Sama-sama Akibat Gigitan Nyamuk, Apa Beda DBD dan Chikungunya? Simak Penjelasan Medis Ini

Gejala yang timbul akibat DBD dan chikungunya bisa sangat mirip, sehingga sulit untuk dibedakan pada tahap awal.

oleh Arie Nugraha diperbarui 09 Jun 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2024, 12:00 WIB
Cegah Penyebaran Nyamuk DBD, Museum Tekstil Jakarta Diasapi
Petugas Puskesmas Palmerah melakukan pengasapan (fogging) untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes Aegypti di Museum Tekstil, Jakarta, Selasa (30/4/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Bandung - Siapa yang tidak mengenal nyamuk aedes aegypti? Ya, nyamuk yang kerap menularkan virus dengue memicu penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Penyakit ini membuat penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulangnya patah. Pada sejumlah pasien, penyakit ini bisa mengancam jiwa.

Namun, nyamuk ini ternyata menimbulkan pula penyakit chikungunya yang sering disebut flu tulang oleh masyarakat.

Penyakit ini sering digambarkan sebagai demam dengan karakteristik nyeri sendi yang hebat dan terkadang dirasakan terus-menerus. Penyakit ini jarang mengancam jiwa, tapi siapa saja bisa terinfeksi.

Karena gejalanya mirip dan kadang membuat bingung dan Anda wajib mengenali perbedaan antara DBD dan chikungunya, yang sama-sama akibat gigitan nyamuk.

Menurut penjelasan dr. Alvin Nursalim, SpPD dilaman Klik Dokter, gejala yang timbul akibat DBD dan chikungunya bisa sangat mirip, sehingga sulit untuk dibedakan pada tahap awal. Namun, kedua penyakit ini memiliki berbagai perbedaan. Berikut ulasan lengkapnya:

1. Penyebab yang Berbeda

Seperti yang sudah disebut sebelumnya, kedua penyakit tersebut sama-sama disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Akan tetapi, nyamuk adalah vektor atau perantara saja. Yang sebenarnya menyebabkan penyakit adalah virus.

Chikungunya yang sering dianggap sebagai flu tulang disebabkan oleh Togaviridae alphavirus, sedangkan demam berdarah dengue disebabkan oleh Flaviviridae flavivirus.

2. Masa Inkubasi yang Berbeda

Masa inkubasi adalah waktu yang dibutuhkan dari masuknya virus ke dalam tubuh manusia sampai timbulnya gejala.

Masa inkubasi virus dengue adalah 4-7 hari (kisaran antara 3-14 hari), sedangkan chikungunya memiliki masa inkubasi yang lebih singkat, yaitu bisa dimulai sejak 3 hari (kisaran 2-12 hari) setelah gigitan.

Namun, perbedaan antar keduanya sebentar, sehingga sulit diandalkan untuk membantu diagnosis.

3. Perbedaan Gejala

Penderita demam berdarah akan mengalami gejala kepala berat atau pusing, sakit pada sendi dan otot, nyeri menelan, batuk, perut tak nyaman atau nyeri dibarengi mual, muntah ataupun diare, demam, perdarahan, dan syok.

Siklus demamnya punya ciri khas, yaitu turun naik dengan pola menyerupai bentuk pelana kuda. Penderita akan mengalami fase demam tinggi antara 39-40 derajat Celsius.

Kemudian, penderita akan masuk ke dalam fase kritis dengan gejala demam menurun drastis (kembali ke 37 derajat Celcius).

Pada fase kritis ini, penderita berisiko mengalami shock syndrome yang ditandai dengan denyut nadi cepat dan lemah, gelisah, kesadaran menurun, ujung tangan dan kaki terasa dingin, bibir kebiruan, serta wajah pucat dan tubuh berkeringat.

Sementara itu, untuk pola demam chikungunya, tidak ada pola khusus seperti demam berdarah. Umumnya, demam berlangsung selama 3-5 hari, lalu mereda. Penyakit ini juga jarang menyebabkan perdarahan.

4. Temuan Laboratorium yang Berbeda

Pada kasus demam dengue, pasien akan mengalami penurunan kadar trombosit hingga di bawah normal, yakni 100.000. Kadar hematokrit penderita juga biasanya meningkat.

Pada kasus chikungunya, tidak tampak penurunan kadar trombosit yang berarti. Kalaupun ada, tidak sedrastis demam berdarah, begitu juga dengan kadar hematokrit. Perubahan signifikan tampak dari kadar leukosit yang meningkat.

5. Adanya Nyeri Sendi

Pada chikunguya, pasien akan mengeluhkan adanya nyeri sendi yang berat. Bahkan, keluhan ini juga dapat bertahan beberapa bulan setelah infeksi. Temuan ini jarang ditemukan pada DBD.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Cara Mengobati Chikungunya dan DBD

Kunci perawatan kedua penyakit tersebut adalah dengan memperbanyak istirahat dan memenuhi kebutuhan cairan tubuh agar tidak dehidrasi.

Dokter juga biasanya akan menganjurkan konsumsi obat penurun demam, seperti asetaminofen atau parasetamol.

Bila kasusnya sudah lebih serius, akan dibutuhkan tindakan medis lebih lanjut oleh dokter demi kesembuhan pasien.

Itulah perbedaan DBD dan chikungunya. Jangan khawatir, karena kedua penyakit tersebut bisa dicegah dengan beberapa langkah sederhana, yaitu menjaga lingkungan sehat dan bersih dengan 3M yakni menguras, menutup, dan mengubur untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya