Hari Disabilitas Internasional, Banyuwangi Gelar Festival Kita Bisa

Bertepatan dengan peringatan Hari Disabilitas Internasional, Kabupaten Banyuwangi menggelar Festival Kita Bisa, Selasa (3/12/2024). Ajang ini menampilkan beragam karya kreatif anak-anak muda penyandang disabilitas di Banyuwangi.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 03 Des 2024, 17:42 WIB
Diterbitkan 03 Des 2024, 17:42 WIB
Siswa berkebutuhan khusus mengasah kreativitasnya dalam festival kita bisa (Istimewa)
Siswa berkebutuhan khusus mengasah kreativitasnya dalam festival kita bisa (Istimewa)

Liputan6.com, Banyuwangi - Bertepatan dengan peringatan  Hari Disabilitas Internasional, Kabupaten Banyuwangi menggelar Festival Kita Bisa, Selasa (3/12/2024). Ajang ini menampilkan beragam karya kreatif anak-anak muda penyandang disabilitas di Banyuwangi. Anak-anak dari berbagai sekolah yersebut memamerkan hasil karya mereka di stan-stan yang berjajar di depan aula SD Negeri Model Banyuwangi, yang menjadi venue kegiatan. Ada kain batik, anyaman dari limbah plastik, aneka kerupuk, snack, robot bertenaga surya, hingga tempat sampah yang menggunakan sensor gerak. 

Ada juga yang memamerkan kemampuannya di bidang coding. Salah satunya Ibrahim, siswa penyandang border line dari SMPN 3 Banyuwangi tersebut mampu membuat game Pin Ball dengan bimbingan guru pendampingnya. Bupati Ipuk Fiestiandani menyampaikan Festival Kita Bisa sudah menjadi agenda rutin di Banyuwangi sebagai panggung aktualisasi bagi para anak muda difabel. "Ini salah satu wujud komitmen pemkab untuk memberikan akses pendidikan yang sama kepada anak-anak muda daerah," ujar Ipuk. 

Sejak 2013 Banyuwangi pemkab telah mewujudkan sekolah inklusi yang ramah bagi para penyandang disabilitas. Hingga hari ini, semua sekolah negeri dari tingkat PAUD sampai SMA/ sederajat telah berstatus inklusif. Pemkab juga telah meluncurkan inovasi Si-Denakwangi (Aplikasi Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Kabupaten Banyuwangi). Aplikasi ini digunakan untuk mendeteksi jenis ketunaan peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan identifikasi tersebut layanan dan pembelajaran yang diterapkan para guru pendamping khusus (GPK) betul-betul tepat sesuai kondisi anak didik berkebutuhan khusus-nya. Harapannya ini dapat memaksimalkan prestasi mereka.

Tak hanya di sektor pendidikan, pemkab juga terus mengupayakan pemenuhan hak-hak disabilitas pada berbagai bidang yang lain. Misalnya terpenuhinya fasilitas disabilitas di tempat-tempat publik hingga terbukanya peluang di dunia kerja. "Pemkab juga rutin menggelar rembug anak dan ABK untuk menjaring aspirasi mereka untuk kami jadikan bahan penyusunan kebijakan daerah. Lewat rembug ini kita berharap aspirasi mereka bisa terakomodir," urai Ipuk. 

Ratusan Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi

Siswa berkebutuhan khusus mengasah kreativitasnya dalam festival kita bisa (Istimewa)
Siswa berkebutuhan khusus mengasah kreativitasnya dalam festival kita bisa (Istimewa)

Sementara itu Asisten Pemerintahan dan Kesra MY Bramuda menambahkan di Banyuwangi saat ini terdapat 191 sekolah penyelenggara pendidikan inklusi, mulai dari tingkat paud, SD, SMP, hingga SMA/sederajat. Sekolah-sekolah ini didampingi oleh 11 Sekolah Luar Biasa (SLB) yang bertindak sebagai konsultan. Adapun jumlah guru pendamping khusus (GPK) sebanyak 250 orang. “Secara berkala para GPK ini kami berikan bimtek untuk meningkatkan kapasitasnya. Sehingga mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam menjembatani kesulitan belajar ABK di sekolah inklusi,” kata Bramuda.

Sebelum acara puncak, imbuh dia, Festival Kita Bisa dimulau dengan berbagai kegiatan yang mewadahi kreativitas dan potensi anak-anak berkebutuhan khusus. "Sejak kemarin, Senin (2/12) kita sudah menggelar Porseni dan Bimtek inklusif, puncaknya kita laksanakan hari ini dengan menampilkan berbagai karya para ABK," pungkasnya.

Infografis jantung kemkes
Infografis jantung kemkes
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya