Liputan6.com, Garut - Pernah makan kerupuk lumer di mulut? Kerupuk bondon asal kecamatan Kadungora, Garut, Jawa Barat yang satu ini, adalah jawabannya. Selain rasanya yang gurih, kerupuk ini ternyata juga punya cerita unik.
Bondon, dondot, jablay, geblay adalah sinonim untuk kata lonte, sebuah panggilan yang kerap ditujukan bagi para pekerja seks komersial (PSK). Konon penamaan kerupuk ini karena warnanya yang merah menyala, hampir menyerupai lipstik atau pewarna bibir yang biasa dipakai para PSK.
Advertisement
Memang tidak ada data sesungguhnya kenapa kerupuk itu dinamakan krupuk bondon. Namun terlepas dari itu semua, kehadiran kerupuk ini memang layak untuk dinikmati para pengunjung terutama mereka yang sedang berlibur Natal dan tahun baru (nataru) di Garut saat ini.
Advertisement
Baca Juga
Rini (32), salah satu penjual kerupuk bondok Kadungora mengatakan, penyebutan kerupuk itu merupakan kebiasaan masyarakat sejak lama, melihat banyaknya bibir warga berubah menjadi merah menyala, setelah makan kerupuk yang satu ini.
“Kalau bondon (lonte) itu kan identik dengan lipstik tebal, jadi mungkin karena itu (disebut kerupuk bondon),” ujarnya, saat ditemui Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Menurut Rini, kerupuk yang satu ini termasuk makanan lawas di Garut, meskipun hanya tumbuh dan berkembang di Kecamatan Kadungora, namun pamor kerupuk yang satu ini tidak pernah memudar.
“Berdasarkan cerita ibu saya, sejak tahun 1950-an kerupuk ini sudah ada,” ujar dia, menyambung percakapan ibunya yang saat ini sudah berusia 65 tahun.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Ada Artis di Balik Kerupuk Bondon
Ragam cerita mulai anak muda, tua hingga dewasa pernah merasakan kerupuk pedas gurih dengan warna mencolok merah ini. “Sebanarnya mulai ramai kembali sejak lima tahun terakhir, setelah ada salah seorang artis tak sengaja mempostingnya dan langsung viral,” kata dia.
Tak disangka, kilau kerupuk bondon pun mulai kembali digandrungi warga. Mereka seakan membuka nostalgia untuk kembali menikmati snack lawas khas Garut tersebut.
“Saya kalau makan kerupuk bondong seakan kembali ke masa remaja,” ujar dia mengenang dengan tersenyum ramah.
Memang tak berlebih, selain lawas kerupuk ini pun sejak dulu kerap menjadi makanan ringan di tiap warung perkampungan warga. “Mungkin setelah snack kemasan membanjiri, warga sedikit lupa,” kata dia.
Namun begitu, keberadaan kerupuk bondon masih bisa ditemukan dan dinikmati dengan mudah, setidaknya bagi warga Kadungora dan sekitarnya.
“Biasanya tanpa pendamping makanan pun enak untuk dinikmati,” ujarnya.
Tak mengherankan, omzet Rini pun tiap hari kembali tumbuh, seiring naiknya permintaan dari pengunjung terutama yang datang ke kota Intan Garut.
“Saya seminggu bisa habis 15 bal (300 pcs) kerupuk ukuran besar seharga Rp20 ribu per pcs,” ujarnya.
Bagi Anda yang ingin sedikit bernostalgia menikmati kerupuk jaman dulu khas kota Garut, tak ada salahnya menikmati kerupuk bondon yang melegenda tersebut. Selamat menikmati.
Advertisement