Liputan6.com, Makassar - La Galigo, karya sastra epik dari Sulawesi Selatan, mencatatkan diri sebagai kitab terpanjang di dunia dengan 6.000 halaman yang memuat 300.000 bait syair. Karya sastra dari abad ke-13 hingga 15 ini mengungguli panjang Mahabharata dan menjadi warisan budaya yang diakui UNESCO.
Mengutip dari berbagai sumber, epik yang ditulis dalam bahasa Bugis kuno ini mengisahkan kosmologi penciptaan dunia menurut kepercayaan masyarakat Tolotang. Naskah ini menjadi salah satu warisan budaya terpenting bagi masyarakat Bugis yang mendiami wilayah Sulawesi Selatan, khususnya di sekitar Makassar.
UNESCO mengakui nilai penting La Galigo dengan mencantumkannya dalam daftar Memory of the World pada 2011. Pengakuan ini menegaskan posisi La Galigo sebagai masterpiece sastra dunia yang mengandung nilai-nilai filosofis tentang kehidupan masyarakat Bugis.
Advertisement
Baca Juga
Pembacaan La Galigo tidak bisa dilakukan sembarangan karena kesucian naskah ini bagi masyarakat Bugis. Ritual khusus harus dilakukan sebelum membaca kitab yang dianggap sakral ini.
Pembacaan naskah biasanya dilakukan pada momen-momen penting seperti upacara pernikahan atau ritual sebelum turun ke sawah. Naskah La Galigo ditulis dalam aksara Lontara yang merupakan aksara tradisional Bugis.
Penciptaan naskah ini melibatkan para cendekiawan dan sastrawan Bugis selama beberapa generasi. Proses penciptaan yang berlangsung selama dua abad ini menghasilkan karya sastra yang kompleks dengan struktur cerita berlapis.
Keberadaan La Galigo menjadi bukti tingginya peradaban Bugis pada masa lampau. Naskah ini tidak hanya berisi cerita penciptaan, tetapi juga memuat sistem nilai, adat istiadat, hingga struktur sosial masyarakat Bugis.
Berbagai aspek kehidupan tertuang dalam bait-bait syair yang tersusun dengan indah. Pelestarian La Galigo menjadi tantangan tersendiri mengingat kompleksitas bahasa dan aksara yang digunakan.
Hanya segelintir orang yang masih mampu membaca dan memahami naskah asli La Galigo. Upaya digitalisasi dan transliterasi terus dilakukan untuk memastikan keberlanjutan transmisi pengetahuan yang terkandung dalam naskah ini.
Penulis: Ade Yofi Faidzun