Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserve berdampak terhadap transaksi harian perdagangan saham. Dengan kenaikan suku bunga The Fed maka aliran dana di pasar modal akan keluar.
Meski begitu dia bilang, dampak itu hanya itu hanya sementara. Hal itu menimbang kondisi perusahaan yang tercatat di BEI dalam keadaan baik.
"Secara teori, mau tidak mau, kalau bunga naik dolar AS menguat, mau tidak mau ya terjadi. Tapi buat saya itu hanya sesaat. Barang kita masih bagus semuanya, sayang kalau jual sekarang. 80 persen perusahaan yang di bursa untung semua," tutur Tito di Jakarta, Rabu (16/9/2015).
Advertisement
Sejalan dengan itu, dia mengatakan akan memperkuat perdagangan saham. Hal itu guna mengantisipasi pihak-pihak yang memanfaatkan pelemahan tersebut.
"Bursa hanya satu yang dilakukan meningkatkan surveillance. Jangan sampai ada orang yang coba merusak pasar, jangan ada yang coba menurunkan harga, surveillance kita tingkatkan. 10 persen auto rejection kita tidak cabut, kita masih tahan itu," jelas Tito.
Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan dengan kondisi sekarang ini, IHSG bakal tembus ke level terendah 3.800.
"3.800. Timing selalu susah, tapi yang jelas dia akan testing lagi di 4.100. Biasanya kalau bursa itu tren akan turun sekali lagi, kalau bertahan di 4.100, 3.800 tidak akan terlihat, kalau pecah 4.100, maka support berikutnya ada di 3.826," kata Nico.
Dia mengatakan, pelaku pasar sedang menunggu respons The Fed terhadap bursa regional. Jika buruk, akan berdampak pada bursa domestik."Misalkan The Fed menaikkan suku bunga, kita lihat reaksi pasar. Kita juga tidak akan tahu, reaksi pasar hanya Tuhan yang tahu, kalau reaksi pasar tidak baik, Dow Jones bisa turun ke 13.000an, masih cukup jauh dari posisi sekarang," ujar dia. (Amd/Ahm)