Mereka yang Berkeringat di Balik Hazmat, Refleksi Satu Tahun Relawan Covid-19 Cepu

Tak terasa, sudah satu tahun lebih Relawan Covid-19 Cepu berjibaku melawan ganasnya virus Corona.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 08 Jul 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2021, 08:00 WIB
Tim Pemulasaran Jenazah dari Relawan Covid-19 Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, ketika berjibaku menangani Jenazah. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Tim Pemulasaran Jenazah dari Relawan Covid-19 Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, ketika berjibaku menangani Jenazah. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Tak terasa, sudah satu tahun lebih Relawan Covid-19 Cepu berjibaku melawan ganasnya virus yang menyerang sistem pernapasan itu. Saban hari tubuhnya terbungkus hazmat, hanya matanya saja yang bisa melihat. Memang tak nyaman, tapi tak ada pilihan lain, pasien harus segera sembuh.

Sejak terbentuk April 2020, tidak pernah ada dukungan dan perhatian dari pemerintah daerah setempat. Semuanya dilakukan dengan swadaya relawan sendiri. 

"Aku karo konco-konco bergerak wes setahun luwih tanpa dana dari pemerintah sama sekali. Urunan bareng-bareng," kata Achmad Husein, salah satu penggagas Relawan Covid-19 Cepu kepada Liputan6.com, Rabu (7/7/2021).

Beruntung masih ada orang-orang baik yang mau urunan dan mau mencurahkan sedikit perhatiannya untuk membantu tenaga medis dalam penanganan Virus Corona di Cepu.

Husein sendiri menyebut, ada banyak komunitas dan organisasi yang terlibat menjadi anggota Relawan Covid-19 Cepu. Tercatat, antara lain Rescue 99, Ikasmansa, Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Banser, Kokam, MDMC, Lazismu, URC/Grab, Cepulivesm, Jipang Foundation, Tagana, RAPI, CERT, dan Relawan MTA.

Husein menyadari, menjadi relawan pagebluk yang harus berpakaian hazmat saban hari bukanlah pekerjaan mudah. Jika tidak punya rasa kemanusiaan tentu pekerjaan ini menjadi sangat berat. Apalagi soal pendanaan dirogoh dari kantong sendiri, terlebih nyawa yang menjadi taruhannya.

"Relawan kami sudah ada yang meninggal dua orang karena Covid-19, dan hampir semua tim inti juga pernah terpapar," kata Husein.

Kini, anggota Relawan Covid-19 Cepu jumlahnya tinggal 29 orang, yang awalnya tentu lebih banyak dari itu. Jika sehari semalam banyak yang meninggal, biasanya mereka meminta ke tiap organisasi atau komunitas untuk mengirimkan delegasi agar turut membantu.

Simak video pilihan berikut ini:

Pahlawan di Balik Hazmat

Tim Pemulasaran Jenazah dari Relawan Covid-19 Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, ketika berkumpul tidak berpakaian hazmat. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Tim Pemulasaran Jenazah dari Relawan Covid-19 Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, ketika berkumpul tidak berpakaian hazmat. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Agung Tri, anggota Relawan Covid-19 Cepu yang lain menceritakan, dirinya bahkan sempat ikut terpapar Covid-19 lantaran setiap hari harus berkutat dengan pasien dan jenazah Covid-19. 

"Sudah hati-hati dan waspada ya masih juga bisa kena. Contohnya saya juga pernah terpapar. Penting ya itu, patuhi protokol kesehatan dan jangan lupa berdoa juga," kata Agung.

Relawan Covid-19 Cepu tidak hanya fokus pada pemulasaran jenazah, tetapi juga melakukan pendampingan Satgas desa, edukasi ke masyarakat, penyemprotan disinfektan, pembagian sembako dan vitamin baik ke masyarakat maupun ke tim medis.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya