Badai Vorteks Picu Cuaca Panas Terik di Indonesia 3 Hari Terakhir

Dua badai vorteks yang berada di utara berpengaruh pada panasnya cuaca di Indonesia.

oleh Dikdik RipaldiArie Nugraha diperbarui 11 Jul 2022, 02:00 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2022, 02:00 WIB
Ilustrasi Lipsus Cuaca Panas
Ilustrasi Lipsus Cuaca Panas

Liputan6.com, Bandung - Pembentukan dua badai vorteks di utara, yaitu di utara Laut Tiongkok Selatan sebelah timur Vietnam dan di Samudra Pasifik sebelah timur Filipina berdampak kondisi minim awan ini terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia.

Hal ini memicu cuaca panas terik yang terjadi dalam 2-3 hari terakhir terjadi di Indonesia karena kondisi langit yang minim tutupan awan atau disebut pula dengan clear sky.

"Pembentukan dua badai vorteks tersebut telah menarik awan dan sumber-sumber kelembapan yang ada di lautan sekitar Indonesia menjadi jauh ke utara," ujar Erma Yulihastin, peneliti klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ditulis Bandung, Sabtu, 9 Juli 2022.

Menurut Erma, adanya hal itu menjadikan kondisi kering terjadi di atmosfer dari permukaan hingga ketinggian sekitar 26 kilometer.

Terbukti dari data radiosonde yang diluncurkan di Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat oleh tim peneliti dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, BRIN, pada 8 Juli 2022.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Peluang Hujan

"Atmosfer kering yang terjadi saat ini tidak hanya berkaitan dengan angin monsun timuran yang mulai terbentuk secara homogen di selatan Indonesia tetapi juga karena dua sistem konvergensi yang terbentuk di utara melalui badai-badai vorteks tersebut," jelas Erma.

Meskipun demikian, Erma mengatakan karena suhu permukaan laut di Samudra Hindia selatan Jawa masih memanas melebihi rata-ratanya, maka masih terdapat peluang pembentukan aktivitas awan dan hujan yang disuplai dari perairan selatan Jawa menuju Indonesia bagian barat.

Selain itu, potensi terbentuknya La Nina yang masih tinggi sebesar 97 persen hingga bulan Agustus 2022 dan potensi pembentukan Indian Ocean Dipole (IOD) fase negatif yang akan mencapai intensitas tertinggi pada bulan Agustus.

"Kemungkinan pembentukan badai vorteks di Samudra Hindia tetap tinggi sehingga dapat kembali memicu peningkatan aktivitas awan dan hujan di Indonesia selama Juli-Agustus 2022," ucap Erma.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya