Tingkatkan Produktivitas Beras, Jabar 'Berguru' dengan Vietnam dan Thailand

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya akan melakukan upaya untuk meningkatkan produksi beras per hektare.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 29 Sep 2021, 16:00 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2021, 16:00 WIB
Kementan Targetkan 8,2 Juta Hektare Sawah untuk 20 Juta Ton Beras
Petani menanam padi di persawahan di kawasan Tangerang, Kamis (3/12/2020). Kementerian Pertanian menargetkan pada musim tanam pertama 2020-2021 penanaman padi mencapai seluas 8,2 juta hektare menghasilkan 20 juta ton beras. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya akan melakukan upaya untuk meningkatkan produksi beras per hektare seiring langkah pemerintah pusat menyiapkan Jabar sebagai provinsi swasembada beras. Salah satu upayanya, mengikuti cara yang dilakukan negara Vietnam dan Thailand.

"Kita sudah meneliti selama satu tahun akan mulai kita kembangkan yang bisa menaikkan di atas 10 ton per hektare," kata dia saat Panen Raya dan Rempug Tani Nasional bersama Salim Segaf Al Jufri, di Desa Pasir Tanjung, Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Karawang, Selasa (28/9/2021).

Emil, sapaannya, menjelaskan produktivitas tonase per hektare sawah di Indonesia harus seperti dua negara Asia Tenggara yaitu Vietnam dan Thailand.

"Sehingga pertama untuk yang sudah baik seperti pertanian beras ini kita terus mendukung peningkatan produksi per hektarenya, di Thailand dan Vietnam sudah 20 ton per hektare, di Indonesia masih belum," ujarnya.

Oleh karena itu, beberapa proses perbaikan terus dilakukan oleh Pemprov Jabar guna menunjang peningkatan tonase tersebut.

Selain meningkatkan produksi per hektare, harus ada pembeli pasti yang memang membutuhkan suplai beras. Apabila hal itu terjadi, harga beras pun tidak akan fluktuatif dan tentunya sudah dikunci oleh pembeli rutinan.

"Tentu dalam proses penjualan kita terbanyak pembeli-pembeli yang sudah pasti sehingga harganya sudah dikunci. Sehingga nanti harga petani bisa dinaikkan sedangkan harga pembeli bisa turun sedikit," Emil menegaskan.

Alih fungsi teknologi pun, kata Emil, menjadi dukungan nyata dalam meningkatkan produksi juga cara jual beli gabah.

Sementara itu, mantan Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengatakan ingin menghadirkan pengusaha lain dengan kebesaran hatinya dalam membeli gabah.

"Saya ingin hadirkan adalah kehadiran pengusaha lain dengan kebesaran hati bisa pemerintah yang hadir seperti yang dijelaskan Pak Gubernur," ujar Salim.

Menurutnya, kehadiran pemerintah penting dalam membeli harga gabah. "Karena panen itu pasti ada, sunnatullah. Kemudian apabila pemerintah mengimpor pasti harga gabah jatuh," paparnya.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya