Menyibak Potensi Edu-geowisata di Desa Pesisir Teluk Tomini yang Menawan

Hamparan perairan laut Teluk Tomini yang memanjang di perairan wilayah Bone Pesisir menyimpan sejuta keindahan alam yang begitu epik.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 02 Agu 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2022, 06:00 WIB
Desa Oluhuta
Tampak Desa Oluhuta dari ketinggian, tepat di pesisir Teluk Tomini (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Jika berkunjung ke Provinsi Gorontalo jangan lupa untuk singgah di Kabupaten Bone Bolango (Bonebol). Pasalnya, kabupaten di ujung timur Provinsi Gorontalo ini menawarkan sejuta keindahan alam yang luar biasa.

Luasnya hutan Taman Nasional yang belum terjamah membuat Kabupaten ini menjadi salah satu daerah yang dinobatkan sebagai Kabupaten Lestari. Tak hanya itu, hamparan perairan laut Teluk Tomini yang memanjang di perairan wilayah Bone Pesisir menyimpan sejuta keindahan alam yang begitu epik.

Seperti halnya Desa Oluhuta, Kecamatan Kabila Bone. Salah satu desa di Pesisir Kabupaten Bonebol ini, mulai membangkitkan sektor pariwisata dengan mengandalkan kekayaan alam.

Meski desa oluhuta memiliki potensi lain seperti sektor perikanan dan pertanian, desa ini mulai berusaha bangkit demi meningkatkan ekonomi masyarakat. Dari presentasi yang ada saat ini, desa oluhuta memiliki penduduk yang didominasi oleh nelayan dan petani.

Tercatat, Desa oluhuta memiliki jumlah penduduk 1371 jiwa dengan total jumlah kepala keluarga (KK) ada 378. Jika diklasifikasikan, 50 persen penduduk desa oluhuta adalah petani, sementara nelayan ada sekitar 40 persen.

Meski begitu, potensi dua sektor ini dirasa belum mampu menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. Sebab, dua sektor itu juga bergantung pada kondisi alam. Cuaca yang kerap berubah, menjadi kendala utama keberhasilan dua sektor ini.

"Contohnya seperti pertanian, jika terjadi kemarau panjang maka pasti petani tidak bisa menanam ataupun gagal panen. Belum lagi perikanan juga sama, tergantung cuaca," kata Ronal Sahrain Kepala Desa Oluhuta.

Berangkat dari kondisi itulah, dengan kemampuan seadanya pemerintah desa dan masyarakat sekitar menggagas wisata alam dengan konsep Edu-geowisata. Kebetulan di desa tersebut telah lama ditemukan situs jejak purbakala.

Di sini terdapat fosil kerangka manusia Oluhuta yang diperkirakan sudah berumur ratusan tahun. Kerangka itu tertimbun di kedalaman tanah 2 sedalam meter. Belum lagi wisatawan disuguhi dengan pemandangan lautan terangkat.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kepala Desa Oluhuta
Kepala Desa Oluhuta, Ronal Sahrain saat berada di lokasi Edu-geowisata (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Mulai Diminati

Itulah mengapa jika destinasi ini dijuluki Edu-geowisata. Edu-Geowisata sendiri bisa diartikan sebagai konsep wisata baru di Gorontalo berbasis edukasi terhadap kekayaan alam, khususnya dibidang geologi.

"Destinasi ini berhasil diciptakan tokoh masyarakat sekitar, pemerintah desa yang dibantu oleh mahasiswa UKM Literasi Universitas Negeri Gorontalo (UNG)," tuturnya.

“Kami menyebutnya destinasi geosite, keistimewaannya yakni, selain berwisata, pengunjung juga bisa menggunakan tempat ini untuk bahan penelitian dan belajar terkait kehidupan purbakala,” ungkapnya.

Selain itu kata Ronal, untuk membangun wisata ini pihaknya dan warga desa membangun wisata itu secara swadaya. Dari membuat akses jalan menuju lokasi hingga membuat pondok-pondok kecil tempat duduk para pengunjung.

Alhasil, destinasi yang diberi nama wisata Karang Indah ini, mulai diminati para pelancong. Pengunjung tidak hanya sekedar melihat situs purbakala saja, akan tetapi sebagian besar mereka antusias menikmati keindahan pantai.

Musabab, wisata karang indah oluhuta, juga menawarkan spot yang cukup menarik. Seperti tebing karang sudah berumur ratusan tahun dengan corak unik yang menggambarkan kesan jejak purbakala yang diperkirakan sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Selain itu, keindahan bawah laut juga tidak kalah menarik dari wisata bawah laut lain pada umumnya. Bagi para penyuka snorkeling dan diving, bisa menikmati keindahan bawah laut dengan terumbu karang yang masih sangat asri dan terjaga.

Tidak hanya itu, di bawah laut warna-warni dari berbagai macam jenis ikan juga bisa dijumpai di wisata yang masih tergolong baru itu. Jika beruntung, pengunjung bisa menjumpai kawanan ikan badut atau yang dikenal dengan ikan nemo yang memiliki nama latin Amphiprioninae.

"Sebenarnya tidak hanya situs purbakala dan keindahan pantai. Namun keindahan bawah laut juga bisa dijelajahi," ungkapnya.

"Walau masih dengan serba keterbatasan, antusias pengunjung tidak hanya sekedar bersantai, akan tetapi banyak juga yang datang untuk bermalam dengan membangun tenda camping," ungkapnya.

Berkat Gotong Royong

Meski begitu, dengan upaya yang ada, pemerintah desa dan yang dibantu oleh pemuda desa terus mengembangkan wisata itu. Bermodalkan biaya yang didapatkan dari pengunjung, mereka terus melengkapi fasilitas yang dibutuhkan pengunjung.

Saat ini, setiap pengunjung yang datang dikenakan tarif Rp10 ribu per orang. Dari tarif itulah semua digunakan untuk pengembangan lokasi wisata.

"Alhamdulillah pemuda desa terberdayakan dengan adanya potensi ini, walaupun belum ada bantuan dari pemerintah daerah, kami terus berbenah dengan konsep gotong royong," katanya.

"Mudah-mudahan ini akan terus berkelanjutan. Jika banyak pengunjung yang datang, maka bisa dipastikan perputaran ekonomi warga desa juga meningkat dan desa juga keciprat pendapatan asli desa," ia menandaskan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya