Kisah dan Makna Lagu Indonesia Raya 3 Stanza

Selama ini, kita hanya akrab dengan lagu Indonesia Raya yang hanya dikumandangkan 1 stanza saja, misalnya pada upacara bendera di sekolah ataupun acara resmi lainnya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 13 Agu 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2022, 17:00 WIB
Partitur Lagu Indonesia Raya
Partitur Lagu Indonesia Raya Ciptaan Wage Rudolf Soepratman (Liputan6.com/Mufti Sholih)

Liputan6.com, Yogyakarta - Seluruh rakyat Indonesia akan memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 kemerdekaan Republik Indonesia (RI) tahun ini. Meski sudah mencapai usia 77 tahun, ternyata masih banyak yang belum mengetahui bahwa lagu Indonesia Raya memiliki 3 stanza.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 'stanza' adalah kumpulan larik sajak yang menjadi satuan struktur sajak, ditentukan oleh jumlah larik pola matra, atau rima. Stanza juga bisa diartikan sebagai bait.

Selama ini, kita hanya akrab dengan lagu Indonesia Raya yang hanya dikumandangkan 1 stanza saja, misalnya pada upacara bendera di sekolah ataupun acara resmi lainnya. Ternyata, lagu ciptaan Wage Rudolf Soepratman atau W.R. Soepratman Indonesia Raya 3 stanza.

1. Sejarah Lagu Indonesia Raya

Saat itu, majalah Timboel terbitan Solo memuat sebuah pengumuman untuk membuat lagu kebangsaan. WR Soepratman yang membaca pengumuman tersebut pun merasa tertantang.

Kemudian, ketika WR Soepratman sedang meliput kegiatan Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928, ia bertemu dengan Soegondo Djojopeospito, seorang tokoh pemuda pada 1928 yang memimpin Kongres Pemuda II dan menghasilkan Sumpah Pemuda dengan motto 'Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa: Indonesia'.

Dalam pertemuan itu, Soegondo meminta Soepratman agar lagu ciptaannya pada tahun 1924 dibawakan dalam acara Kongres Pemuda II atau yang biasa dikenal sebagai Hari Sumpah Pemuda. Itulah kali pertama lagu Indonesia Raya dikumandangkan.

Meskipun hanya diperdengarkan secara instrumental dengan biola, lagu Indonesia Raya tetap membuat para hadirin terkagum. Pada Kongres itu pula akhirnya ditetapkan hari Sumpah Pemuda.

Sementara itu, tempat WR Soepratman bekerja, Surat Kabar Sin Po, adalah yang pertama kali memublikasikan lirik lagu Indonesia Raya. Lirik tersebut dipublikasikan di edisi ke-10 pada November 1928.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Makna Lagu Indonesia Raya

2. Makna Lagu Indonesia Raya

Lagu Indonesia Raya memiliki 3 larik sajak dan makna yang berbeda di tiap stanzanya. Pada stanza pertama lirik “Marilah kita berseru, Indonesia bersatu”, menggambarkan semangat juang dan persatuan Indonesia yang pada saat itu belum merdeka.

Stanza pertama juga mengalami sedikit perubahan, pada lirik yang awalnya "Bangunlah badannya, bangunlah jiwanya” diubah menjadi “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya”. Hal itu diusulkan oleh Ir Soekarno yang berpendapat bahwa tidak akan bangun raga seseorang jika jiwanya tidak bangun lebih dahulu, dan hanya seorang budak yang badannya bangkit namun jiwanya tidak.

Selanjutnya, stanza kedua, makna pada lirik "Marilah kita mendoa, Indonesia bahagia", menggambarkan landasan spiritual dengan mengajak mendoakan Indonesia agar selalu bahagia. Lirik kedua yang disoroti adalah “Sadarlah budinya, Sadarlah hatinya”, maksudnya adalah agar masyarakat memiliki budi dan hati yang baik.

Pada stanza terakhir juga menekankan pada lirik “Marilah kita berjanji, Indonesia abadi”, yang bermaksud sumpah dari rakyat indonesia agar selalu menjaga Indonesia. Selain itu, juga ada amanat agraria yang terdapat pada lirik “Selamatlah rakyatnya, selamatlah putranya, pulaunya, lautnya, semuanya”.

 

 

Lirik Lagu Indonesia Raya 3 Stanza

3. Lirik Lagu Indonesia Raya 3 Stanza

Stanza 1

Indonesia tanah airku,

Tanah tumpah darahku,

Disanalah aku berdiri,

Jadi pandu ibuku. 

Indonesia kebangsaanku,

Bangsa dan tanah airku,

Marilah kita berseru,

Indonesia bersatu. 

Hidupla tanahku,

Hidupla negriku,

Bangsaku, rakyatku, semuanya,

Bangunla jiwanya,

Banunglah badannya,

Untuk Indonesia raya.

 

Stanza 2

Indonesia, tanah yang mulia,

Tanah kita yang kaya,

Disanalah aku berdiri,

Untuk selama-lamanya. 

Indonesia, tanah pusaka,

Pusaka kita semua,

Marilah kita mendoa,

Indonesia bahagia. 

Suburlah tanahnya,

Suburla jiwanya,

Bangsaku, rakyatku, semuanya,

Sadarlah hatinya,

Sadarlah budinya,

Untuk Indonesia raya.

 

Stanza 3

Indonesia, tanah yang suci,

Tanah kita yang sakti,

Disanalah aku berdiri,

Menjaga ibu sejati. 

Indonesia, tanah berseri,

Tanah yang aku sayangi,

Marilah kita berjanji,

Indonesia abadi. 

Selamatlah Rakyatnya,

Selamatlah putranya,

Pulaunya, lautnya, semuanya,

Majulah negerinya,

Majulah pandunya,

Untuk Indonesia raya.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya