Peradaban Mulia yang Digaungkan dalam Rakernas LPTNU Harus Sampai ke Akar Rumput

Peradaban mulia yang digaungkan dalam Rakernas Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) hanya akan menjadi wacana jika faktanya aspek kemaslahatan dan kemanfaatan tidak sampai ke kalangan bawah, akar rumput (grass root).

oleh Reza Efendi diperbarui 08 Mar 2023, 19:08 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2023, 19:08 WIB
Konferensi Pers
Konferensi pers Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Konferensi Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama, di Ballroom Hotel Santika Dyandra Medan (Reza Efendi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Medan Peradaban mulia yang digaungkan dalam Rakernas Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) hanya akan menjadi wacana jika faktanya aspek kemaslahatan dan kemanfaatan tidak sampai ke kalangan bawah, akar rumput (grass root).

Hal itu disampaikan Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Prof. Muryanto Amin, yang juga panitia pusat Rakernas LPTNU di Ballroom Hotel Santika Dyandra Medan, Rabu (8/3/2023).

"Kita perlu membuat kesadaran bahwa Indonesia-Aceh hingga ke Papua harus mendapat perhatian yang sama dan merata," sebutnya.

Menurut Muryanto, kesadaran itu bisa didapat dengan membangun peradaban grass root, dengan cara kolaborasi antarperguruan tinggi. Yang kecil berkolaborasi dengan perguruan tinggi yang besar.

"Agar bisa mengkurasi dan melakukan advokasi bersama," ucapnya.

Nahdlatul Ulama (NU) menggelar Rakernas LPTNU dan Konferensi Pendidikan Tinggi NU di Medan, dimulai sejak Rabu (8/3/2023) sampai Jumat, 10 Maret 2023.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Bertransformasi Membangun Peradaban

Rakernas NU
Rakernas dan Konferensi Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama di Medan

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya, saat memberi kata sambutan mengatakan, di usia NU yang telah berjalan 1 abad kini mengalami banyak perkembangan.

"Agar jangkauan pergulatan lebih luas, kita harus membangun format peradaban. Dalam arti, menyumbangkan sumbangsih yang maslahat untuk peradaban dunia," ucap Gus Yahya.

Wakil Presiden Republik Indonesia, Ma’ruf Amin, yang menyampaikan sambutan secara virtual, mengatakan, LPTNU berperan penting menciptakan sumber daya manusia yang unggul. LPTNU dituntut melahirkan ahli agama yang tidak hanya cakap secara tekstual, tetapi juga kontekstual dan dinamis.

"LPTNU perlu mendorong perluasan sinergi dan kerja sama, tidak hanya dengan PTNU dan universitas, tetapi juga instansi lain, kemitraan dengan industri," kata Ma’ruf Amin.

Mendikbud dan Mensesneg Jadi Narasumber

Rakernas NU
Wapres Ma'ruf juga berpesan kepada LPTNU agar fokus dalam meningkatkan profesionalitas

Mengusung tema “Merawat Jagat, Membangun Peradaban dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”, kegiatan ini diisi narasumber Mendikbudristek, Nadiem Makarim, yang menyampaikan, ke depan Kemendibudristek akan menggandeng LPT PBNU untuk berkolaborasi jangka panjang.

"Saya yakin, melalui konsolidasi dengan LPT PBNU, berbagai persoalan dapat terselesaikan," ujarnya.

Turut menjadi narasumber, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno, yang menegaskan, untuk membangun peradaban dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi. Harus ada kesadaran terkait pembagian tugas.

"Banyak pihak eksternal yang ternyata berminat memberikan beasiswa, dan diharapkan mampu mendorong mahasiswa turut berkontribusi membangun peradaban melalui ide-ide segar," ucapnya.

Dihadiri 1.000 Orang

Rakernas NU
LPTNU tidak cukup hanya berlomba untuk menjad terdepan dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga berpikir bagaimana ilmu pengetahuan dapat memberikan kemuliaan bagi bangsa Indonesia

Ketua LPTNU, Prof. Ainun Naím menuturkan, Rakernas dan Konferensi LPTNU dihadiri lebih kurang 1.000 orang dengan 300 perguruan tinggi.

Agenda acara terdapat kegiatan seminar nasional yang membahas isu-isu penting berkaitan dengan peran industri terhadap pendidikan, pengelolaan pembiayaan pendidikan, dan materi dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi maupun Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.

Terdapat 2 kegiatan Rapat Kerja Komisi. Pertama fokus membahas kurikulum Pendidikan Moderasi Beragama dan Aswaja, serta pengembangan SDM, riset, dan teknologi di lingkungan Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU), dan komisi.

"Kedua fokus membahas tata kelola, kerja sama, peraturan organisasi dan perencanaan strategis serta program kerja di PTNU," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya