Berwisata Religi di Makassar, Masjid Apa Saja yang Wajib Dikunjungi?

Keindahan, keistimewaan dan kemegahan serta jejak sejarah yang sudah terekam dari keempat masjid tersebut di atas, tentunya bisa melengkapi wisata kita di Makassar. Negeri Angin Mamiri yang menyimpan banyak kisah yang pantas untuk kita rekam lewat lensa kamera dan terkenang sepanjang masa. Anda ingin menjadi salah seorang saksi sejarah tersebut? Yuk main ke Makassar.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Jun 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2022, 06:00 WIB
Masjid Al Hilal, Katangka - Annie Nugraha
Masjid Al Hilal, Katangka - Annie Nugraha

Saksikan Video Pilihan Ini:

Masjid Al Hilal, Katangka

Mengunjungi satu daerah kemudian punya waktu ekstra? Kenapa tidak mengisi waktu-waktu tersebut dengan berwisata religi. Selain semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, wisata religi juga mengajak kita untuk menilik sejarah berdirinya tempat ibadah tersebut

Bahkan seringkali lewat penjelajahan ini, kita sering menemukan arsitektur menarik serta beberapa informasi yang membuat kita tak henti berdecak kagum dan menikmati waktu-waktu berharga sembari menyempatkan diri beribadah di dalamnya.

Begitulah yang saya alami saat berada di Makassar. Berkunjung di saat waktu-waktu salat, inilah 4 masjid sarat sejarah, dengan arsitektur yang indah dan monumental. Mulai dari masjid yang telah berdiri ratusan tahun yang lalu hingga yang kekinian dengan sentuhan rancang bangun yang sarat warna-warna cantik.

Saat membaca sebuah plang besi yang terlihat tua dan ada di parkirkan masjid, kita akan langsung tahu bahwa Masjid Al Hilal, Katangka ini adalah salah satu cagar budaya kota Makassar. Bahkan dengan hanya melihat dan memandangi tampak luarnya pun, masjid ini sudah meninggalkan kesan historis yang tentunya menarik untuk digali.

Berdiri di atas tanah seluas 150m2, salah satu masjid tertua di Makassar ini, berada di Katangka, Somba Opu, Gowa. Menurut sejarah yang tercatat, masjid Al Hilal, Katangka dibangun pada 1603.

Tapi ada juga yang mempercayai bahwa masjid ini dibangun pada abad ke-18. Pendiri awal dari masjid ini adalah Raja Gowa ke-14 yang bernama Mangngerangi Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tumenanga Ri Gaukanna atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sultan Alauddin. Dinamakan masjid Katangka karena dulu dipercayai bahwa masjid ini dibangun dengan menggunakan kayu Katangka. Sejenis kayu yang kuat dan kokoh yang berada disekitar lahan dibangunnya masjid.

Meskipun telah direnovasi berulangkali, tampak inti dari masjid ini tetap terjaga. Bahkan saat melangkah masuk kedalamnya pun, tiang-tiang kayu dan sebuah mimbar yang bersejarah masih berdiriTanah yang digunakan untuk tempat berdirinya masjid ini adalah tanah wakaf Raja Gowa. Jadi tidak heran jika kita bisa melihat beberapa makam besar Raja Gowa, seperti Sultan Hasanudin, yang berada di sebuah lahan yang berada di utara masjid.

Arsitektur bangunannya sendiri memiliki beragam makna seperti 5 pintu yang mewakili 5 rukun Islam, 6 jendela yang mengisyaratkan 6 rukun iman, 4 tiang peyangga yang mengkiaskan 4 sahabat nabi dan 2 kubah bersusun yang mewakili 2 kalimat syahadat.

 

Masjid H. Muhamad Cheng Hoo

Masjid H. Muhamad Cheng Hoo - Annie Nugraha
Masjid H. Muhamad Cheng Hoo - Annie Nugraha

Menilik dari namanya, tentulah kita tahu bahwa masjid ini adalah sebuah persembahan dan penghormatan atas Laksamana Cheng Hoo.

Seorang nahkoda berdarah Tiongkok yang pernah mampir berdagang di nusantara.Masjid sumbangan dari komunitas muslim Tionghoa di Sulawesi Selatan ini, berdiri tegak di Jl. Tanjung Bunga, Maccini Sombala, Tamalete atau di sebelah utara kota Makassar.

Kepengurusan dan operasionalnya hingga kini dipegang oleh PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) cabang Sulawesi Selatan.Dari sebuah prasasti kecil yang berada di pintu masuk ruang sholat yang berada di lantai 2, masjid ini diresmikan pada 12 April 2018 dengan penandatangan prasasti Hj. Ramlah Kalla Aksa.

Adik kandung mantan Wapres RI ke-10 dan ke-12, H. Yusuf Kalla, yang kemudian menikah dengan H. Aksa Mahmud, pengusaha kakap Sulawesi yang mendirikan rangkaian usaha sukses dengan bendera Bosowa Corporation.

Masjid Muhamad Cheng Hoo di Makassar ini hadir dengan arsitektur yang memadukan keunikan bangunan khas Tionghoa dan Bugis. Salah satu suku yang ada di Sulawesi Selatan. Mulai dari warna merah yang mendominasi hingga kubah yang berbentuk seperti pagoda serta roster-roster persegi yang bertebaran di setiap sudut dan sisi masjid.

Masjid 99 Kubah

Masjid 99 Kubah - Annie Nugraha
Masjid 99 Kubah - Annie Nugraha

Mengangkat konsep 99 Asmaul Husna, sifat-sifat mulia Yang Maha Esa, Masjid 99 Kubah terlihat sangat unik dengan kubah-kubah kecil berjenjang yang dibuat berwarna-warni. Sesaat ketika mengamati masjid ini, kita teringat akan seni arsitektur khas Timur Tengah yang kaya akan warna.

Dirancang oleh H. Ridwan Kamil di 2017 yang saat itu masih berstatus sebagai Walikota Bandung, masjid megah ini berada di kawasan Centre Point of Indonesia yang persis berseberangan dengan anjungan Pantai Losari.

Jadi saat kita menikmati sunset atau berfoto di sepanjang anjungan Pantai Losari, Masjid 99 Kubah akan ikut terekam layaknya latar belakang foto. Sebuah ikon baru kota Makassar yang menghadirkan betapa rumah Allah SWT selayaknya dibuat megah dan diagungkan.

Masjid Amirul Mukminin

Masjid Amirul Mukminin - Annie Nugraha
Masjid Amirul Mukminin - Annie Nugraha

Masjid yang terletak di timur laut pantai Losari ini, didirikan menjorok ke laut dengan tonggak-tonggak beton dan 164 tiang pancang yang berada di bawahnya. Karena itu masjid ini disebut sebagai masjid terapung.

Masjid yang menyerupai rumah panggung khas adat suku Bugis dan Makassar ini, mulai dibangun pada 2009 dan diresmikan oleh H. Jusuf Kalla, sang putera daerah, pada 12 Desember 2012.

Keberadaan 2 pilar tinggi dengan 2 kubah yang dipoles oleh keramik mozaik serta tangga meliuk yang berada di salah satu sisi bangunan, semakin memberikan kesan megah dan monumental.

Di dalam masjid sendiri terpasang 5 pilar yang tinggi dan kokoh. Pilar yang melambang 5 shalat fardu dalam agama Islam.

Tentu saja sekaligus bisa menjadi pengingat bahwa ada 5 kewajiban menghadap sang Ilahi dalam sehari. Menjadi satu dengan pusat rekreasi kota yaitu Pantai Losari, memotret masjid ini saat sunset tiba adalah salah satu kenangan wisata religi yang tak akan terlupakan.

 

Keindahan, keistimewaan dan kemegahan serta jejak sejarah yang sudah terekam dari keempat masjid tersebut di atas, tentunya bisa melengkapi wisata kita di Makassar. Negeri Angin Mamiri yang menyimpan banyak kisah yang pantas untuk kita rekam lewat lensa kamera dan terkenang sepanjang masa. Anda ingin menjadi salah seorang saksi sejarah tersebut? Yuk main ke Makassar.

 

(Annie Nugraha, Blogger & Entrepreneur)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya