Salah Kaprah, Se'i Ternyata Bukan Nama Makanan

Selama ini orang mengenal se'i sebagai jenis makanan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 24 Okt 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2022, 17:00 WIB
Resep
Se'i sapi sambal matah. (dok. Cookpad Indonesia/Sri Mahyuni)

Liputan6.com, Kupang - Se'i selalu masuk daftar menu makanan di restoran-restoran Nusa Tenggara Timur. masih sering salah kaprah soal Se'i ini yang dianggap sebagai nama makanan. 

sebenarnya, Se'i adalah teknik memasak yang berasal dari Kupang, NTT. Di daerah asalnya, Se'i umumnya digunakan untuk memasak daging babi.

Namun, setelah teknik memasak ini populer dan menyebar ke berbagai daerah, para penjual pun mengganti daging babi dengan daging sapi. Penggantian bahan dasar ini tak akan meninggalkan cita rasa autentiknya selama masih menggunakan teknik memasak dan racikan yang sama.

Mengutip dari indonesia.go.id, se'i sebenarnya merupakan teknik memasak tradisional yang berasal dari Suku Molo, Kepulauan Timor, khususnya wilayah Timor Barat dan Timor Tengah Selatan.

Se'i adalah teknik memasak daging tipis yang dimatangkan menggunakan arang.

Bara api dari arang tersebut harus terus menyala tanpa dikipas. Memasaknya pun bisa berjam-jam bahkan sampai berhari-hari.

Arang tersebut diletakkan jauh dari tempat pemanggangannya. Jaraknya bahkan bisa sampai dua meter agar asap tidak meresap ke daging, sehingga tidak akan memengaruhi rasa dagingnya.

Suku Molo yang tinggal di Pegunungan Mutih, wilayah Timor Tengah Selatan, melakukan se'i dengan meletakkan daging di atas bara tanpa asap sama sekali. Tungku untuk menyalakan bara api diletakkan terpisah dengan tempat mematangkan daging.

Bara api pada arang harus terus menyala tanpa dikipas agar tidak menghasilkan asap. Untuk mempertahankan bara pada arang, Suku Molo menggunakan kayu kosambi yang tebal dan besar.

Mereka juga menggunakan daun kosambi sebagai penutup daging agar matang sempurna. Daun kosambi disebut berfungsi untuk menahan panas saat daging sedang di-se'i sekaligus menjaga rasa dan warna asli daging agar tetap merah.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Tidak Menggunakan Garam

Se'i yang asli juga tidak menggunakan garam karena sebagai orang pegunungan, Suku Molo tidak mengenal garam. Garam biasanya dibawa oleh orang pesisir, sehingga di Molo, se'i dibuat tawar.

Proses pengasapan ini diawali dengan mengiris daging memanjang dan melumurinya dengan atau tanpa garam. Kemudian, daging digantung selama beberapa jam untuk mengeringkan kandungan air atau darah di dalamnya.

Sementara itu, daun kosambi digunakan sebagai penyaring panas dan asap yang berlebihan. Teknik inilah yang membuat aroma dan warna daging tetap terjaga.

Daging se'i yang hanya dibumbui seadanya ini ternyata tetap terasa gurih. Terlebih jika disantap dengan sayur tumis bunga pepaya dan sambal lu'at.

Sambal lu'at ini mirip dengan sambal jeruk. Hanya saja pada sambal lu'at ditambahkan kulit jeruk dengan bahan dasar cabai merah.

Selain dengan sambal lu'at, masyarakat Kupang juga sering menyantap daging se'i dengan jagung bose. Jagung bose adalah sajian semacam bubur jagung yang dicampur dengan kacang merah.

Sebenarnya, teknik memasak daging secara tradisional ini juga berkaitan dengan sebuah persembahan. Suku-suku di Timor biasanya menggunakan daging se'i sebagai persembahan untuk para Dewa.

Kini, teknik memasak tradisional ini telah tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Kepulauan Timor, Flores, seluruh NTT, bahkan di kota-kota lain di Indonesia.

(Resla Aknaita Chak)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya