Penjelasan BMKG Manado Terkait Gerhana Matahari Hibrida

Untuk gerhana matahari total di Indonesia hanya bisa disaksikan di Kota Biak dan Pulau Kisar, Maluku. Sedangkan, gerhana cincin hanya bisa disaksikan di Samudera Hindia dan Pasifik.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 21 Apr 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2023, 20:00 WIB
Salah satu warga Manado saat menyaksikan gerhana matahari hidrid dari Kantor BMKG Manado, Kamis (20/4/2023).
Salah satu warga Manado saat menyaksikan gerhana matahari hidrid dari Kantor BMKG Manado, Kamis (20/4/2023).

Liputan6.com, Manado - Warga Kota Manado, Sulut, Kamis (20/4/2023), antusias menyaksikan gerhana matahari hibrid, mulai siang hari sekitar pukul 12.00 Wita.

Peristiwa ini hanya bisa disaksikan di sebagian wilayah Indonesia terlebih khusus wilayah timur seperti Sulawesi Utara, Maluku dan Papua.

"Kita menyaksikan gerhana matahari hibrida, yaitu gabungan antara gerhana total dan cincin," ungkap Kepala BMKG Manado Tony Agus Wijaya.

Dia mengungkapkan, untuk gerhana matahari total di Indonesia hanya bisa disaksikan di Kota Biak dan Pulau Kisar, Maluku. Sedangkan gerhana cincin hanya bisa disaksikan di Samudera Hindia dan Pasifik.

"Kemudian wilayah Indonesia yang lain termasuk di Manado mengamatinya berupa gerhana matahari sebagian," ujarnya.

Gerhana matahari sebagian adalah sebagian bayangan bulan menghalangi sinar matahari yang teramati di bumi.

"Di Manado saat puncak gerhana hanya 74,4 persen dari piringan matahari, karena tertutup oleh bayangan bulan sehingga kita melihat matahari seperti sabit atau huruf C yang terbalik," ujarnya.

Tony mengatakan, memang ini adalah peristiwa alam akibat dari peredaran benda-benda langit seperti matahari, bulan dan bumi di saat tertentu seperti saat ini berada dalam 1 garis lurus.

"Kita di Manado beruntung, cuacanya cerah sehingga dapat mengamati dari awal fase kontak pertama hingga terakhir," ujarnya.

Dia juga mengatakan, proses gerhana matahari sebagian di Manado berlangsung 3 jam 2 menit yang diawali dari pukul 12.37 dan berakhir pukul 14.08 Wita. Sebelumnya, terjadi kontak pertama di pukul 11.05 Wita.

"Ini adalah peristiwa yang menarik yang dapat diamati masyarakat, dan tidak perlu khawatir karena tidak ada dampak khusus dari gerhana ini. Hanya mungkin pengaruh ke pasang air laut atau perubahan suhu namun tidak terlalu signifikan," ujarnya.

Tony mengatakan, justru yang perlu diwaspadai masyarakat adalah jangan menatap langsung ke arah matahari karena sinar radiasi yang sangat kuat sehingga dapat merusak mata.

"Proses gerhana matahari selalu dinamis posisi ada gerak semunya dalam 1 menit ada 1 derajat, dan puncaknya hanya 14.08 Wita waktu Manado," ucapnya.

Secara bertahap wilayah yang tertutup oleh bulan di piringan, matahari akan berkurang sehingga akan kembali ke posisi awalnya.

"Gerhana matahari hibrida adalah langka karena bersamaan antara total dan cincin tapi sayangnya tidak bisa diamati di seluruh wilayah Indonesia," katanya.

Selain itu, tahun ini hanya ada 1 gerhana matahari, yang lainnya adalah gerhana bulan yang akan terjadi pada tanggal 5 Mei dan 29 Oktober 2023.

"Kalau gerhana bulan lebih nyaman untuk mengamati, karena tidak terlalu cerah karena hanya pantulan sinar matahari ke bulan sehingga lebih nyaman diamati," tambah dia.

Seorang mahasiswi di Manado, Mega mengaku sangat bersyukur dapat menyaksikan langsung gerhana matahari hibrid di Kantor BMKG Manado.

"Sangat menarik, dan sangat langka momen seperti ini," ujarnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya