Curhat Kapolda DIY soal Pelaku Kejahatan Jalanan yang Didominasi Geng Anak-Anak

Maraknya kejahatan jalanan yang telah memakan korban baik luka luka maupun jiwa menjadi perhatian khusus orang nomor satu di Polda DIY ini. Bahkan, tak hanya memerintahkan, Kapolda juga turun langsung melihat di lapangan.

oleh Hendro diperbarui 07 Apr 2023, 21:00 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2023, 21:00 WIB
Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan bersama pejabat Polres Gunungkidul
Berbincang dan sahur bersama saat lakukan penjagaan pengaman dijajaran Polres Gunungkidul. sederhana, namun hangat dirasa oleh para anggota yang berdinas sejak malam hingga pagi tiba.

Liputan6.com, Yogyakarta Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan mendadak mengunjungi Gunungkidul pada malam hari. Ada apa gerangan? Rupanya kunjungannya tersebut merupakan bentuk dukungan untuk Anggota Polres Gunungkidul dalam menjalankan tugas pengamanan saat bulan suci Ramadan.

Maraknya kejahatan jalanan yang telah memakan korban baik luka-luka maupun jiwa, menjadi perhatian khusus orang nomor satu di Polda DIY ini. Bahkan tak hanya memerintahkan, Kapolda juga turun langsung melihat di lapangan.

Dari beberapa kasus yang berhasil diungkap jajaran Polda DIY, Suwondo masih mencari formula khusus dalam penanganannya. Sebab, kejahatan jalan sekarang ini kebanyakan pelakunya masih anak di bawah umur.

"Jadi masih dicari solusinya, karena pelaku adalah anak-anak. Namun, kita sudah mengetahui di mana, waktu, dan berapa orang juga melalui apa mereka melakukan kejahatan jalanan," kata Suwondo saat berbincang di Tugu Tobong Gunungkidul.

Menurut jenderal bintang dua ini, perlu adanya partisipasi baik dari masyarakat dan yang paling utama adalah peran orang tua. Karena, anak-anak dalam hal ini yang masih berada berusia di bawah 17 tahun masih perlu pengawasan orangtua.

Orangtua merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas perkembangan anaknya, mulai dari moral, etika, tata susila, pendidikan, bahkan hingga pada pergaulan di lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah.

Pada fenomena sekarang ini, tuntutan ekonomi dan gaya hidup menjadikan kurang perhatiannya orangtua terhadap anak. Terlebih, sekarang ini penggunaan telepon pintar menjadikan anak dapat lebih bebas berekspresi dengan lingkungan.

"Banyak faktor tentunya, tetapi yang paling menonjol saat ini adalah penggunaan media sosial yang dapat dibilang sudah terlalu bebas, dan tentunya ada dampaknya," dia mengatakan.

Suwondo mencontohkan, banyak kasus kejahatan jalanan yang terjadi di Yogyakarta sekarang ini dilakukan oleh kelompok remaja yang bersatu atas nama geng. Bahkan, demi mengembangkan eksistensi geng tersebut mengunggah aktivitas kelompoknya.

"Jadi satu geng dengan geng yang lain itu perang di media sosial awalnya, terus saling tantang terjadilah kejahatan jalanan. Bahkan, kadang mencari lawan yang random atau acak," ucapnya.

Peranan kelompok atau geng itu sendiri menjadi menonjol manakala ada calon anggota baru yang akan bergabung mengharuskan untuk melakukan tindak kriminalitas, mulai dari aksi vandalisme seperti corat-coret, teror jalanan, perusakan, hingga pada tindakan kriminal.

Hal ini tentu saja menjadi tren di kalangan anak-anak. Pengakuan atas nama kelompok atau geng juga eksistensi diri dinaungi dalam sebuah perkumpulan yang menjadikan mereka melakukan hal-hal di luar aturan bersosial masyarakat.

"Karena orangtua sibuk dengan aktivitas, bahkan banyak yang orangtua yang bekerja di luar kota sehingga dititipkan ke pihak keluarga membuat si anak merasa kelompok atau geng ini adalah keluarganya yang sesuai dengan jiwa pemberontakannya," terang Kapolda.

Seperti dicontohkan, lanjut Kapolda, ada pengakuan dari salah satu pelaku di mana ia diharuskan untuk melakukan tindakan kriminal untuk diakui eksesistensinya. Bahkan, jika belum pernah maupun tidak mau melakukan maka ia akan dikucilkan.

Yang paling berat ketika sudah masuk dan diakui menjadi anggota kelompok geng tersebut. Remaja tersebut meski masih di bawah umur tak mampu menolak ajakan atau sanksi anggota geng jika tak menuruti aturan kelompok tersebut.

"Jadi karena mendapat ruang untuk eksplorasi diri, maka masuklah si anak tersebut ke anggota geng. Dan pada saat akan keluar juga susah karena bisa membahayakan dirinya atau keluargannya," imbuhnya.

Atas dasar hal tersebut, maka peran orangtua dalam pembinaan dan perkembangan anak sangat diperlukan. Terutama terkait ruang untuk mengaktualisasikan diri anak di dalam keluarga maupun di lingkungan tempat tinggalnya.

Maka, Kapolda DIY menganjurkan agar orangtua terutama ibu dapat menjaga ekosistem keluarga agar anak dapat bercerita. Hal inilah yang menjadikan satu program Polda DIY, yaitu Ibu Memanggil.

"Jadi kami pakai kata 'Ibu Memanggil" untuk keluarga dapat mendengar cerita anak anak mereka. Entah baik atau buruk, dengarkan. Ini bisa jadi salah satu solusi menekan kejahatan jalanan yang dilakukan oleh anak-anak," paparnya.

Sementara itu dalam kunjunganya, Kapolda juga memberikan dukungan kepada anggota Polres Gunungkidul telah melakukan tugasnya dengan baik yaitu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dengan menempatkan anggota di titik-titik rawan.

Selain itu, Kapolda juga memastikan, saat bulan suci Ramadan ini, wilayah Gunungkidul dan Yogyakarta pada umumnya wajib dalam keadaan aman dan nyaman untuk warga.

"Jadi ini pilot project, karena saya sayang sama anggota. Saya tak hanya memerintahkan saja, dan saya harus terlibat meski harus bergadang hingga pagi tiba," ulang Kapolda sembari menyiapkan makan sahur.

Tak berselang lama, makanan untuk sahur sudah disiapkan di lokasi jaga. Seluruh anggota juga melaksanakan makan sahur bersama.

"Meski hanya nasi bungkus, saya ingin dekat dengan anggota, masyarakat, dan awak media agar segala persoalan yang ada di Yogyakarta dapat diselesaikan dengan baik tentunya. Aman, nyaman, dan bahagia," Suwondo memungkasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya