Wow, Miniatur Moge dari Limbah PVC Asal Temanggung Tembus Amerika dan Israel

Hampir semua peminat karya miniatur moge ini dari mancanegara, seperti Amerika Serikat, Malaysia, dan Israel

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Apr 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2021, 11:00 WIB
Kejar Detail, Miniatur Moge Ini Sulit Dibedakan Dengan Aslinya
Foto: Boldride

Liputan6.com, Temanggung - Miniatur motor gede (moge) klasik yang dibuat dari limbah paralon (PVC) karya Bahrun Mustofa (40), warga Dusun Jurangsari, Desa Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, diminati banyak konsumen dari mancanegara.

"Hampir semua peminat karya saya ini dari mancanegara, seperti Amerika Serikat, Malaysia, dan Israel," kata Bahrun di Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu.

Ia menyebutkan karya ekonomi kreatif dari limbah PVC ini dijual dengan harga mulai dari Rp2,5 juta tergantung skala dan kerumitan pengerjaan miniatur moge.

"Pernah mendapat pesanan dari warga Amerika Serikat dengan harga Rp15 juta, dengan bagian-bagian miniatur moge tersebut bisa dilepas," katanya, dikutip Antara.

Bahrun menyampaikan penjualannya via daring, namun meskipun sudah lama tidak online tetapi ada saja konsumen yang memesan karyanya, mungkin dari teman-teman konsumen sendiri.

Menurut dia rata-rata pemesan mengirim gambar, kebanyakan yang dibuatkan miniatur itu moge mereka, kemudian skala miniatur terserah pemesan.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Ragam Permintaan Konsumen

Kejar Detail, Miniatur Moge Ini Sulit Dibedakan Dengan Aslinya
Beberapa komponen seperti rem dan suspensi pada miniatur garapan Tarrago pun dapat dioprasikan layaknya sepeda motor asli.

"Kebanyakan kalau permintaan dari Amerika Serikat dengan skala 1:6 sampai 1:10, tetapi kalau orang Malaysia skala 1:12," katanya.

Ia menuturkan awal mula membuat miniatur moge pada 2013 akhir, waktu itu masih menggunakan timah. Kemudian tahun 2015 awal beralih menggunakan bahan PVC

"Saya beralih membuat karya dari bahan timah ke PVC setelah dapat saran dari konsumen, yang merasa kasihan dengan saya dan keluarga saya akan bahaya radiasi dari timah," katanya.

Bahrun menyebutkan sebelum pandemi COVID-19, rata-rata setiap tahun bisa membuat karya miniatur moge sekitar 15-20 unit tergantung kerumitannya, namun pada masa pandemi tahun lalu hanya ada 8 pesanan.

Bahrun mengaku membuat miniatur moge ini belajar secara otodidak dan tidak mempunyai latar pendidikan seni maupun teknik mesin.

"Saya hanya lulusan SMA, saya membuat karya ini karena kepepet oleh keadaan harus mencukupi kebutuhan keluarga," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya