Mengenal Rumah Adat Dulohupa di Gorontalo yang Kaya Filosofi


Rumah adat Gorontalo ini juga memiliki dua tangga yang berada di bagian kiri dan kanan rumah adat.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 06 Sep 2023, 04:00 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2023, 04:00 WIB
Bentuk Rumah Adat Gorontalo
Bentuk rumah adat Gorontalo saat ini dengan adanya perkembangan zaman (Foto: Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Gorontalo memiliki empat rumah adat yang menjadi ciri khasnya, salah satunya dulohupa. Rumah adat dulohupa berada di Kota Gorontalo atau tepatnya di Kelurahan Limba, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.

Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, masyarakat Gorontalo juga biasa menyebut rumah ini sebagai yiladia dulohupa lo ulipu hulondhalo. Seperti kebanyakan rumah adat lainnya, dulohupa berbentuk rumah panggung yang terbuat dari papan dengan struktur atap bernuansa khas daerah Gorontalo.

Rumah ini juga dilengkapi pilar-pilar kayu sebagai hiasan. Selain itu, rumah adat Gorontalo ini juga memiliki dua tangga yang berada di bagian kiri dan kanan rumah adat. Tangga tersebut menjadi simbol tangga adat atau yang biasa disebut tolitihu.

Bentuk panggung rumah dulohupa merupakan simbol penggambaran dari badan manusia, yaitu atap (kepala), badan rumah (badan), dan pilar penyangga rumah (kaki). Selain itu, bentuk panggung juga dipilih untuk menghindari terjadinya banjir yang kala itu sering terjadi.

Rumah adat dulohupa dibangun berlandaskan prinsip-prinsip dan kepercayaan. Bagian atap terbuat dari jerami terbaik.

Atap tersebut berbentuk seperti pelana, yaitu atap segitiga bersusun dua yang menggambarkan syariat dan adat penduduk Gorontalo. Sementara atap bagian atas menggambarkan kepercayaan penduduk Gorontalo terhadap Tuhan dan agama yang menjadi kepentingan utama.

Adapun atap bagian bawah menggambarkan kepercayaan penduduk Gorontalo terhadap adat istiadat dan budaya. Pada bagian puncak atap, dahulu terdapat dua batang kayu yang dipasang bersilang atau disebut talapua.

Penduduk percaya bahwa talapua dapat menangkal roh-roh jahat. Namun, seiring perkembangan kepercayaan islami, kini talapua sudah tak lagi dipasang.

Sementara itu, pada bagian dinding depan terdapat tange lo bu’ulu yang tergantung di samping pintu masuk rumah. Tange lo bu’ulu ini menggambarkan kesejahteraan penduduk Gorontalo.

Bagian dalam rumah adat ini bergaya terbuka dan tidak banyak terdapat sekat. Selain itu, juga terdapat anjungan di dalam rumah yang dikhususkan sebagai tempat peristirahatan raja dan keluarga kerajaan.

Rumah adat dulohupa juga memiliki banyak pilar-pilar kayu. Terdapat beberapa jenis pilar, yaitu pilar utama atau wolihi berjumlah dua buah, pilar depan berjumlah enam buah, dan pilar dasar atau potu berjumlah 32 buah.


Jumlah anak tangga pada rumah adat dulohupa juga memiliki makna tersendiri. Jumlah anak tangga terdiri dari 5-7 anak tangga yang menggambarkan rukun islam dan filosofi hidup penduduk Gorontalo.

Sedangkan angka 7 menggambarkan 7 tingkatan nafsu pada manusia, yaitu amarah, lauwamah, mulhimah, muthmainnah, rathiah, mardhiah, dan kamilan.


Dahulu, rumah adat ini digunakan sebagai tempat bermusyawarah keluarga kerajaan dan sebagai ruang sidang kerajaan. Kini, rumah adat dulohupa digunakan sebagai pagelaran upacara adat, seperti upacara adat pernikahan, pagelaran budaya, hingga seni di Gorontalo.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya