Weh Huweh, Tradisi Berbagi pada Malam ke-21 Ramadan ala Masyarakat Demak

Tradisi weh huweh juga dianggap sebagai bentuk modal warga untuk menyambut malam Lailatul Qadar.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 11 Apr 2023, 01:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2023, 01:00 WIB
Ilustrasi Ramadan
Ilustrasi Ramadan. (Photo Copyright by Freepik)

Liputan6.com, Demak - Masyarakat di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, memiliki tradisi saling berbagai makanan yang disebut weh huweh. Tradisi ini biasanya dilakukan jelang malam ke-21 Ramadan.

Tradisi ini dilakukan oleh sejumlah masyarakat yang tinggal di Jalan Sampangan sampai Jalan Domenggalan, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak Kota. Mereka akan menggelar atau menaruh sejumlah makanan di depan rumah sejak Magrib hingga waktu Isya tiba.

Tradisi Ramadan ini dilakukan dengan berkeliling untuk menukar makanan. Masyarakat yang berkeliling ini akan menukar makanan yang ia bawa dengan makanan yang disediakan si tetangga di depan rumah.

Tak hanya menukar, masyarakat setempat juga akan menyempatkan diri mengobrol satu sama lain untuk mempererat silaturahmi. Tradisi ini membuat jalanan di sekitar lokasi tampak sangat ramai dan penuh keceriaan.

Nuansa menjadi semakin tampak ceria karena biasanya warga juga akan menghias lokasi di sepanjang jalan dengan balon warna-warni dan lampu hias. Meski tak diketahui awal mula kemunculan tradisi ini, tetapi masyarakat percaya tradisi weh huweh sudah berlangsung secara turun-temurun.

Salah satu hal yang sangat ditekankan pada tradisi ini adalah kejujuran. Oleh karena itu, makanan yang diletakkan di depan rumah warga ditempatkan pada wadah yang mudah dijangkau siapa saja, termasuk anak-anak.

Selain itu, tradisi weh huweh juga dianggap sebagai bentuk modal warga untuk menyambut malam Lailatul Qadar. Memaafkan dan kembali menjalin tali silaturahmi akan membuat masing-masing warga mengharapkan banyak pahala pada bulan Ramadan.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya