Studio Animasi Produsen Anime Evangelion Gulung Tikar, Studio Gainax Bangkrut

Gainax menjelaskan bahwa situasi keuangannya mulai memburuk sekitar tahun 2012 karena beberapa faktor, termasuk pendirian perusahaan CG yang dikelola dengan buruk.

oleh Arie Nugraha diperbarui 22 Jun 2024, 19:00 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2024, 19:00 WIB
Neon Genesis Evangelion 1995
Neon Genesis Evangelion 1995. (sumber gambar: Studio Gainax)

Liputan6.com, Bandung - Studio anime di balik serial legendaris Neon Genesis Evangelion, Studio Gainax, dinyatakan bangkrut setelah mengalami masalah keuangan selama bertahun-tahun.

Dilansir Automaton Media dicuplik dari Japanese Station, Gainax mengumumkan pada tanggal 7 Juni 2024 bahwa permohonan kebangkrutan yang diajukan pada tanggal 29 Mei 2024 telah diterima oleh Pengadilan Distrik Tokyo.

Studio ini sekarang sudah tidak beroperasi, meskipun merek dagang Gainax sekarang dimiliki oleh sesama pencipta anime, Studio Khara.

Dalam situs resminya, Studio Gainax menyatakan telah mengalihkan hak cipta dari banyak karya mereka ke Studio Khara dan perusahaan lain.

Gainax menjelaskan bahwa situasi keuangannya mulai memburuk sekitar tahun 2012 karena beberapa faktor, termasuk pendirian perusahaan CG yang dikelola dengan buruk.

Menurut Anime News Network, pernyataan Gainax dan Khara merinci sejarah panjang salah urus keuangan di studio tersebut.

Situasi yang memburuk sekitar tahun 2012 karena jatuhnya restoran yang gagal dan peluncuran studio CG, serta pendirian beberapa afiliasi regional yang lebih kecil yang kemudian memutuskan hubungan dengan Gainax, sehingga menghambat kemampuan studio untuk memproduksi anime baru.

Gainax mengungkapkan bahwa utang besar yang ditanggung oleh manajemen menyebabkan mereka dikeluarkan dari komite produksi karena gagal membayar royalti, yang mengakibatkan tuntutan hukum atas utang dan masalah lainnya

Ketika situasi keuangan memburuk, banyak perusahaan afiliasi didirikan di bawah nama Gainax di berbagai wilayah, mendorong banyak pengunduran diri di studio utama dan hilangnya kemampuan produksi animasi. Perusahaan-perusahaan afiliasi ini kemudian memisahkan diri dari studio utama Gainax.

Terlepas dari tantangan-tantangan ini, Studio Khara mengungkapkan melalui sebuah pernyataan, memberikan dukungan niat baik kepada Gainax, dan ada upaya untuk merevitalisasi perusahaan dengan merombak manajemennya.

Namun, banyak dari anggota manajemen sebelumnya tetap menjadi pemegang saham, dan perusahaan berjuang untuk mengatasi utang besar yang terakumulasi di bawah kepemimpinan mereka.

 

Sejarah Gainax

Studio ini dibentuk pada awal 1980-an dengan nama Film Daicon oleh sekelompok mahasiswa yaitu Hideaki Anno, Yoshiyuki Sadamoto, Hiroyuki Yamaga, Takami Akai, Toshio Okada, Yasuhiro Takeda, dan Shinji Higuchi.

Melansir Wikiwadnd, proyek pertama mereka adalah animasi pendek untuk Nihon SF Taikai (Konvensi Fiksi Ilmiah Jepang) Tahunan ke-20 yang juga dikenal sebagai Daicon III, yang diselenggarakan pada tahun 1981 di Osaka, Jepang.

Film pendek tersebut menceritakan seorang gadis yang berjuang melawan banyak monster, robot, dan pesawat ruang angkasa dari pertunjukan fiksi ilmiah di televisi dan film yang sudah ada (termasuk Ultraman, Gundam, Space Runaway Ideon, Space Battleship Yamato, Star Trek, Star Wars, Godzilla) sampai akhirnya gadis tersebut sampai di sebuah gurun dan menuangkan segelas air ke sebuah lobak cina (Daikon dalam bahasa Jepang) kering yang segera segar dan tumbuh menjadi sebuah pesawat ruang angkasa yang besar, menyinari gadis itu dari atas, dan gadis itu melayang naik mengikuti sinar itu.

Meskipun animasi pendek ini terkesan ambisius, sebenarnya animasi ini kasar dan berkualitas rendah.

Kelompok tersebut kemudian membuat 'percikan' yang lebih besar dengan cerita pendek yang mereka produksi untuk Nihon SF Taikai ke-22, Daicon IV, pada tahun 1983.

Film ini dimulai dengan animasi rekap film pendek yang sebelumnya pada tahun 1981 dengan kualitas animasi yang lebih baik.

Dalam cerita ini kemudian ditampilkan gadis yang tumbuh dewasa mengenakan kostum kelinci, bertempur melawan makhluk-makhluk yang jauh lebih beragam lagi (termasuk berbagai Mobile Suits dari seri Gundam, Darth Vader, Alien, Valkyrie dari Macross, Naga Pern dari Dragonriders of Pern, Aslan, sebuah kapal penjelajah tempur milik Klingon dari Star Trek, Spider-Man, dan juga melewati serangkaian luas ratusan karakter lainnya) pada saat gadis itu menjelajahi langit di atas pedang Stormbringer.

Film tersebut menggunakan lagu dari Electric Light Orchestra berjudul 'Twilight', tetapi kelompok ini gagal melisensikan lagu tersebut sehingga mencegah film pendek ini untuk resmi dirilis pada DVD, tetapi tersedia rilis laser disk terbatas dari film pendek tersebut (Daicon Film) sangat langka dan paling sering dicari kemudian.

Film pendek di Daicon IV membuat Daicon Film dikenal sebagai studio anime baru yang berbakat (walaupun studio ini kecil dan didirikan dengan hanya 20 juta yen).

Studio tersebut berganti nama menjadi Gainax pada tahun 1985, didasarkan istilah sebutan untuk 'raksasa' pada Prefektur Tottori, dan ditambahkan akhiran bahasa Inggris '-x' karena terdengar "keren dan bersifat internasional."

Karya pertama Gainax sebagai sebuah entitas komersial adalah Royal Space Force: The Wings of Honneamise, dirilis pada tahun 1987.

Honneamise dahulu (dan hingga kini) adalah film anime yang klasik mendapat pujian kritis, dan juga mendapat reaksi hangat secara komersial. Gainax mencoba mengembangkan sekuelnya pada Maret 1992, tetapi ditelantarkan karena kurangnya dana.

Rilis yang selanjutnya adalah OVA tahun 1988 berjudul Gunbuster yang sukses secara komersial dan menempatkan Gainax pada pijakan yang lebih stabil untuk memproduksi karya seperti Nadia: The Secret of Blue Water dan Otaku no Video. Selama periode ini, Gainax juga memproduksi beberapa produk seperti garage kit (model skala yang dapat dilepas-pasang), permainan video dewasa (pemasukan utama yang membuat Gainax dapat terus bertahan, walaupun terkadang dilarang), dan barang-barang sejenis lainnya.

 

Evangelion

Kantor Gainax di Koganei, Tokyo, sekitar tahun 2004. Studio setelah itu pindah ke sebuah premis sederhana berlantai dua, juga di Koganei.

Kantor Gainax di Koganei, Tokyo, sekitar tahun 2004. Studio setelah itu pindah ke sebuah premis sederhana berlantai dua, juga di Koganei.

Pada tahun 1995, Gainax memproduksi seri yang paling membuat mereka terkenal, sebuah seri yang sukses secara komersial dan mendapat pujian kritis, Neon Genesis Evangelion.

Dalam masa-masa keberhasilan atas Evangelion, Gainax diaudit oleh Badan Perpajakan Nasional Jepang atas desakan dari Dinas Perpajakan Regional Tokyo dengan adanya dugaan bahwa Gainax melakukan penghindaran pajak dari keuntungan besar yang diperoleh dari berbagai properti Evangelion.

Kemudian terungkap bahwa Gainax telah menyembunyikan pendapatannya senilai 1,56 miliar yen (sehingga mereka tidak membayar pajak perusahaan sebesar 560 juta yen) yang mereka dapatkan saat perilisan Evangelion dan saat bulan Juli 1997 dengan membayarkan dalam jumlah besar berbagai biaya yang dimiliki perusahaan yang erat hubungannya dengan Gainax.

Seolah-olah untuk membayar biaya animasi, tetapi kemudian dengan segera menarik 90 persen dari total uang tunai pada rekening perusahaan lain tersebut dan menyimpannya di safe deposit box (menyisakan 10 persen sebagai imbalan atas bantuan perusahaan lain tersebut).

Presiden Gainax Takeshi Sawamura dan akuntan pajak Yoshikatsu Iwasaki ditangkap pada tanggal 13 Juli 1999 dan kemudian dipenjarakan atas penipuan akuntansi.

Yasuhiro Takeda kemudian membela tindakan Sawamura sebagai reaksi terhadap keuangan Gainax yang terus-menerus dalam keadaan kritis dan prosedur akuntansi internal yang lemah.

"Sawamura memahami situasi keuangan kami lebih daripada [karyawan] yang lain, jadi ketika Evangelion dirilis dan uang benar-benar mulai mengalir, ia melihatnya sebagai satu-satunya kesempatan yang mungkin bagi kami untuk menetapkan kondisi yang berbeda pada masa depan nanti. Saya rasa dia tergoda pada saat itu, karena tidak ada yang tahu berapa lama angsa Evangelion akan terus mengeluarkan telur emas. Saya rasa dia tidak dengan sengaja melakukan tindakan ini dengan tujuan menghindari pajak. Hanya saja pengetahuan kami akan akuntansi sangat kurang dalam menangani pendapatan dalam skala besar seperti ini."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya