Kinerja Emiten Batu Bara Membaik

Analis menilai rupiah melemah memberikan sentimen positif untuk sektor saham tambang dan perkebunan pada kuartal pertama 2014.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Mei 2014, 17:15 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2014, 17:15 WIB
6foto-pacitan130901a.jpg
Buldozer mengeruk batubara untuk diproses lebih lanjut (Liputan6.com/ Panji Diksana)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten batu bara mampu menorehkan kinerja relatif positif sepanjang tiga bulan pertama 2014. Kinerja relatif membaik ini ditopang dari langkah perseroan menurunkan beban.

Hal itu juga berdampak terhadap indeks sektor saham tambang. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks sektor saham tambang mampu naik tipis 1,25% secara year to date ke level 1.447,21 pada Jumat 2 Mei 2014.

Emiten batu bara mencetak kinerja positif sepanjang tiga bulan pertama ini antara lain PT Adaro Energy Tbk mencatatkan pendapatan naik 14,05% menjadi US$ 844,69 juta pada kuartal I 2014. Kenaikan pendapatan itu mendorong laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 347% menjadi US$ 128,13 juta selama kuartal I 2014.

Sepanjang kuartal I 2014 ini, perseroan mencatatkan volume penjualan naik 23% menjadi 13,85 juta ton. Lalu produksi perseroan naik 23% menjadi 13,99 juta ton. Menurut manajemen PT Adaro Energy Tbk, saat ini perseroan berada pada posisi baik untuk mencapai panduan produksi 54 juta ton-56 juta ton pada 2014.

Selain itu, PT Adaro Energy Tbk mencatatkan beban pokok penjualan menjadi US$ 599,39 juta selama kuartal I 2014. Beban usaha pun turun menjadi US$ 34,35 juta.

Kinerja positif ini juga diikuti oleh PT Harum Energy Tbk (HRUM). Perseroan mencatatkan laba naik 54,77% menjadi US$ 10,79 juta hingga kuartal I 2014. Akan tetapi, pendapatan turun 42,74% menjadi US$ 128,05 juta selama kuartal I 2014.

Beban pokok penjualan turun menjadi US$ 99,53 juta pada kuartal I 2014. Namun perseroan mampu menurunkan beban penjualan menjadi US$ 11,96 juta. Selain itu, perseroan mendapatkan laba dari entitas asosiasi naik menjadi US$ 632.339 dari rugi US$ 2,37 juta.

Analis PT OSO Securities, Andri Goklas menuturkan, pelemahan rupiah mendukung sektor saham pertambangan dan perkebunan. Selain itu, faktor cuaca juga memberikan keuntungan bagi harga komoditas yang naik.  Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah per dolar Amerika Serikat (AS) di kisaran 11.525 pada Jumat 2 Mei 2014. Nilai tukar rupiah ini telah menguat tipis 5,6% dari periode 30 Desember 2013 di kisaran Rp 12.210 per dolar AS.

"Semakin rupiah melemah maka sektor saham komoditas semakin diuntungkan," ujar Andri, seperti ditulis Minggu (4/5/2014).

Perusahaan batu bara milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun mencetak kinerja positif selama kuartal I 2014. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) meraih pendapatan naik 11,39% menjadi Rp 3,09 triliun. Hal itu mendorong laba naik 8,74% menjadi Rp 536,3 miliar sepanjang kuartal I 2014.

Sekretaris Perusahaan PTBA, Joko Pramono mengatakan, kenaikan pendapatan perseroan disebabkan dengan strategi penjualan tujuh market brand batu bara PTBA.

"Strategi ini berhasil menaikkan harga jual rata-rata tertimbang batu bara perseroan pada perioed Januari-Maret 2014 yang berada di kisaran Rp 733.396 atau naik 19% dari Rp 613.810 per ton pada periode sama tahun sebelumnya," kata Joko.

Akan tetapi tidak semua emiten batu bara menorehkan kinerja positif. PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mencatatkan rugi US$ 512.091 pada kuartal I 2014 dari sebelumnya untung US$ 15,61 juta pada kuartal I 2013.

Pendapatan turun 26,39% menjadi US$ 239,40 juta sepanjang kuartal I 2014. Perseroan mengalami kenaikan beban keuangan bertambah menjadi US$ 9,99 juta sehingga mempengaruhi kinerja perseroan.

Andri menilai, meski harga komoditas masih rendah, sektor saham tambang masih dapat jadi pilihan. Hal itu karena sentimen politik yang mempengaruhi bursa saham membuat pelaku pasar cenderung wait and see.

"Saham tambang pilihan dapat menjadi pilihan sambil menunggu sentimen politik dan rilis data pertumbuhan ekonomi," tutur Andri.

Ia pun memilih saham ADRO, PTBA, dan ITMG untuk dapat dicermati oleh pelaku pasar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya