Lampung Dikepung Fenomena Bunuh Diri, Ini Kata Psikolog

Tujuh peristiwa bunuh diri terjadi di Provinsi Lampung dalam sepekan terakhir. Ada apa?

oleh Ardi Munthe diperbarui 25 Jul 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2024, 21:00 WIB
Ilustrasi bunuh diri (Arfandi/Liputan6.com)
Ilustrasi bunuh diri (Arfandi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Lampung - Ada sebanyak tujuh peristiwa bunuh diri terjadi di Provinsi Lampung dalam sepekan terakhir. Penyebab para korban melakukan bunuh diri maupun percobaan bunuh diri tersebut disimpulkan oleh polisi karena depresi yang dipicu faktor ekonomi maupun keluarga. 

Bersumber pada jurnal Liputan6.com, dari tujuh kasus bunuh diri tersebut terdapat enam korban meninggal dunia dan satu korban selamat, namun harus kehilangan satu lengan kanannnya. Lima korban di antaranya berjenis kelamin laki laki dan dua korban perempuan. 

Kasus bunuh diri terjadi pertama kali di Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan, pada Jumat (19/7/2024). Korbanya seorang pria berinisial M (38), ditemukan tewas gantung diri. 

Korban diduga nekat mengakhiri hidupnya karena depresi setelah sang istri kabur dari rumah bersamaan dengan melarikan uang sebesar Rp2 miliar dari hasil pinjaman bank. 

Keesokan harinya warga di Kecamatan Langkapura, Kota Bandar Lampung, ditemukan tewas gantung diri di dalam kandang ayam, pada Sabtu (20/7/2024). Korban berinisial A (37) itu dikenal sosok yang pendiam oleh tetangga sekitarnya. 

Masih di Kecamatan Langkapura, kota setempat, seorang ibu muda berinisial AT (19) ditemukan tewas gantung diri di dalam rumah kontrakan, pada Minggu (21/7/2024). Namun, suami korban malah kabur dari rumah kontrakan sesaat polisi menuju lokasi kejadian untuk olah tempat kejadian perkara (TKP).

Keesokannya, seorang pria berinisial EN (30) warga Kecamatan Tanjung Karang Timur, kota setempat, diduga melakukan percobaan bunuh diri dengan cara menerobos palang pintu perlintasan kereta api di Jalan Gajah Mada, kota setempat pada Senin (22/7/2024). Akibatnya korban mengalami putus tangan sebelah kanan karena terlindas kereta api.

Peristiwa bunuh diri berikutnya terjadi di Kabupaten Lampung Timur, dua korban berinisial EP (34) dan J (42) ditemukan tewas gantung diri di dua lokasi yang berbeda, pada Selasa (23/7/2024).

EP meregang nyawa diduga karena depresi setelah diceraikan dan tak terima sang istri telah kembali menikah. Sementara, korban J bunuh diri diduga karena frustasi terlilit utang piutang.

Teranyar, kejadian bunuh diri kembali terjadi di Kota Bandar Lampung, seorang siswa SMP berinisial AR (16) ditemukan tewas gantung diri di dalam rumahnya di Kecamatan Sukarame.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kata Psikolog

Menanggapi fenomena bunuh diri yang kian meningkat di Lampung, seorang Psikolog bernama Retno Riani membeberkan cara mencegah peristiwa kurang terpuji tersebut terjadi. 

Dia menyampaikan, peristiwa tersebut dapat dicegah apabila ada support system (orang yang memberikan dukungan praktis serta emosional) dari orang terdekat.

"Karena biasanya korban bunuh diri didominasi oleh depresi dan tidak punya tempat bercerita, oleh sebab itu, orang terdekat punya peran penting untuk memberikan dukungan support system. Kemampuan empati inilah yang diperlukan dan pertolongan pertama supaya dia mengurangi persoalannya," kata Psikolog Lampung, Retno Riani, Kamis (25/7/2024).

Menurut dia, kasus bunuh diri itu diibaratkan sama seperti dengan fenomena gunung es, semakin lama jumlahnya maka semakin besar.

"Biasanya persoalannya banyak, antara lain depresi karena gangguan bipolar, kemudian terhimpit utang, tidak mampu menyelesaikan konflik dengan baik sehingga mengambil jalan itu, walaupun biasanya ada orang yang tertutup, kepribadiannya tertutup dan tidak ada dukungan keluarga," ungkapnya.

Dia menyebutkan, ada beberapa cara untuk mengetahui orang yang sedang mengalami depresi.

"Pertama, suka murung, tidak mau keluar kamar, tidak mau berkontak mata dengan orang lain, ada persoalan sedikit terus tersinggung dan sensitif serta mudah menangis," sebutnya.

Dia menambahkan, ada cara untuk mencegah peristiwa bunuh diri itu terjadi lagi, salah satunya adalah menghubungi nomor seluler yang telah disediakan oleh Kementerian Kesehatan. 

"Kemenkes mempunyai hotline service 119 bagi orang yang mengalami kejiwaannya terganggu. Disitu bisa ditelfon, bisa mengirim pesan langsung, kalau misalnya korban merasa ada sesuatu yang bermasalah pada dirinya sehingga bisa bercerita dan membuat lega," pungkasnya.


KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat. 

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: 

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat. 

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya