Eksploitasi Anak Menjadi Pekerjaan Rumah Pemerintah Gorontalo

Seperti yang ada di Kota Gorontalo, Eksploitasi anak dibawah masih saja kerap terjadi. Meski upaya pemerintah telah dilakukan, eksploitasi anak masih ternilai dengan angka.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 03 Jul 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi Anak Sekolah di Jepang.
Ilustrasi Anak sekolah

Liputan6.com, Gorontalo - Dunia anak-anak adalah masa yang indah dan penuh dengan kebahagiaan. Namun saat ini masih banyak anak-anak yang tidak dapat menikmati itu.

Seperti yang terjadi di Kota Gorontalo, eksploitasi anak di bawah umur masih saja kerap terjadi. Meski upaya pemerintah telah dilakukan, angka eksploitasi anak masih tinggi.

Pekerja anak di Gorontalo di tahun 2019 terbilang cukup tinggi yakni 4,57 persen. Selanjutnya pada tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi 5,46 persen dan tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 4,28 persen.

Itu artinya penurunan angka eksploitasi anak belum begitu signifikan. Dengan angka ini, banyak sekali anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan dan ke depan bakal berpengaruh pada tingkat pengangguran di Provinsi Gorontalo.

Anggota DPRD Kota Gorontalo Supangkat Nusi menilai, harus ada pihak yang mengontrol pekerjaan yang melibatkan anak-anak tersebut. Masa anak-anak itu berikan mereka kebebasan bermain bukan bekerja.

Eksploitasi anak harus diseriusi kembali oleh pemerintah. Langkah cepat dan tegas harus dilakukan,” kata Supangkat.

Supangkat mengklaim seringkali menyuarakan tentang pekerja anak kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Gorontalo. Tetapi, hingga saat ini belum ada respon apapun.

“Saya berharap, pemerintah beserta penegak hukum dapat menyeriusi persoalan ini, agar anak-anak itu bisa bermimpi kembali seperti anak biasanya,” ia menandaskan.

Simak Video Pilihan Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya