Liputan6.com, Jakarta - Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. dr. Novie Homenta Rampengan, SpA(K), DTM&H, MCTM (TP), memberikan tiga langkah utama guna mencegah penyebaran virus rabies pada manusia, yang lazim ditularkan lewat perantaraan hewan anjing.
Novie, saat diskusi daring, Sabtu, mengatakan langkah pertama mencegah penyebaran virus rabies adalah memastikan hewan peliharaan seperti anjing atau kucing dalam kondisi sehat serta melakukan vaksinasi rutin.
Kedua, apabila mendapatkan gigitan dari hewan yang berisiko terjangkit rabies, maka segera mencuci luka dengan sabun dan air mengalir selama 15 menit.
Advertisement
Baca Juga
"Saat ada orang tergigit, penanganannya harus tetap tenang. Cuci luka dengan air sabun atau detergen di bawah air mengalir selama 10-15 menit supaya virus ikut terbawa keluar, " kata Novie, dikutip Antara.
Mencuci luka dengan air mengalir sangat disarankan karena jika menggunakan air di dalam wadah, misalnya baskom, virus akan berkutat di tempat.
Langkah ketiga untuk mencegah penyebaran virus rabies adalah secepatnya melapor ke Puskesmas, rumah sakit, atau Rabies Center guna mendapatkan penanganan medis yang lebih cermat.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 31.113 kasus rabies dan 11 kasus kematian akibat penyakit tersebut di Indonesia sepanjang tahun 2020 hingga bulan April 2023. Dari jumlah tersebut, sebanyak 95 persen kasus rabies disebabkan oleh gigitan anjing dan lebih dari 40 persen kasus rabies terjadi pada anak-anak.
"Rabies ditularkan lewat GPHR (Gigitan Hewan Penular Rabies), dalam hal ini anjing. Anak-anak senang bergaul akrab dengan binatang sehingga begitu orang tua terkadang kurang perhatian, suatu waktu rentan diserang oleh hewan tersebut," kata Novie menambahkan.
Simak Video Pilihan Ini:
Waspada Insiden Serangan kepada Anak-Anak
Novie menjelaskan, secara teori bila angka GHPR meningkat, maka jumlah kasus anak-anak yang digigit oleh hewan maupun berisiko terpapar rabies, juga ikut meningkat. Meski demikian sejauh ini, kata Novie, belum ada laporan kasus kematian pada anak-anak.
"Secara umum 40 persen terjadi pada anak-anak, tapi, belum ada laporan kasus kematian," Novie menjelaskan.
Dalam menghadapi penyakit rabies, Pemerintah telah menerapkan strategi eliminasi "Rabies One Health 2030" dengan target seluruh kabupaten dan kota endemis. Hingga tahun 2022, capaian strategi ini telah mencapai angka 84 persen kabupaten/kota endemis eliminasi rabies.
Strategi tersebut meliputi empat skema utama yaitu pencegahan, surveilans, penanganan kasus, dan promosi kesehatan. Skema pencegahan mencakup pengendalian rabies pada faktor risiko (vaksinasi massal hewan penular rabies), profilaksis pra-pajanan pada kelompok masyarakat berisiko tinggi, pemberdayaan masyarakat lewat Tim Siaga Rabies (TISIRA), dan penguatan koordinasi, kolaborasi, serta komunikasi lintas-sektor One Health.
Pada skema surveilans, Pemerintah melakukan integrasi lintas sektor, berbagi informasi hasil laboratorium Kesehatan Hewan kepada sektor Kesehatan Masyarakat, penguatan rencana kesiapsiagaan dan respons wabah, serta penguatan sistem informasi terpadu lintas-sektor.
Sedangkan pada skema penanganan kasus, strategi eliminasi rabies meliputi profilaksis pasca-pajanan pada kasus GHPR, pemenuhan kebutuhan vaksin dan serum anti-rabies, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan untuk tatalaksana kasus GHPR, peningkatan akses pelayanan lewat Rabies Center, serta Manajemen Tatalaksana Kasus Gigitan Terpadu lintas-sektor (TAKGIT).
Sementara skema promosi kesehatan melingkupi kampanye cuci luka gigitan hewan penular rabies secara mandiri oleh masyarakat, panduan memelihara hewan penular rabies dengan benar, serta pemanfaatan media informasi dan media sosial untuk sosialisasi rabies.
"Rabies memang mematikan, namun, dapat dicegah melalui kewaspadaan dini kita semua," kata Novie menutup paparan.
Advertisement