Terus Berulang, Puluhan Ton Ikan Mati Berjemaah di Danau Maninjau

Banyaknya jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) di Maninjau menjadi permasalahan yang sangat kompleks.

oleh Novia Harlina diperbarui 30 Apr 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2021, 19:00 WIB
Ikan Danau Maninjau Mati Mendadak
Data 2019 jumlah keramba jaring apung yang ada di Danau Maninjau mencapai 17.000 unit. Sedangkan daya tampung hanya 6.000 karamba. (Liputan6.com/ Novia Harlina)

Liputan6.com, Agam - Cuaca buruk yang melanda Kabupaten Agam, Sumatera Barat beberapa waktu terakhir menyebabkan ikan jenis nila mati mendadak di dalam keramba jaring apung (KJA) Danau Maninjau. Setidaknya 70 ton ikan mati dan mengambang di permukaan danau.

Tak tanggung-tanggung, kerugian petani KJA ditaksir mencapai Rp 1 miliar. Kejadian ikan mati massal itu merupakan kejadian berulang, karena danau tersebut telah tercemar akibat pakan ikan yang mengendap di dasar danau.

"Iya sekitar 70 ton ikan mati, kejadiannya dari Sabtu (24/4/2021) hingga Senin (26/4/2021)," kata Camat Tanjung Raya, Handria Asmi, Kamis (29/4/2021).

Data dari Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, kematian ikan di danau vulkanik itu disebabkan oleh angin kencang yang melanda beberapa hari terakhir.

Handria menjealakan kematian ikan secara massal ini, diduga terjadi karena jumlah ikan yang diisi ke dalam petak KJA melebihi kapasitas yang seharusnya.

Guna mengurangi tingkat kematian ikan, ia mengimbau petani agar tak memasukkan bibit ikan melebih kapasitas KJA.

Sebelumnya, persoalan tercemarnya Danau Maninjau sudah mendapat sorotan dari sejumlah pihak, termasuk pemerintah pusat.

Data pada 2019, jumlah keramba jaring apung yang ada di Danau Maninjau mencapai 17.000 unit. Sedangkan daya tampung hanya 6.000 keramba.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) /Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa juga telah melakukan peninjauan langsung ke Danau Maninjau.

Dalam kunjungan itu, ia mengatakan, Danau Maninjau berdasarkan hasil penelitian LIPI terjadi penurunan status tropik, dalam waktu hampir 100 tahun.

"Dari oligotropik tahun 1929, menjadi hipertropik di 2016, maka secara kumulatif terjadi perubahan yang luar biasa," ujarnya.

Bahkan, dia mengatakan, tercemarnya air danau terlihat jelas, yang diakibatkan oleh sisa pakan ikan.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya