Liputan6.com, Jakarta - Ada sebuah tempat di Banten yang terkenal dengan kisah horor yang menyeramkan. Itulah Gantarawang.
Mungkin sebagian dari Anda sudah sering mendengar tentang Gantarawang.
Advertisement
Bagi masyarakat Banten, khususnya di Kabupaten Serang, kata Gantarawang sering diucapkan untuk mengganggu atau menakuti anak kecil.
Advertisement
Konon, kata "Gantarawang" tidak bisa diucapkan begitu saja. Bahkan bagi masyarakat setempat, menyebut kata "Gantarawang" sudah menjadi hal yang tabu. Ketika Anda berada di Ganthalawang, Anda dilarang mengucapkan hal-hal berbau negatif. Bahkan, bagi anak-anak yang tinggal di sekitar kawasan tersebut, menyebut kata "Gantarawang" adalah hal yang pamali untuk dilakukan.
Gantarawang adalah sebuah kawasan yang terletak di Caringin Pasir, Kecamatan Tunjung Teja, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Nama Gantarawang adalah tempat yang penuh dengan alang-alang dan semak belukar.
Ada banyak sekali cerita kejadian paranormal di kawasan ini, hampir semua cerita menyebutkan bahwa tempat ini lebih mirip ladang yang ditumbuhi semak belukar.
Sekilas, tidak ada yang istimewa dari Gantarawang. Hanyalah ladang rumput liar, tetapi bagi sebagian orang, Gantarawang lebih dari itu. Menurut cerita yang beredar, Gantarawang konon merupakan kerajaan setan, makhluk halus dan makhluk lainnya atau yang lebih dikenal dengan siluman.
Sehingga, semua orang berhati-hati jika berbicara tentang Gantarawang, istilahnya takut terkena karma atau terserang pengaruh jin.
Kisah Gantarawang
Gantarawang terdiri dari dua kata yaitu “Gantar” dan “Rawang”. “Gantar” berarti “bambu”, sedangkan “Rawang” berarti “wang-awang”.
Bagi mereka yang bisa melihat makhluk gaib atau yang sering disebut "indigo", Gantarwang tampak senyata dunia nyata.
Ada banyak sekali versi kisah Gantarawang, salah satunya dengan tokoh agama terkenal, yakni Syekh Tubagus Ali. Menurut cerita, Syekh Tubagus Ali sedang berperang dengan makhluk hidup di Gantarawang. Singkat cerita, Syekh Tubagus Ali berhasil mengalahkan jin penghuni Gantarawang. Ia kemudian dijuluki sebagai orang yang mampu menundukkan makhluk-makhluk di sana.
Jadi kisah Gantarawang tidak selalu mengabaikan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya. Pasalnya, menurut penjaga Gantarawang, posisi tersebut justru melenceng dari nilai positif. Menurut salah satu penjaga, dulunya Gantarawang adalah tempat bertemunya para leluhur. Dengan kata lain, Gantarawang disebut “Wangatua” pada zaman dahulu.
Advertisement
Kisah Gantarawang
Adapun versi kisah lainnya, dahulu kala ada sebuah kerajaan sebelum kerajaan Islam datang ke Banten, nama kerajaannya adalah Medang Gili, nama rajanya adalah Pucukumun.
Kerajaan kecil ini berada di bawah kerajaan Pajajaran di sebelah barat yaitu Pakuan. Mayoritas penduduk kerajaan ini beragama Budha. Ketika Sultan Hasanudin datang untuk menyebarkan Islam, terjadilah konflik.
Duel tersebut terjadi karena kerajaan Medang Gili tidak mau masuk Islam. Setelah mencapai kesepakatan, pihak yang kalah harus meninggalkan Medang Gili.
Duel tersebut terjadi di kawasan Banten Girang. Sultan Hasanudin didukung oleh murid-muridnya Ki Agus Jo dan Ki Mas Jong. Dalam pertempuran tersebut, Raja Pucukumun kalah. Sesuai kesepakatan, ia meninggalkan Medang Gili dan menghilang tanpa jejak.
Keberadaan Raja Pucukumun belum diketahui, hanya jenazahnya yang tersisa.
Pengikutnya tersebar, menuju Malingping, Kanekes, Cibeo. Mereka yang mengungsi ke sana menjadi suku Baduy.
Kisah Gantarawang
Mitosnya, jika seseorang memasuki kawasan Gantarawang akan sulit untuk kembali ke rumah, hanya jika seseorang beruntung selalu dapat kembali dengan selamat.
Hingga kini, orang masih menganggap tempat ini sebagai tempat paling menakutkan. Konon, ini adalah salah satu tempat paling angker di daerah Banten sejauh ini.
Advertisement