indonesia itu.

Dia menerangkan, sarana yang digunakan selain menggunakan media karung, yakni dengan kotoran hewan ternak seperti kambing, sapi, dan lain sebagainya, kemudian sekam bakar dan tanah.

Dia menyebutkan, bibit yang didapatkannya dari luar daerah Blora, yakni dari Pacitan, Jawa Timur, dari Jakarta, dan dari Kudus, Jawa Tengah.

Zaenul berencana akan mengembangkan terus budidaya tanaman jahe merah ini. Pada tahap ini, pihaknya menyiapkan 1.000 sampai 2.000 karung per bulannya sebagai sarana media tanam.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Rencana Pengembangan

Tanaman Jahe Merah di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Tanaman Jahe Merah di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Selanjutnya, apabila sudah paham tata cara kelola, penanaman, perawatan, dan penjualannya, maka akan lebih baik lagi jika dikembangkan.

"Setiap bulannya kita tanam, karena sejak mulai tanam banyak orang sini yang menawari pekarangannya agar difungsikan untuk menanam jahe merah," tutur Zaenul.

Pada bulan November 2020 ini, lahan yang kedua tengah dikerjakan. Terkait adanya kabar bahwa jahe merah dapat mencegah penularan Covid-19, menurutnya hal itu sangat memengaruhi banyak orang yang jadi membiasakan minum wedang jahe.

"Kami pikir hal ini akan jadi kebiasaan, sehingga prospek pasarnya kami juga pikir sangat bagus," ucap dia.

Lebih lanjut, Zaenul menyampaikan, bibit jahe merah yang mereka tanam itu harga belinya cukup mahal, yakni Rp60 ribu hingga Rp70 ribuan.

Dia bilang, minimnya referensi rujukan jadi kendala utama dalam budidaya jahe merah. "Di Blora, belum ada contoh petani jahe yang dapat kita jadikan rujukan untuk bertukar informasi, jadi kami seringnya belajar lihat Youtube," dia memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya