Liputan6.com, Bandung - Saat ini, jenama lokal Indonesia, The Goods Dept tengah ramai dibicarakan warganet di jagat maya. Pasalnya, hal tersebut terjadi ketika salah satu akun Twitter membagikan kisah buruknya terkait perusahaan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Akun bernama DIahLarasatiP itu membagikan ceritanya mengenai lebih dari 30 karyawan dipaksa untuk mengundurkan diri hingga mengganti rugi kurang lebih Rp30 juta per karyawan oleh salah satu brand lokal ternama tersebut.
Cuitan yang dibagikan pada Kamis (3/11/2022) itu pun langsung ramai dibicarakan warganet.
Adapun salah satu yang membuat Diah membuat cuitan tersebut karena setelah selesai membuat pernyataan serta menandatangani pengunduran diri, sebagian karyawan bahkan dikabarkan tidak mendapatkan gaji karena dipakai untuk ganti rugi hasil dari minus tersebut.
“Kami baru di info kami tdk akan mendapatkan gaji bulan ini. Gaji tersebut akan dipakai untuk ganti rugi hasil minus tersebut. Kena jebakan bertubi2. Udh dipaksa resign ga gajian juga dengan alasan untuk ganti rugi,” tulis akun tersebut dikutip pada Jumat (4/11/2022).
Pihaknya pun menelusuri dan menemukan ada beberapa barang yang tak terpindai dan tidak ada datanya di dalam hasil stock opname. Terbukti hasil stock opname itu tidak maksimal karena banyak barang yang tak terpindai.
Pada 28 Oktober 2022, diklaim bahwa "tim E ke semua toko memberikan informasi ke seluruh toko." Saat itu, mereka menyebut, pihak tim operational store akan mengadakan stock opname ulang pada 31 Oktober 2022 dikarenaka pihaknya kurang yakin dengan hasil stock opname sebelumnya.
Kronologi Versi dari Akun Twitter
Pada 19-20 Oktober 2022, toko tersebut melakukan stock opname yang mana hasilnya terdapat minus yang banyak. Alhasil para karyawan menjelaskan faktor-faktor dari sisi mereka mengenai hal tersebut.
“Pada saat itu mereka juga menanyakan kenapa hasil SO kemarin bisa banyak minusnya, kami pun menjelaskan dari beberapa faktor,” kata akun DiahLarasatiP.
1. Faktor External, kenapa kita bisa menyebutkan faktor external, karena di bagian pintu keluar masuk sensormatic kita tidak berfungsi, sudah error. Kita sudah report untuk diperbaiki, tapi selama 1 tahun ini tidak kunjung diperbaiki.
2. Faktor Sistem, beberapa kali kami menemukan adanya transaksi yang tidak memotong qty yang ada di stockcard sistem tapi anehnya transaksi value masuk sehingga setiap closingan antara edc dan sistem selalu balance. Hal ini sudah sering terjadi dan sudah dilaporkan ke pihak IT dan Inventory. Itu hanya beberapa qty yg terpantau mungkin banyak transaksi yang tidak terpotong yg tidak terpantau oleh kami.
3. Faktor alokasi barang (Transfer out dan transfer in).
4. Faktor internal, sebenarnya untuk faktor internal kami tidak yakin. Karena dari total 1000 lebih qty yang hilang dalam setahun berarti 1 orang perhari bisa mengambil 4-5 barang.
Agak tidak masuk akal dikarenakan setiap adanya transaksi security selalu berada di belakang kasir untuk mengawasi transaksi tersebut, setiap karyawan yang keluar masuk selalu diminta datanya dan dilakukan bodycheck. Dan juga pada saat pulang, karyawan selalu diperiksa tasnya dan dilakukan bodycheck lagi. Dan ada lebih dari 40 titik CCTV di dalam store.
5. Hasil Stock Opname tidak maksimal seperti yang Kami info sebelumnya," bunyi keterangan dari akun tersebut.
Tidak hanya menjelaskan barang-barang yang minus saja, Diah juga menceritakan bagaimana ketika pihaknya memberikan penjelasan lalu ada tim yang mengambil alih dengan mengganti PIC/ASM/Headstorenya dan tanpa adanya informasi sebelumnya.
“Setelah mendengar penjelasan kami. Tim E mengambil alih dengan mengganti PIC/ASM/Headstore kami. PIC kami diminta untuk menandatangani Handover jabatan dengan PIC baru dari pihak E tanpa info sebelumnya. Pada saat itu hanya handover jabatan,” ujarnya.
Dalam cuitan tersebut juga dijelaskan bagaimana bagian PIC-nya tersebut tidak diminta untuk mengundurkan diri dengan alasan sampai SO ulang terselesaikan handover-nya. Namun, tim mereka telah berpikiran bahwa PIC dipertahankan untuk melatih PIC baru dan kemudian PIC lama akan dikeluarkan.
"PIC kami tidak diminta untuk mengundurkan diri dengan alasan ini hanya sampai SO ulang selesai handover nya. PIC kami sudah memiliki pikiran negatif bahwa dia dipertahankan hanya untuk mentraining PIC baru setelah PIC baru sudah menguasai sistem dia akan ditendang. Karena PIC dan kasir baru dari Tim E ini tidak mengerti sama sekali sistem. Maklum ambilnya dari orang gudang."
Setelah handover, diinformasikan juga pada 31 Oktober 2022 akan datang datang TIM HR dari The G untuk menjelaskan maksud dan tujuan dari handover ini. Pada 28 Oktober 2022, di story Instagram The G mereka open recruitment untuk SA.
"Kita makin curiga ni. Padahal tidak ada store baru dan store yang membutuhkan manpower tambahan. Dan sampai saat ini tidak ada info atau internal memo untuk penggantian atau pemecatan kami. Pada tanggal 30 Oktober 2022 PIC kami mendapat list nama2 SA baru yang siap ditempatkan dan mulai incharge pertanggal 31 Oktober 2022 disemua store The G ( ini listnya bukan dari pihak Management G ya, Listnya PIC kami dapatkan dari temannya, orang E)," tambahnya.
Pihaknya juga menjelaskan bagaimana para karyawan diminta untuk mengganti rugi dan PIC harus mengganti rugi ratusan juta yang bahkan tidak bisa dicicil ataupun dipotong gaji. Meskipun begitu pihak management memberikan solusi lain berupa pengunduran diri.
“Akhirnya management memberikan solusi agar PIC kami mengundurkan diri dan membuat pernyataan bahwa mengundurkan diri tanpa paksaan dan dalam keadaan sadar,” ujarnya.
Karena hal tersebut tidak dapat diterima oleh PIC dan meminta management untuk membuktikan Tim Operasional Store yang mengambil barang-barang tersebut, pihaknya juga menjelaskan bilamana memang ada salah satu tim yang terbukti mencuri barang dia merasa aneh mengapa harus semua tim yang menanggungnya.
“Lagi pula apabila terbukti salah satu tim Kami mencuri barang tersebut, kenapa tidak yang bersangkutan saja diproses. Kenapa semua disamaratakan. dan kenapa semua harus terkena imbasnya,” ungkap akun tersebut.
Pengunduran diri yang harus dilakukan oleh keseluruhan tim tersebut juga tidak ada bukti baik CCTV ataupun bukti lainnya dan hanya berdasarkan data minus.
“Tetapi manajemen tidak mempunyai bukti apapun, baik bukti cctv atau bukti lainnya. Mereka hanya menekankan dari data minus tersebut bahwa minus tersebut terjadi karena kelalaian Tim Operasional store,” ujarnya.
Tekanan serta ancaman yang diterima membuat tim tersebut tertekan bahkan setiap karyawan disebutkan nilai ganti ruginya yang sebesar puluhan juta per orangnya. Bahkan mereka juga tidak mendapatkan gaji di bulan ini karena disebutkan untuk mengganti rugi hasil minus tersebut.
Saat ini, pihak The Goods Dept belum memberikan klarifikasinya mengenai kabar tersebut. Liputan6.com juga telah mencoba menghubungi pihak The Goods Dept untuk minta tanggapan, namun hingga berita ini diturunkan, pihaknya belum menanggapi.
Adapun para warganet mulai geram dan membagikan cerita tersebut sampai akhirnya trending di media sosial Twitter.
Advertisement
Berdiri Sejak 2010
Perusahaan ini mengusung sebuah concept store yang ada di Jakarta dan penemunya adalah Anton Wirjono dan dikelola oleh PT Cipta Retail Prakarsa.
Dikutip dari situs resminya, brand ini hadir sejak 2010 dan menjadi andalan untuk fashion serta lifestyle dari brand Indonesia dan Internasional. Menjadi wadah bagi kurasi produk lokal dalam bersaing dengan produk internasional.
Adapun beberapa brand yang mereka miliki mulai dari THE GOODS CAFE, GOODS BURGER, hingga THE GOODS DINER. Dikutip dari official store-nya di Blibli, adapun produk fesyen dari The Goods Dept juga dikenal sebagai produk lokal yang dikenal oleh beberapa masyarakat Indonesia.