Irigasi Tak Maksimal, Warga Pinogu Berebut Air untuk Sawah Masing-masing

Setiap musim tanam tiba, warga Pinogu yang menggarap sawah kerap berebut air, agar areal sawah mereka dapat dialiri air.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 24 Mei 2023, 10:23 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2023, 20:00 WIB
irigasi pinogu
Irigasi persawahan di Kecamatan pinogu yang dibangun dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bonebol tahun 2018, yang diperkirakan mencapai 18 miliar (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Sejatinya, irigasi berfungsi sebagai pemasok kebutuhan air untuk lahan pertanian. Bahkan, Keberadaan irigasi membuat ketersediaan air saat musim kemarau.

Tetapi irigasi yang ada di Kecamatan Pinogu, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol), Gorontalo justru berbeda. Pembangunan irigasi justru menyulitkan petani sawah di Kecamatan terpencil di Bonebol itu, untuk mendapatkan air.

Setiap musim tanam tiba, warga Pinogu yang menggarap sawah kerap berebut air, agar areal persawahan mereka terisi. Konflik warga berebut air pun sesekali terjadi lantaran irigasi yang dibangun tidak mampu memasok kebutuhan air.

Imbasnya, selain konflik warga berebut air, banyak areal persawahan yang terlambat untuk digarap. Jadinya, panen pun tidak serentak dan menjadi pemicu naiknya harga beras.

"Kalau seperti dulu belum ada irigasi, tidak ada air seperti sekarang ini. Sekarang lebih banyak sawah yang tidak dapat air," kata Ilyon Gaib salah satu petani sawah di Kecamatan Pinogu kepada Liputan6.com, Minggu (21/05/2023).

"Sekarang panen tidak serentak, dulu kalau serentak beras menjadi murah. Sekarang malah naik, harga beras karena panen tidak lagi serentak," ungkapnya.

Irigasi yang dibangaun dengan anggran Dana Alokasi Khsus (DAK) Bonebol tahun 2018 itu, kurang lebih memakan biaya Rp18 miliar. Namun harapan irigasi yang dirancang dapat mengairi 2.000 hektare lahan malah tidak sesuai dengan harapan.

Diduga kuat, perencanaan hingga konstruksi pembangunan yang tidak sesuai, membuat irigasi tersebut tidak bisa digunakan secara maksimal. Letak irigasi lebih rendah membuat aliran air tidak bisa mengairi lahan persawahan.

Karena tak mendapatkan air, banyak dari petani Pinogu mengubah areal sawah menjadi lahan pertanian komoditi jagung. Mirisnya, untuk bisa mendapatkan air, pemerintah menyarankan mereka untuk membeli mesin penyedot atau alkon.

"Kalau ujung-ujungnya kami disarankan pakai alkon atau pompa air, mengapa harus dibangaun irigasi. Mendingan kami memilih tidak ada irigasi, tapi musim tanam dan panen bisa serentak," ungkapnya.

Simak juga video pilihan berikut:

Kritik DPRD Gorontalo

Areal Persawahan
Kondisi Areal persawahan di Kecamatan Pinogu yang terdampak pembangunan irigasi. Sebagian sudah ditanam, sebagian belum dikarenakan sulit mendapatkan air (Foto:Arfandi ibrahim/Liputan6.com)

Anggota DPRD Provinsi Gorontalo Yuriko Kamaru sangat menyayangkan apa yang terjadi di Kecamatan Pinogu saat ini. Menurutnya, jika dirinya melihat langsung areal lahan basah berubah menjadi lahan kering akibat sistem irigasi yang diduga tidak sesuai.

"Menurut pantauan saya, irigasi saat ini berada di bawah dari permukaan lahan yang dimiliki petani. Sehingga, air dari sistem irigasi tidak masuk ke sawah," kata Yuriko.

"Dan itu bukan hanya satu lokasi, tetapi ada beberapa lokasi persawahan yang terdampak hal yang sama," ujarnya.

Yuriko mengaku, bahwa ini merupakan catatan penting bahwa pembangunan harus memberikan dampak kepada masyarakat. Warga yang didorong membeli alkon bukanlah solusi, tetapi hanya menambah beban mereka.

"Pembangunan itu harus memberikan akses dampak pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bukan justru menimbulkan persoalan baru," imbuhnya.

Sementara itu Bupati Bone Bolango ketika dikonfirmasi mengatakan memang dirinya berencana akan mengalokasikan anggaran untuk perbaikan irigasi tersebut. Hanya saja, untuk tahun 2023 ini, anggarannya belum tersedia.

“Belum tersedia anggarannya 2023, mudah-mudahan irigasi pinogu segera mendapatkan solusi,” ia menandaskan.

 

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya