Liputan6.com, Cilegon - Masyarakat Cilegon, Banten, kini merasa khawatir menggunakan BBM jenis Pertamax, usai Kejagung menangkap Dirut Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan bersama komplotannya. Kejagung menyatakan bahwa Riva Siahaan, diduga kuat melakukan blending atau pengoplosan antara Pertalite dengan Ron 90 menjadi Pertamax dengan Ron 92 yang menyebabkan kerugian negara mencapai Rp 193,7 triliun.
Perusahaan BUMN itu melalui Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengklaim, produksi BBM miliknya sudah sesuai standar dan tidak merugikan masyarakat. Bahkan, tidak pernah terjadi blending atau pengoplosan seperti yang dituduhkan Kejagung.
Advertisement
Baca Juga
"Kekhawatiran nya memang kami selaku pengguna, warga, berupaya ingin menghindari subsidi. Kedua, demi kebaikan dari unit (sepeda motor) yang kita miliki, tetapi ketika saya selaku warga melihat pemberitaan tersebut, pada akhirnya seakan-akan apa yang saya harapkan selama ini seakan-akan sia-sia lah," jelas Fredrik, ditemui usai mengisi Pertamax di salah satu SPBU di Kota Cilegon, Banten, Rabu, (26/2/2025).
Advertisement
Begitupun dengan pengemudi ojek online (ojol), Sudono, dia biasanya mengisi Pertamax, karena selama ini dianggap lebih bagus ke mesin sepeda motornya. Namun semenjak penangkapan Dirut Pertamina Patra Niaga, terkait dugaan pengoplosan BBM, membuat dia beralih ke BBM Pertalite. Dia tak ingin sepeda motor semata wayangnya itu rusak ketika mencari rezeki untuk keluarga. "Khawatir, jaga-jaga aja. Khawatirnya ngerusak mesin, enggak bisa kerja gitu. (Harapannya) Pemerintah bisa memperhatikan lagi BBM itu," ujarnya.
Begitupun yang dikatakan warga lain, Dimyati, dia kini beralih dari Pertamax ke Pertalite, karena khawatir mesin sepeda motornya malah rusak dengan campuran yang dimasukkan ke Ron 90 agar menjadi Ron 92. "Kalau Pertamax bagus juga. Tadinya Pertamax, sekarang Pertalite, harganya lebih murah," jelasnya.