Pedagang Kacang Kedelai Garut Surati Presiden Jokowi, Apa Isinya?

Para pedagang kedelai yang sudah berjualan puluhan tahun itu, menilai suntikan subsidi kedelai yang hanya dimonopoli Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) tersebut, berpotensi mengancam keberlangsungan usaha mereka.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 16 Jul 2022, 02:00 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2022, 02:00 WIB
Para pedangan kacang kedelai di Garut, Jawa Barat mengaku keberatan dengan pemberian subsidi kacang kedelai yang diberikan pemerintah. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Para pedangan kacang kedelai di Garut, Jawa Barat mengaku keberatan dengan pemberian subsidi kacang kedelai yang diberikan pemerintah. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Para pedagang kacang kedelai di Garut, Jawa Barat mengaku keberatan dengan pemberian subsidi kedelai yang diberikan pemerintah.

Para pedagang kedelai yang sudah berjualan puluhan tahun itu, menilai suntikan subsidi kedelai yang hanya dimonopoli Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) tersebut, berpotensi mengancam keberlangsungan usaha mereka.

Dalam surat tanpa kop yang ditandatangai para pedagang kacang kedelai di Garut itu, mereka menyurati Presiden Joko Widodo, Menteri BUMN, Menteri Perdagangan, ihwal keberatan mereka terhadap subsidi kedelai yang dinilai merugikan.

Menurut mereka, harga kedelai subsidi dan non subsidi saat ini begitu mencolok yaitu antara Rp1.000 hingga Rp1.500 per kilogram. Hal ini tentu menyebabkan para pedagang kedelai nonsubsidi tidak bisa bersaing dengan Kopti yang menjual kedelai subsidi.

Untuk itu, para pedagang kedelai ini berharap kebijakan untuk membantu para perajin tahu dan tempe itu tidak menjatuhkan usaha para pedagang kedelai.

 

 

Isi Surat

Kepada yth,

Bapak Presiden Joko Widodo

Menteri BUMN

Menteri Perdagangan

Di Jakarta Dengan hormat

 

Kami pedagang kedelai di kota Garut, kami sangat berterima kasih dengan adanya perhatian pemerintah dengan dibuatnya program subsidi kedelai.

Kami agen/toko yang tidak ditunjuk kopti dalam penyaluran subsidi, merasa dirugikan karena masa berjualan kami yang bukan waktu sebentar tentu banyak keterikatan dengan konsumen (pengrajin tempe tahu). dan perbedaan harga subsidi dan non subsidi yang begitu mencolok yaitu antara - Rp 1.000;- Rp, 1.500 per kg, sehingga Kami tidak bisa bersaing dengan kopti yang notabene berkuasa dalam penyaluran subsidi. dan di saat kedelai subsidi kosong pun pihak kopti menjual harga kedelai non subsidi di bawah harga normal. sementara kami hampir setiap hari mendapatkan harga kenaikan kedelai yang segnifikan. sehingga toko kami terancam gulung tikar.

Bapak presiden yang kami hormati,.. Kami berterima kasih bila bapak memperhatikan pengrajin tempe tahu, tapi tidak berarti mengabaikan kami sebagai agen toko yang sudah lama berinteraksi dengan pengrajin tempe tahu ini, sehingga pasti adanya keterikatan bisnis diantaranya. sehingga ada sebagian kecil mereka yang tidak bisa mendapatkan nya.

Untuk itu kami berharap dengan adanya subsidi kedelai bapak bisa berlaku adil, arif dan bijak baik kepada pengrajin juga kepada agen toko seperti kami. kemudian dalam tekhnis pendistribusian subsidi ini pun, Banyak terjadi kejanggalan dan kecurangan seperti karung kemasan kedelai tidak ada perbedaan. dan beberapa pengrajin bisa membeli kedelai subsidi dalam jumlah banyak.

Kami mohon keadilan supaya subsidi tidak hanya melalui KOPTI, tetapi semua pedagang bisa menyalurkan/ menjual kedelai subsidi.

Demikian maksud yang kami sampaikan. semoga bapak presiden dan instansi yang terkait dalam program subsidi kedelai ini bisa memahami dan tidak memperpanjang selama juknis nya tidak dirubah dan di akomomodir dengan baik dan tertib. semoga menjadi perhatian untuk semua pihak.

Hormat kami, pedagang kedele kab. Garut JABAR

1. H.Aceng Hendar (toko Putra Suci)

2. H.cucu Cahyadi ( toko Putra sejati)

3. ibu. Wawan Dahlia ( PD. Subur Jaya)

4. Ibu. Hj. Elly laelawati ( PD. Jaya Murni)

5. ibu Hj. Aat ( toko Putra suci)

6. H. Yudi Hendrayana (PD H. Oman Putra)

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya