Fakta Sejarah Panjat Pinang, Warisan Kolonial Belanda

Peserta panjat pinang akan berlomba-lomba untuk bisa mencapai ke puncak dan mengambil hadiah-hadiah yang sudah digantungkan di atasnya. Namun ternyata, permainan populer ini memiliki sejarah panjang.

oleh Tifani diperbarui 13 Agu 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2024, 16:00 WIB
Ilustrasi panjat pinang, lomba 17 Agustusan
Ilustrasi panjat pinang, lomba 17 Agustusan. (Photo by Zoraya Project on Unsplash)

Liputan6.com, Yogyakarta - Panjat pinang menjadi salah satu perlombaan yang kerap digelar saat Hari Kemerdekaan Indonesia. Panjat pinang digelar dengan memanjat pohon pinang atau pohon lainnya yang sudah dikuliti dan diberi cairan pelicin.

Peserta panjat pinang akan berlomba-lomba untuk bisa mencapai ke puncak dan mengambil hadiah-hadiah yang sudah digantungkan di atasnya. Namun ternyata, permainan populer ini memiliki sejarah panjang.

Dikutip dari buku Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal oleh Fandy Hutari, sejarah panjat pinang bermula dari zaman penjajahan Belanda sekitar 1920 hingga 1930-an. Mulanya, panjat pinang digelar untuk memperingati hari ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau setiap 31 Agustus.

Meski tidak ada sumber yang lengkap mengenai sejarah panjat pinang, banyak ahli meyakini jika lomba ini adalah simbol penindasan dari Belanda terhadap warga Pribumi Indonesia. Perlombaan ini dulunya dikenal sebagai de Klimmast yang memiliki arti memanjat tiang.

Pada masa itu, hadiah yang diperebutkan adalah bahan pokok seperti beras, roti, gula, tepung, dan pakaian. Barang-barang tersebut adalah sebuah kemewahan bagi masyarakat pribumi yang saat itu hidup serba kekurangan.

Sementara, masyarakat Indonesia bersusah payah memanjat dan meraih hadiah, orang-orang Belanda hanya menonton dari bawah. Para orang non-pribumi menganggap hal ini sebagai lelucon dan menertawakan ketika ada orang yang terjatuh.

Setelah Indonesia merdeka, panjat pinang mengalami transformasi yang signifikan. Permainan yang awalnya sarat dengan kolonial ini kemudian diadopsi dan diadaptasi menjadi bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan.

Panjat pinang juga pernah menuai kontroversi. Beberapa kalangan menilai, permainan ini mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan meminta dihentikan.

Seperti salah satunya Pemerintah Kota Langsa, Aceh, melarang lomba panjat pinang pada peringatan HUT ke-74 RI tahun 2019 lalu. Larangan ini dibuat karena panjat pinang dianggap sebagai warisan penjajah Belanda.

Pelarangan itu dituangkan dalam intruksi Wali Kota Langsa, Usman Abdullah (Toke Seuem) bernomor 450/2381/2019. Meski begitu, panjat pinang tetap memiliki banyak peminat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya