Pihak RSUD Toto Bonebol Buka Suara soal Dugaan Penelantaran Pasien hingga Meninggal

Namun, di balik pembenahan fasilitas yang dilakukan pemerintah, sejumlah pasien masih saja mengeluhkan pelayanan dokter dan perawat di RSUD itu.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 29 Des 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 29 Des 2022, 13:00 WIB
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol) ditutup, setelah 14 nakes terkonfirmasi positif Covid-19. (Foto: Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol) (Foto: Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - Saat ini Pemerintah Bone Bolango (Bonebol), Gorontalo tengah membenahi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila Bonebol. Tak tanggung-tanggung, pemerintah mengucurkan anggaran miliaran dari dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk memperbaiki fasilitas di RSUD tersebut.

Namun, di balik pembenahan fasilitas yang dilakukan pemerintah, sejumlah pasien masih saja mengeluhkan pelayanan dokter dan perawat di RSUD itu. Pelayanan tersebut mulai dari kesigapan perawat hingga ketepatan waktu dokter dalam mengambil tindakan medis.

Perawat dan dokter seakan tidak ada koordinasi intens dalam menangani setiap pasien yang ada. Biasanya, waktu pemeriksaan yang disampaikan oleh perawat ke pasien, kerap kali tidak sesuai dengan kehadiran dokter untuk melakukan pemeriksaan.

Kondisi inilah yang menjadi masalah urgen yang kerap dialami oleh sejumlah pasien RSUD Toto Kabila. Bahkan, sempat dikabarkan ada pasien yang meninggal dunia, hanya gara-gara pelayanan yang terkesan asal-asalan.

Seperti halnya yang diungkapkan, Arman, salah satu keluarga pasien mengaku, jika ibundanya meninggal dunia diduga karena pelayanan yang lambat. Kala itu, pasien tengah merasakan sakit, tapi tidak ada yang melakukan penanganan serius.

"Saat itu, dokter penanggung jawab tidak ada, sementara pasien tengah merasakan sakit. Bahkan, transfusi darah tidak dilakukan sampai ibu saya meninggal," kata Arman.

"Ketika ditanya, perawat hanya bilang penangan harus tunggu dokter, sampai kapan harus tunggu dokter. Sementara pasien butuh penanganan," ujarnya.

Simak juga video pilihan berikut:

Hasil Lab Lambat

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol) (Foto: Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Selain itu, kata Arman, hasil pemeriksaan laboratorium RSUD tersebut, baru diketahui setelah pasien sudah meninggal dunia. Pihak rumah sakit tidak menyampaikan hasil laboratorium tersebut kepada keluarga pasien.

"Kalau pengalaman saya, biasanya hasil lab itu diberitahukan ke keluarga. Setelah saya cek, pengambilan sampel darah pagi hari, hasilnya baru keluar pukul 22.00 Wita malam," imbuhnya.

Karena tidak ada pelayanan yang pasti, akhirnya pihak keluarga pasien memutuskan untuk pindah rumah sakit. Akan tetapi, pihak perawat tidak mengizinkan dengan alasan harus menunggu dokter dulu.

"Mereka tidak mengizinkan pindah rumah sakit, karena menunggu dokter tidak ada, ibu saya akhirnya meninggal dunia," katanya.

"Kalau begini cara mereka melayani pasien, berapa banyak lagi korban jatuh hanya karena diduga pelayanan yang tidak becus. Mudah-mudahan pihak rumah sakit bisa melakukan evaluasi," imbuhnya.

Tanggapan Pihak RSUD Toto Kabila

Sementara itu, Direktur RSUD Toto Bonebol, dr Serly Daud ketika dikonfirmasi mengatakan, bahwa pemeriksaan Blood smear membutuhkan waktu untuk di-expertise oleh dokter pemeriksa. Kemudian dilaporkan ke dokter DPJP yang meminta pemeriksaan.

"Sehingga hasilnya dijadikan dasar untuk dilakukan tindakan transfusi," kata dr Serly.

Selain itu, pasien tersebut juga didiagnosis dengan Neurogenic Herpetik atau Neuralgia Post Herpetika. Berdasarkan pemeriksaan fisik terakhir, dicurigai juga terdapat Syok Sepsis Suspek Pneumonia dan Urosepsis.

"Terdapat gangguan ginjal akut," ia menandaskan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya