Gunung Lewotobi Laki-Laki Meletus Lagi, Terdengar Dentuman Keras, Kolom Abu Capai 4 Km

Gunung Lewotobi Laki-Laki kembali erupsi dahsyat pada Jumat (8/11/2024), pukul 13.55 Wita.

oleh Ahmad ApriyonoTim Regional diperbarui 08 Nov 2024, 14:39 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2024, 14:39 WIB
Gunung Lewotobi Laki-laki
Gunung Lewotobi Laki-Laki kembali erupsi dahsyat pada Jumat (8/11/2024), pukul 13.55 Wita. (Liputan6.com/ Dok PVMBG)

 

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Lewotobi Laki-Laki kembali erupsi dahsyat pada Jumat (8/11/2024), pukul 13.55 Wita. Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, tinggi kolom letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki teramati mencapai 4.000 meter di atas puncak, atau sekitar 5.584 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki kali ini teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya, barat dan barat laut. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung.

Sebelumnya, Gunung Lewotobi Laki-Laki erupsi lagi pada Jumat pagi (8/11/2024), pukul 10.44 Wita juga kembali erupsi. Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, tinggi kolom letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki teramati mencapai 2.500 meter di atas puncak, atau sekitar 4.084 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat laut. 

Masyarakat dan wisatawan yang berada di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki dilarang melakukan aktivitas apapun dalam radius 7 Km dari pusat erupsi G. Lewotobi Laki-laki, serta sektoral 8 km pada arah Barat Daya - Barat Laut.

Masyarakat juga diimbau tetap tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu yan tidak jelas sumbernya, sambil terus waspada terhadap potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.

Masyarakat yang terdampak hujan abu Gunung Lewotobi Laki-laki memakai masker/penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernafasan.

 

Hujan Abu

Hujan abu vulkanik turun di wilayah sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Jumat siang.

Berdasarkan pantauan di Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, Wulanggitang, Flores Timur, NTT, Jumat siang sekitar pukul 14.30 Wita, hujan abu mulai turun di wilayah sekitar desa yang berjarak sekitar tujuh km tersebut.

Hujan abu ini diawali dengan dentuman beberapa kali dari dalam Gunung Lewotobi Laki-Laki yang terjadi sekitar 15-20 menit sebelumnya.

Dentuman tersebut menimbulkan erupsi, yang juga menimbulkan kolom asap yang menjulang tinggi ke atas, serta guguran awan panas ke arah barat.

Suasana di sekitar lokasi terpantau gelap, dengan awan hitam, disertai gemuruh petir, dan sesekali terdapat kilat yang menyambar. Hingga kini, otoritas terkait tengah memproses informasi lanjutan terkait hal ini.

Membahayakan Aktivitas Penerbangan

Sebaran awan panas erupsi Gunung Lewotobi dinilai masih membahayakan bagi keselamatan aktivitas penerbangan udara sehingga sejumlah bandara di Nusa Tenggara Timur belum direkomendasikan untuk beroperasi.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid saat ditemui di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa tercatat sejak pukul 01.25 Wita dini hari tadi sampai dengan siang ini setidaknya ada sebanyak empat kali erupsi susulan dengan durasi 1.770 detik.   

Laporan yang diterima dari tim vulkanologi Badan Geologi di Flores Timur mendapati tinggi kolom abu berkisar satu kilometer sampai lebih dari lima kilometer ke udara dari bagian puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki.

“Kemudian sebaran abunya yang tebal itu mengarah ke utara sampai barat laut. Dan itu menimbulkan penutupan lagi bandara dari Maumere, Ende, Kupang dan sebagainya,” kata dia.

Tim ahli vulkanologi Badan Geologi mengindikasikan penerbangan udara di NTT dan sekitarnya akan istirahat cukup lama jika melihat karakteristik aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki yang saat ini sudah di luar dari standar normalnya (overscale).

Wafid menjelaskan bahwa hal tersebut salah satunya dilihat dari adanya perubahan strombolian ke arah eksplosif mulai dari Januari- Oktober kemudian aktivitas tremor kegempaannya masih berlangsung secara terus menerus sampai dengan hari ini.

“Nah proses-proses perubahan ini yang menjadi tantangan buat kami untuk memberikan rekomendasi yang lebih detail lagi nanti kepada publik. Sementara ini yang perlu disampaikan,” imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya