PVMBG Sebut Status Gunung Tangkuban Parahu Normal Meski Ada Peningkatan Gempa

Peningkatan itu dinilai karena perubahan (akumulasi) tekanan di kedalaman dangkal akibat peningkatan jumlah curah hujan yang turun.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 29 Feb 2024, 05:50 WIB
Diterbitkan 29 Feb 2024, 05:50 WIB
Suasana Gunung Tangkuban Perahu Sehari Setelah Erupsi
Petugas Basarnas meninjau gunung Tangkuban Perahu sehari setelah erupsi di Subang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (27/7/2019). PVMBG menyatakan berdasarkan analisis, Gunung Tangkuban Parahu masih berpotensi erupsi dengan masih terekamnya tremor berkelanjutan. (AFP Photo/Timur Matahari)

Liputan6.com, Bandung - Gunung Tangkuban Parahu dikabarkan mengalami peningkatan jumlah gempa dengan frekuensi rendah sepanjang Februari 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberi imbauan agar masyarakat tetap tenang meski juga mewaspadai potensi erupsi.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Hendra Gunawan menyampaikan, peningkatan gempa berkorelasi dengan peningkatan intensitas curah hujan. Peningkatan itu dinilai karena perubahan (akumulasi) tekanan di kedalaman dangkal akibat peningkatan curah hujan yang turun.

"Pada tanggal 28 Februari 2024 pukul 05.30 WIB dan 06.01 WIB, terekam gempa hembusan dengan amplitudo 42 mm dan 56 mm serta lama gempa 8 menit dan 140 detik," kata Hendra lewat siaran pers di Bandung, Rabu, 28 Februari 2024.

Berdasarkan pemantauan PVMBG ke sekitar Kawah Ratu, Kawah Ecoma, dan Kawah Domas di Tangkuban Parahu, tidak ditemukan adanya endapan material vulkanik baru. Hembusan asap pada ketiga kawah tersebut juga tidak menunjukkan peningkatan dalam ketinggian, tekanan maupun ketebalannya.

"Aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu pada periode Februari 2024 didominasi oleh gempa-gempa berfrekuensi rendah yang mengindikasikan aktivitas pergerakan fluida di kedalaman dangkal atau dekat permukaan," jelas Hendra.

Hendra menyampaikan, hasil pemantauan belum menunjukkan adanya pola penambahan tekanan yang signifikan dari bawah permukaan terhadap respon penggembungan pada tubuh Gunung Tangkuban Parahu.

Meski demikian, tetap perlu adanya kewaspadaan potensi erupsi freatik, erupsi yang terjadi tanpa ada peningkatan gejala vulkanik yang jelas atau signifikan.

"Erupsi freatik jika terjadi dapat disertai hujan abu dan lontaran material di sekitar kawah," katanya.

 

Tangkuban Parahu adalah Gunung Api Aktif

Gunung Tangkuban Parahu merupakan gunung api aktif yang berada di wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.

Gunung api ini memiliki 9 kawah dengan dua kawah utama berada di area puncak, yaitu Kawah Ratu dan Kawah Upas.

Erupsi Gunung Tangkuban Parahu pada umumnya berupa letusan freatik dari Kawah Ratu. Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu terakhir terjadi pada tahun 2019.

Fase erupsi dimulai tanggal 26 Juli 2019 pukul 15.48 WIB terjadi erupsi di kawah Ratu dengan ketinggian kolom lumpur bercampur sedikit abu mencapai 200 meter dari dasar kawah, berwarna kelabu tebal kehitaman.

Aktivitas erupsi menerus dan berlanjut teramati hingga tanggal 9 Agustus 2019. Sebaran material pasiran umumnya jatuh kembali ke dalam dasar kawah, sedangkan abu erupsi tersebar di sekitar kawah tergantung arah dan kecepatan angin.

"Berdasarkan evaluasi secara PVMBG secara visual dan instrumental, tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih pada Level I (Normal)," kata Hendra Gunawan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya