Peneliti Muda Berbagi Cerita Nasib Lahan Gambut di Kalbar

Sebanyak 55 peneliti muda telah terjun ke lapangan dengan didampingi para peneliti ICRAF sejak Februari, 2021. Mereka berinteraksi dengan petani gambut serta para penggiat

oleh Aceng Mukaram diperbarui 08 Jul 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2021, 08:30 WIB
Sebanyak 55 peneliti muda gambut telah terjun ke lapangan dengan didampingi para peneliti ICRAF sejak Februari, 2021 di Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Kubu Raya. (Foto: World Agroforestry/Agrian Maulana)
Sebanyak 55 peneliti muda gambut telah terjun ke lapangan dengan didampingi para peneliti ICRAF sejak Februari, 2021 di Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Kubu Raya. (Foto: World Agroforestry/Agrian Maulana)

Liputan6.com, Kubu Raya - World Agroforestry (ICRAF) Indonesia mempertemukan para Peneliti Muda Gambut (PMG) dengan perwakilan media Kalimantan Barat pada Rabu, 7 Juli, 2021, untuk berbagi hasil kajian lapangan dari desa-desa di wilayah Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Sebanyak 55 peneliti muda telah terjun ke lapangan dengan didampingi para peneliti ICRAF sejak Februari, 2021. Mereka berinteraksi dengan petani gambut serta para penggiat gambut untuk mengungkap berbagai pengetahuan, pembelajaran, dan opsi intervensi untuk pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan di Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Kubu Raya.

Dalam keterangan resminya, peneliti senior ICRAF, Gerhard Manurung, mengatakan PMG merupakan salah satu prakarsa dalam Program Peat-IMPACTS, ICRAF Indonesia. Kegiatan di Kalimantan Barat ini adalah yang kedua setelah program serupa rampung di Sumatera Selatan.

Inisiatif menyediakan wadah bagi anak muda yang memiliki semangat dan antusiasme untuk terlibat dalam penelitian tentang berbagai aspek dalam pertanian di lahan gambut, selaras dengan aksi penelitian Peat-IMPACTS.

“Kami bekerja erat dengan perwakilan perguruan tinggi, dari proses seleksi hingga bimbingan untuk menyelesaikan tugas akhir. Besar harapan kami hasil penelitian para putera-puteri daerah ini dapat memberi sumbangan untuk memperkuat tata kelola dan kapasitas pemangku kepentingan lahan gambut di Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Kubu Raya,” kata Gerhard yang hadir secara daring dari Bogor, Jawa Barat.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Hutan Lindung Terjaga

Pengelolaan lahan, pemilihan komoditi hingga bagaimana pandemi membuka peluang untuk pengembangan produk dan masih banyak lagi adalah kisah yang dihadapi petani di lahan gambut yang tersebar di 31 desa. Cerita mereka telah dicatat dan dikaji oleh para PMG, termasuk Riska Masyura, Nurhayatun Nafsiyah, dan Zaki Ruhyaman yang membagikan pada perwakilan media.

“Banyak sekali ilmu baru yang saya dapatkan selama turun lapang. Saya yang memiliki latar belakang keilmuan kimia, sangat mensyukuri bisa bergabungdalam kegiatan ini. Saya yang biasanya melakukan penelitian di dalam laboratorium, sangat menikmati melakukan penelitian yang terlibat langsung di tengah masyarakat,” kata Nurhayatun Nafsiyah.

Naf, demikian panggilan akrabnya, mencatat paling tidak ada tiga desa (Desa Muara Baru, Desa Betuah, dan Desa Tanjung Beringin) memiliki hutan lindung yang masih terjaga. “Masyarakat desa mengelola lahan gambut dengan membudidayakan tanaman antara lain karet, kelapa sawit, jahe, dan nanas,” kata Naf.

Proses pembukaan lahan yang ditemukan di desa-desa tersebut dilakukan secara tradisional. “Pembukaan lahan untuk budidaya jahe, misalnya, dilakukan denganmengupas lapisan gambut terlebih dahulu,” kata Guru Besar Universitas Tanjungpura Pontianak Profesor Dr. Gusti Zakaria Anshari, MES.

Koordinator Peat-IMPACTS Provinsi Kalimantan Barat Happy Hendrawan juga turut hadir dalam acara Ngopi Pagi Bareng Media yang diselenggarakan di Qubu Resort. Seluruh aksi riset dalam Peat-IMPACTS dikemas dalam jenama #PahlawanGambut untuk penyebarluasan informasi mengenai riset dan capaiannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya